Daftar isi
Apa Itu Kanker Tiroid Papiler?
Kanker tiroid papiler adalah jenis kanker tiroid paling umum yang berasal dari sel-sel folikuler atau folikel tiroid [1,2,4,5,7,9].
Namun jika kanker tiroid folikuler lebih rentan dialami oleh lansia, maka kanker tiroid papiler lebih banyak dijumpai pada usia 30-50 tahun [4].
Kanker tiroid ini pun diketahui menjadi jenis kanker tiroid yang memiliki prognosis terbaik di mana peluang untuk sembuh total pada pasien sangat tinggi.
Tinjauan Kanker tiroid papiler merupakan jenis kanker tiroid yang paling banyak dijumpai di mana kanker ini berasal dari folikel tiroid, sama seperti kanker tiroid folikuler, dan rentan terjadi pada rentang usia 30-50 tahun.
Fakta Tentang Kanker Tiroid Papiler
- Dari seluruh kasus kanker tiroid, terdapat 80-85% kasus kanker tiroid papiler yang menjadikannya jenis kanker tiroid paling umum [1,4].
- Menurut laporan data (SEER) Surveillance, Epidemiology, and End Results dari tahun 1975 hingga 2012, diketahui bahwa peningkatan kasus karsinoma tiroid papiler terjadi dengan angka 4,8 menjadi 14,9 per 100.000 jiwa [1].
- Risiko kanker tiroid papiler lebih tinggi pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1 [1,4].
- Risiko kanker tiroid papiler lebih tinggi pada orang-orang kulit putih daripada orang-orang kulit hitam [1].
- Kanker tiroid papiler memang tergolong langka pada anak-anak, namun karsinoma tiroid papiler tetap menjadi kanker tiroid ganas pada anak yang paling umum [1].
- Peluang untuk pasien kanker tiroid papiler bisa sembuh total dan mampu bertahan hidup selama 10 tahun ke depan usai menjalani pengobatan adalah sebesar 97-99% [1,4,5].
- Terdapat 75% kasus metastasis kanker tiroid papiler hingga ke kelenjar getah bening, terutama pada pasien dengan ukuran tumor yang besar [4].
- Di Indonesia, prevalensi karsinoma tiroid papiler lebih tinggi pada wanita dengan rentan usia 25-34 tahun, terutama mereka yang tinggal di dataran rendah dan perkotaan [2].
Penyebab Kanker Tiroid Papiler
Mutasi genetik diketahui sebagai penyebab kanker tiroid papiler, namun para peneliti pun belum mengetahui alasan pasti mengapa terjadi perubahan genetik di dalam tubuh penderita kanker ini.
Selain mutasi genetik, faktor lingkungan pun dapat menjadi peningkat risiko kanker tiroid papiler seperti di bawah ini :
1. Faktor Genetik
Faktor genetik dapat menjadi faktor utama penyebab kanker tiroid papiler dan terkait dengan beberapa kelainan seperti sindrom Gardner dan sindrom Werner [1].
Selain itu, Penyakit Cowden dan Carney complex type 1 juga tergolong sebagai faktor genetik yang menjadi penyebab kanker tiroid papiler [1,6].
Sel-sel tiroid dapat bersifat kanker ketika keabnormalan genetik terjadi pada seseorang sehingga mutasi gen ada di dalam tubuhnya.
Jika benar terjadi mutasi gen, maka sel-sel tubuh akan tumbuh secara tidak terkendali di mana sel-sel yang semula sehat menjadi sel yang tak sehat.
Sel-sel tersebut tidak sehat karena tidak dapat beregenerasi dan justru tumbuh serta berkembang semakin banyak.
Tumor pun akhirnya terbentuk dari sel-sel tidak sehat ini dan dari tumbuhnya tumor ini, jaringan-jaringan sehat yang ada di sekitar tumbuhnya tumor ikut terkena dampaknya.
- Mutasi Gen RET/PTC
Mutasi gen RET/PTC terbukti terjadi pada 10-30% pasien kanker tiroid papiler di mana kasus ini jauh lebih banyak terjadi pada anak-anak [1,7].
Mutasi gen ini juga lebih mudah dialami oleh orang-orang yang terkena paparan radiasi.
- Mutasi Gen BRAF
30-70% mutasi gen BRAF terbukti terjadi pada pasien kanker tiroid papiler meski tergolong jarang dijumpai pada anak-anak dan orang-orang yang terkena paparan radiasi [1,7].
Meski demikian, mutasi gen BRAF menghasilkan kanker yang bersifat agresif dan penyebaran (metastasis) lebih gampang terjadi hingga ke organ-organ tubuh lainnya.
- Mutasi Gen MET dan NTRK1
Menurut para peneliti mutasi gen MET dan NTRK1 pun berkaitan dengan timbulnya kanker tiroid papiler [1,7].
Hanya saja untuk mutasi gen ini, masih diperlukan penelitian lebih jauh dan rinci mengenai pemicu mutasi dan apakah benar mutasi gen ini penyebab karsinoma tiroid papiler.
2. Faktor Lingkungan
Selain faktor genetik, faktor lingkungan seperti paparan radiasi juga dapat menyebabkan keabnormalan [1,8].
Terdapat tiga jenis kondisi paparan radiasi yang perlu dikenali dan diwaspadai sebagai awal dari kondisi kanker tiroid papiler.
Pada beberapa kasus, keabnormalan gen dapat diturunkan dari orang tua tanpa disadari sang anak.
Meski demikian, penyebab pasti mengapa keabnormalan gen tersebut bisa terjadi dan bisa diturunkan tidak diketahui.
Radiasi pengion diketahui menjadi salah satu dari faktor lingkungan yang mampu meningkatkan risiko kanker tiroid papiler.
- Paparan Radiasi pada Masa Kanak-kanak
Anak-anak yang mengalami paparan radiasi akan lebih berpotensi mengalami kanker tiroid papiler, terutama dari terapi radiasi dosis rendah eksternal di bagian leher dan kepala [1].
Terapi radiasi dosis rendah eksternal tersebut lebih banyak digunakan pada zaman dulu (sekitar tahun 1940-1960).
Diketahui bahwa karena tindakan medis tersebut, karsinoma tiroid papiler menjadi lebih mudah berkembang.
- Paparan Radiasi Lingkungan
Insiden nuklir Chernobyl adalah salah satu kasus besar paparan radiasi yang mampu memicu tumbuhnya kanker tiroid papiler pada orang-orang yang terkena paparannya [1,8].
Kasus yang terjadi pada tahun 1986 tepatnya tanggal 26 April tersebut memicu 3 sampai dengan 75 kali lipat peningkatan risiko karsinoma tiroid papiler [1].
Dalam hal ini, anak-anak juga menjadi yang paling rentan mengalami kanker tiroid papiler.
- Terapi Medis
Terapi radiasi dosis tinggi yang biasanya digunakan untuk penanganan kanker ganas rupanya juga dapat menjadi peningkat risiko kanker tiroid papiler, terutama karsinoma tiroid papiler [1].
Oleh karena adanya akibat berupa kanker tiroid papiler, pastikan untuk selalu berkonsultasi detail dengan dokter mengenai dosis terapi radiasi.
Konsultasikan pula apa saja efek samping yang dapat terjadi, termasuk kemungkinan timbulnya kanker tiroid papiler dan apa solusinya.
Tinjauan Penyebab utama kanker tiroid papiler dikaitkan dengan adanya faktor genetik (terutama mutasi gen) dan faktor lingkungan (seperti halnya paparan radiasi).
Gejala Kanker Tiroid Papiler
Kanker tiroid papiler seperti kasus kanker tiroid folikuler, yaitu tanpa gejala di awal, terutama bila tumbuhnya tumor masih tergolong kecil.
Namun seiring dengan berkembangnya tumor menjadi ukuran yang lebih besar, gejala akan timbul terutama benjolan di area leher [1].
Berikut adalah gejala-gejala yang perlu dikenali dan diwaspadai [1,9,10] :
- Disfagia atau sulit menelan
- Suara serak atau parau
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Tekanan pada trakea
- Paralisis pita suara
- Nyeri di bagian leher
- Sesak napas
Pemeriksaan Kanker Tiroid Papiler
Ketika gejala-gejala yang mengarah pada kanker tiroid papiler terjadi, maka sebaiknya segera ke dokter untuk memeriksakan diri.
Berikut ini adalah metode-metode diagnosa yang umumnya diterapkan oleh dokter dalam memastikan kondisi pasien sekaligus menentukan penanganan yang tepat.
- Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan fisik selalu diterapkan oleh dokter di awal diagnosa untuk melihat adanya benjolan atau pembesaran di kelenjar getah bening [1,4,9].
Gejala fisik lainnya juga perlu dideteksi oleh dokter melalui pemeriksaan fisik.
Selanjutnya, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga pasien.
Dokter perlu tahu riwayat gejala pasien, riwayat medis dan juga riwayat pengobatan untuk mengetahui apakah pasien mengalami paparan radiasi.
- Aspirasi Jarum Halus
Aspirasi jarum halus adalah proses pemeriksaan di mana dokter mengambil sel dari massa tumor di dalam tubuh pasien [1,4,11].
Untuk proses pengambilan, dokter harus menggunakan jarum halus yang kemudian sel tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk penegakan diagnosa.
- Tes Laboratorium
Tes laboratorium tidak hanya meliputi tes darah lengkap, tapi juga pemeriksaan fungsi tiroid [1,4].
Fungsi tiroid pasien perlu diperiksa untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bagian tersebut [1,9].
- Tes Pemindaian
Untuk memeriksa keberadaan nodul atau tumor di dalam tubuh pasien, dokter biasanya akan merekomendasikan tes pemindaian.
Tes ini meliputi beberapa metode, seperti CT scan, MRI scan, USG, dan PET scan [1,4,9,10].
Bukan hanya mampu mendeteksi keberadaan tumor, tes pemindaian bertujuan mengetahui lokasi tumor, memastikan kemungkinan tumor yang kembali tumbuh, dan meningkatkan akurasi pemeriksaan.
Tahap Kanker Tiroid Papiler
Tahap atau stadium tiroid papiler dibagi menjadi dua kondisi menurut kelompok usia pasien [1,4].
Tahap Kanker Tiroid Papiler pada Pasien Usia < 45 Tahun
Pada pasien kanker tiroid papiler dengan usia kurang dari 45 tahun, diketahui hanya ada dua tahap yaitu :
- Tahap I : Kanker tumbuh di area kelenjar tiroid saja.
- Tahap II : Kanker menyebar hingga kelenjar serviks dan organ-organ tubuh lain yang jaraknya jauh dari lokasi kanker.
Tahap Kanker Tiroid Papiler pada Pasien Usia > 45 Tahun
Pada pasien kanker tiroid papiler usia lebih dari 45 tahun, terdapat empat tahap kondisi yang perlu diketahui, yaitu :
- Tahap I : Ukuran kanker kurang dari 2 cm.
- Tahap II : Ukuran kanker antara 2-4 cm dan hanya tumbuh pada kelenjar tiroid.
- Tahap III : Ukuran kanker sudah melebihi 4 cm dan berpotensi telah menyebar hingga ke area leher.
- Tahap IV : Kanker tumbuh semakin besar dan bahkan sudah menyebar lebih luas hingga ke organ-organ lain yang jaraknya jauh.
Tinjauan Metode-metode diagnosa yang umumnya digunakan oleh dokter untuk mengonfirmasi kanker tiroid papiler adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, aspirasi jarum halus, tes pemindaian, dan tes laboratorium.
Pengobatan Kanker Tiroid Papiler
Kanker tiroid papiler umumnya ditangani melalui prosedur bedah dan beberapa jenis terapi lainnya.
Berikut ini adalah penanganan-penanganan yang digunakan untuk mengobati kanker tiroid papiler.
- Lobektomi Tiroid
Jika memang dibutuhkan karena kondisi pasien yang mengharuskan, dokter perlu melakukan prosedur lobektomi tiroid untuk mengangkat setengah dari kelenjar tiroid [1,4,9,10].
Pada prosedur bedah ini, dokter akan membuat sayatan kecil di leher bagian bawah.
Lobektomi merupakan penanganan yang lebih sesuai untuk penderita kanker tiroid papiler dengan ukuran tumor kurang dari 4 cm [1,4].
Proses pemulihan dari lobektomi pun cukup cepat, yaitu hanya dalam waktu 24 jam pasien sudah dapat beraktivitas seperti biasa [4].
Meski demikian, aktivitas berat tetap tidak boleh dilakukan selama 3 minggu pasca operasi.
Risiko kadar kalsium rendah dalam darah atau hipoparatiroidisme juga tergolong kecil pada proses bedah ini.
- Tiroidektomi Total
Pada beberapa kasus kanker tiroid papiler, dokter kemungkinan dapat memutuskan bahwa seluruh kelenjar tiroid pasien harus diangkat [1,4,9,10].
Untuk mengangkat seluruh bagian kelenjar tiroid karena tumor yang sudah berkembang semakin serius, dokter akan membuat sayatan kecil pada bagian bawah leher pasien.
Dokter juga akan memeriksa kondisi kelenjar getah bening selama operasi berlangsung untuk mengetahui apakah terdapat sifat kanker pada kelenjar tersebut [4].
- Terapi Radioiodine
Terapi radioiodine lebih direkomendasikan bagi pasien kanker tiroid papiler dengan ukuran tumor lebih dari 2 cm dan berusia lebih dari 45 tahun [1,4,9,10].
Selain itu, pasien kanker tiroid papiler dengan ukuran tumor kurang dari 2 cm dan mengalami metastasis berjarak juga memerlukan penanganan ini [1].
Tindakan operasi tetap harus dilalui oleh pasien dan setelahnya baru dokter akan memberikan terapi radioiodine selama 4-6 minggu [1].
Terapi ini berpotensi menimbulkan sejumlah efek samping yang sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter lebih dulu mengenai kemungkinannya.
Mata kering, mulut kering, perubahan siklus menstruasi, kadar testosteron pada pria menurun dan pembengkakan pada pipi karena peradangan atau kerusakan kelenjar air liur bisa saja terjadi sebagai efek samping terapi radioiodine.
- Terapi Hormon
Terapi hormon adalah jenis terapi yang perlu ditempuh pasien usai menjalani tiroidektomi [1,4].
Namun, terapi ini adalah terapi jangka panjang dengan pemberian [1,4,10].
Kondisi fungsi tiroid pasien juga harus tetap berada di bawah pantauan dokter melalui pengecekan 6-8 minggu sekali [1].
Tinjauan Penanganan umum untuk kasus kanker tiroid papiler meliputi lobektomi tiroid (pengangkatan sebagian kelenjar tiroid), tiroidektomi total (pengangkatan seluruh kelenjar tiroid), terapi radioiodine, dan terapi hormon.
Komplikasi Kanker Tiroid Papiler
Kanker tiroid papiler baik ditangani maupun tidak akan tetap berpotensi menimbulkan komplikasi.
Beberapa kondisi komplikasi yang paling umum terjadi antara lain [1] :
- Tumbuh Kembalinya Kanker – Kanker dapat kembali tumbuh pada sekitar 5-15% pasien, terutama pasien karsinoma tiroid papiler.
- Metastasis Berjarak – Penyebaran kanker berjarak berpotensi terjadi pada sekitar 1-25% pasien. Penyebaran dapat terjadi hingga ke bagian tulang maupun paru-paru, termasuk juga otak, kulit dan hati walaupun lebih jarang.
- Extra-Thyroidal Extension – Kasus komplikasi ini terjadi pada kurang lebih 8-32% kasus kanker tiroid papiler.
Penting bagi pasien untuk menempuh radioiodine scan, USG, PET scan dan CT scan untuk mengetahui apakah kanker kembali tumbuh dan apakah kanker tetap ada bahkan setelah menjalani pengobatan [4].
Bila pasien merasa bahwa kanker tiroid papiler kembali timbul pada bagian leher, biopsi dengan panduan ultrasound perlu ditempuh untuk langkah konfirmasi [4].
Pencegahan Kanker Tiroid Papiler
Kanker tiroid papiler yang berhubungan dengan genetik tentu tak dapat dicegah.
Namun untuk meminimalisir risiko tumbuhnya kanker tiroid jenis ini, penting untuk menghindari berbagai jenis paparan radiasi.
Memiliki gaya hidup sehat juga menjadi hal penting untuk diterapkan agar mampu mengurangi berbagai risiko penyakit berbahaya.
Bahkan ketika kanker sudah ditangani, penting bagi pasien untuk tetap rutin mengecek kesehatan.
Pasien perlu memeriksakan diri ke dokter untuk pemantauan selama 6-12 bulan dalam 5 tahun usai menjalani pengobatan kanker tiroid papiler [1].
Hal ini bertujuan utama mencegah kambuh dan tumbuh kembalinya kanker di dalam tubuh.
Tinjauan - Tidak terdapat cara khusus dalam mencegah kanker tiroid papiler. Namun untuk meminimalisir risiko penyakit ini, menghindari radiasi dan menjalani gaya hidup sehat sangat dianjurkan. - Untuk meminimalisir risiko komplikasi, pasien tetap perlu ke dokter untuk proses pemantauan bahkan usai menjalani pengobatan.