Limfoma : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Limfoma?

Limfoma dikenal sebagai istilah untuk kanker kelenjar getah bening, yaitu sel kanker yang tumbuh di kelenjar getah bening serta sistem limfoid [1,6,7,8].

Limfoma sendiri merupakan sebuah kondisi yang awalnya terjadi karena sel kanker menyerang limfosit atau salah satu jenis sel darah putih.

Padahal, fungsi utama limfosit adalah melawan infeksi dan melawan segala bentuk virus serta bakteri.

Limfosit ada pada beberapa bagian tubuh selain di dalam aliran darah, seperti sumsum tulang, timus, limpa, saluran pencernaan, dan kelenjar getah bening.

Limfosit yang mengalami perubahan, perkembangan dan penyebaran abnormal kemudian memicu limfoma ganas.

Tinjauan
Limfoma adalah kanker kelenjar getah bening yang terjadi ketika limfosit (salah satu jenis sel darah putih) diserang oleh sel kanker.

Fakta Tentang Limfoma

  1. Di Amerika Serikat, prevalensi limfoma pada tahun 2009 hingga 2013 diketahui sekitar 22 per 100.000 jiwa dengan 5% kasus diantaranya adalah limfoma ganas [1].
  2. Terdapat 72% pasien limfoma yang diketahui memiliki peluang bertahan hidup hingga 5 tahun dan persentase tersebut terus bertambah [1].
  3. Limfoma terbagi menjadi dua jenis kondisi di mana prevalensi limfoma non-Hodgkin lebih tinggi dari kasus limfoma Hodgkin, yaitu 90% dan 10% [1].
  4. Di Indonesia, kasus leukemia dan limfoma Hodgkin berada pada urutan ke-6 penyakit paling ganas [2].
  5. Prevalensi limfoma di Indonesia pada tahun 2013 diketahui sebesar 0,06% di mana kasus tertinggi dijumpai di provinsi Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta [3].
  6. Walau dapat diatasi, angka kematian global akibat penyakit limfoma cukup besar, yaitu 210.000 kematian di tahun 2010 di mana hal ini adalah peningkatan angka dari 143.900 pada tahun 1990 [4].
  7. Di Amerika Serikat, prevalensi limfoma non-Hodgkin adalah sekitar 4% dari seluruh kasus kanker dan menurut perkiraan American Cancer Society, kasus limfoma non-Hodgkin tahun 2020 adalah sekitar 77.240 orang (terdiri dari 34.860 pasien wanita dan 42.380 pasien pria) [5].

Jenis-jenis Limfoma

Terdapat dua jenis kondisi limfoma yang paling dikenal, yaitu limfoma non-Hodgkin dan limfoma Hodgkin.

Limfoma Non-Hodgkin

Kondisi jenis limfoma non-Hodgkin menurut Leukemia & Lymphoma Society justru merupakan jenis yang paling umum dan bahkan lebih banyak dijumpai kasus limfoma non-Hodgkin daripada limfoma Hodgkin [7].

Hanya saja, limfoma jenis ini juga jauh lebih berbahaya dan mengancam jiwa daripada limfoma Hodgkin dengan tingkat kesembuhan lebih rendah.

Perlu diketahui bahwa limfoma non-Hodgkin masih terbagi lagi menjadi beberapa jenis kondisi, yaitu sebagai berikut.

Limfoma T-cell

Limfoma non-Hodgkin jenis ini tidak terlalu umum dan dari seluruh kasus limfoma non-Hodgkin hanya sekitar 15% saja yang diketahui [1,6,7].

Limfoma B-cell

Bila dibandingkan dengan limfoma T-cell, B-cell justru lebih umum dan bahkan memiliki sifat paling agresif karena pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat cepat [1,6,7].

Limfoma jenis ini berasal dari sel-sel B abnormal di dalam darah yang berkembang dengan pesat.

Jika ditangani dengan cepat dan tepat, maka potensi kesembuhannya cukup besar, namun limfoma B-cell dapat mengakibatkan kematian ketika kondisi tak diatasi secepatnya.

Limfoma Folikuler

Limfoma folikuler adalah jenis limfoma non-Hodgkin yang berasal dari sel-sel darah putih dan rentan terjadi pada orang dewasa yang lebih tua (rata-rata lansia) [1,6,7].

Orang-orang berusia 60 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi mengalami limfoma folikuler.

1 dari 5 kasus limfoma di Amerika Serikat adalah limfoma folikuler dengan perkembangan yang tergolong lambat.

Limfoma Burkitt

Limfoma Burkitt adalah jenis limfoma non-Hodgkin yang sangat jarang namun bersifat sangat agresif [1,6,7].

Orang-orang dengan kondisi gangguan sistem imun berpotensi lebih besar mengalami jenis limfoma ini, terutama anak-anak yang tinggal di Sub-Sahara Afrika.

Kasus jenis limfoma non-Hodgkin ini lebih jarang dijumpai di negara-negara lain.

Limfoma Limfositik Kecil

Limfoma jenis ini tergolong berkembang dengan lambat dan rata-rata limfoma ini dijumpai di kelenjar getah bening [1,6,7].

Sel kanker ini juga diketahui lebih identik dengan leukemia limfositik kronik, hanya saja biasanya sel kanker pada kasus leukemia limfositik kronik terdapat pada sumsum tulang dan darah.

Limfoma Sel B Mediastinal Primer

Jenis limfoma non-Hodgkin ini pada umumnya menyerang para wanita dengan rentang usia 20-30 tahun [1,6,7].

Pada kasus limfoma B-cell, terdapat 10% kasus limfoma jenis sel B mediastinal primer ini.

Limfoma Sel Mantel

Limfoma non-Hodgkin jenis ini tergolong langka namun bersifat agresif dan umumnya terdiagnosa ketika sudah pada stadium lanjut [1,6,7].

Hanya kurang lebih 6% kasus limfoma sel mantel dari seluruh kasus limfoma non-Hodgkin dan biasanya sumsum tulang serta saluran pencernaan adalah yang terkena.

Limfoma Limfoplasmasitik (Waldenstrom Macroglobulinemia)

Jenis limfoma non-Hodgkin ini juga tergolong langka dan diketahui hanya 1-2% kasus saja dari keseluruhan kasus limfoma [1,6,7].

Pada kondisi ini, tubuh penderita menghasilkan antibodi abnormal dan umumnya terjadi pada orang dewasa yang lebih tua atau lansia.

Limfoma Hodgkin

Limfoma Hodgkin masuk ke dalam jenis limfoma non-Hodgkin karena berawal dari sel-sel sistem imun yang bernama sel-sel Reed-Sternberg atau sel B (B-cell) [1,6,7,8].

Hanya saja untuk penyebab utama dari limfoma Hodgkin sendiri belum diketahui jelas hingga kini.

Limfoma Hodgkin

Untuk limfoma Hodgkin, terdapat beberapa jenis kondisi yang juga perlu dikenali, yaitu :

Penyakit Hodgkin Kelebihan Limfosit

Limfoma Hodgkin jenis ini hanya terdapat 5 kasus dari keseluruhan kasus limfoma Hodgkin [1,8].

Penyakit ini dapat terdiagnosa ketika masih tahap awal dan lebih berpotensi terjadi pada pria daripada wanita.

Penyakit Hodgkin Kekurangan Limfosit

Limfoma jenis ini walau langka bersifat agresif yang umumnya dijumpai pada orang-orang berusia 30 tahun [1,8].

Dari keseluruhan kasus limfoma, hanya 1% kasus penyakit Hodgkin kekurangan limfosit ini.

Hanya saja, risiko mengalami penyakit ini akan lebih tinggi pada penderita HIV dan gangguan imun lainnya.

Limfoma Hodgkin Sclerosis Nodular

Limfoma jenis ini tergolong umum karena dari seluruh kasus limfoma Hodgkin, terdapat 70% kasus limfoma Hodgkin sclerosis nodular [1,8].

Orang-orang usia dewasa muda jauh lebih berpotensi mengalaminya, dan limfoma ini paling berpotensi menyerang kelenjar getah bening.

Peluang untuk sembuh untuk kondisi ini lebih besar karena penyakit ini dapat diatasi.

Penyakit Hodgkin Dominan Limfosit Nodular

Dari seluruh pasien limfoma, hanya terdapat sekitar 5% jenis limfoma Hodgkin satu ini [1,8].

Umumnya, jenis kondisi ini terjadi pada orang-orang dengan rentang usia 30-50 tahun.

Pria lebih berpotensi menderita penyakit ini daripada wanita dan penyakit ini dapat berkembang menjadi limfoma non-Hodgkin agresif walaupun sangat jarang.

Tinjauan
Terdapat dua jenis utama kondisi limfoma, yaitu limfoma non-Hodgkin dan limfoma Hodgkin di mana masing-masing jenis limfoma tersebut masih terklasifikasi lagi menjadi beberapa jenis.

Penyebab Limfoma

Perkembangan dan pertumbuhan sel abnormal yang tak terkendali mengakibatkan kanker yang kemudian dapat menjadi penyebab limfoma (sel kanker yang menyebar pada kelenjar getah bening).

Namun, untuk penyebab pasti limfoma belum diketahui hingga kini, namun terdapat sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko limfoma menurut jenis kondisinya.

Faktor Risiko Limfoma Non-Hodgkin

Pada kasus limfoma non-Hodgkin, terdapat sejumlah faktor yang mampu memperbesar potensi seseorang mengalaminya, yaitu :

  • Jenis Kelamin – Wanita memiliki kemungkinan lebih besar dalam menderita beberapa jenis limfoma daripada pria. Meski begitu, beberapa jenis limfoma tertentu juga didominasi oleh penderita pria.
  • Usia – Limfoma walau dapat terjadi pada segala usia (termasuk anak-anak), kondisi ini lebih umum dialami oleh lansia, khususnya yang sudah berusia 60 tahun ke atas.
  • Ukuran Tubuh – Limfoma kerap dikaitkan dengan obesitas, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami faktor risiko satu ini [9].
  • Paparan Radiasi dan Zat Kimia Tertentu – Paparan zat kimia dari pupuk, pestisida dan herbisida dapat meningkatkan risiko limfoma, begitu pula dengan paparan radiasi nuklir [1,10].
  • Penyakit Autoimun – Penderita penyakit autoimun rata-rata memiliki risiko lebih besar mengalami limfoma. Penyakit autoimun yang mampu meningkatkan potensi limfoma adalah penyakit Celiac dan arthritis [1,11].
  • Imunodefisiensi – Penderita HIV atau AIDS dengan sistem imunnya yang lemah berpeluang besar mengalami limfoma, termasuk juga pasien yang menggunakan obat penekan imun (imunosupresan) usai menjalani prosedur transplantasi organ [1].
  • Etnis – Kasus limfoma jauh lebih banyak dijumpai pada warga Amerika kulit putih di Amerika Serikat daripada Asia-Amerika dan Afrika-Amerika [12].
  • Infeksi – Penderita virus Epstein-Barr, hepatitis C, Heliobacter pylori, dan virus limfotropik/leukemia sel T manusia memiliki potensi lebih besar dalam menderita limfoma [1].

Faktor Risiko Limfoma Hodgkin

Faktor peningkat risiko limfoma Hodgkin sedikit berbeda dari faktor risiko limfoma non-Hodgkin, yakni meliputi [1,8,13,14] :

  • Jenis Kelamin – Pada kasus limfoma Hodgkin, pria lebih berpotensi mengalaminya dari pada wanita.
  • Usia – Rata-rata kasus limfoma Hodgkin dijumpai pada orang-orang dengan usia di atas 55 tahun atau pada usia dewasa muda (20-30 tahun).
  • Imunodefisiensi – Seperti pada kasus limfoma non-Hodgkin, penderita HIV dan imun lemah akan lebih mudah mengembangkan penyakit limfoma Hodgkin.
  • Kekayaan – Orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi yang baik dan cenderung berada pada status menengah ke atas memiliki risiko lebih besar mengalami kanker seperti limfoma.
  • Mononukleosis Menular – Mononukleosis umumnya disebabkan oleh infeksi EBV (Epstein-Barr virus) dan infeksi ini juga dapat memperbesar risiko terjadinya limfoma.
  • Riwayat Kesehatan Keluarga – Anggota keluarga inti dengan kondisi limfoma akan meningkatkan risiko seseorang untuk memiliki penyakit yang sama.
Tinjauan
Pertumbuhan sel abnormal di sistem limfatik yang tak terkendali mengakibatkan kanker yang kemudian dapat menjadi penyebab limfoma. Namun penyebab pasti dari tumbuhnya sel kanker tersebut belum diketahui jelas hingga kini karena terdapat berbagai faktor yang diduga mampu meningkatkan risikonya.

Gejala Limfoma

Pada tahap atau stadium awal, limfoma berpotensi tak menunjukkan gejala apapun.

Seringkali limfoma justru terdeteksi ketika dokter memeriksa kondisi pembengkakan kelenjar getah bening.

Pastikan apakah saat meraba bagian paha dalam, perut, ketiak, dada bagian atas dan leher (lokasi kelenjar getah bening) terasa adanya nodul (benjolan) kecil dan lembut.

Benjolan atau nodul tersebut dapat menjadi tanda awal dari keberadaan limfoma walaupun tidak selalu demikian.

Beberapa gejala lain yang kemungkinan terjadi pada kondisi limfoma awal antara lain adalah [1,6,7,8] :

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Saat timbul benjolan pada area-area tubuh yang telah disebutkan sebelumnya, segera periksakan ke dokter.

Hal tersebut dapat merupakan tanda bahwa kelenjar getah bening mengalami pembengkakan yang dapat merupakan keadaan ringan atau justru tanda adanya penyakitb serius (salah satunya limfoma).

Pengguna imunosupresan jangka panjang dan penderita penyakit autoimun juga perlu berada di bawah pemantauan dokter untuk mengetahui apakah terdapat potensi berkembangnya penyakit limfoma.

Bahkan penderita limfoma yang telah diobati dan sudah selesai menjalani perawatan tetap dianjurkan menemui dokter dan melakukan pemeriksaan rutin.

Limfoma sangat berpotensi kambuh dan hal ini perlu dicegah dengan kontrol teratur ke dokter.

Tinjauan
Benjolan atau nodul berukuran kecil pada area tubuh tempat kelenjar getah bening berada dapat menjadi pertanda awal. Namun untuk gejala umumnya, limfoma dapat menimbulkan sejumlah keluhan seperti berkeringat di malam hari, demam, pembesaran limpa, tubuh kelelahan, batuk, nyeri pada tulang, berat badan turun tanpa sebab yang jelas, nyeri pada perut, ruam dan gatal pada kulit, sesak napas (napas pendek) serta ruam di area lipatan kulit.

Pemeriksaan Limfoma

Ketika gejala limfoma mulai dirasakan atau nampak, segera ke dokter untuk menempuh beberapa metode pemeriksaan sebagai berikut :

  • Pemeriksaan Fisik

Dokter lebih dulu akan memeriksa kelenjar getah bening yang membengkak dan pemeriksaan akan meliputi beberapa bagian tubuh seperti selangkangan, ketiak, dan leher [1,6,7,8].

Dokter juga perlu mengetahui apakah pasien mengalami pembesaran hati maupun limpa melalui pemeriksaan fisik.

  • Tes Darah

Sebagai tes penunjang, tes darah sangat penting untuk mengetahui jumlah sel-sel darah [8].

Jumlah sel darah pasien menjadi pertimbangan dokter mengenai hasil diagnosa yang akan dikeluarkan.

  • Tes Pemindaian

Tes penunjang lainnya adalah berupa PET scan, MRI scan, dan CT scan [1,6,7].

Tes pemindaian akan membantu dokter dalam mendeteksi adanya tanda-tanda limfoma pada berbagai area tubuh pasien.

Dokter akan menggunakan metode biopsi di mana kelenjar getah bening baik sebagian atau seluruhnya akan diangkat lalu dianalisa di laboratorium [1,6,7,8].

Tes lanjutan ini dapat membantu dokter menentukan keberadaan sel-sel limfoma dan jenis sel tersebut.

  • Aspirasi Sumsum Tulang

Aspirasi sumsum tulang adalah metode pemeriksaan yang juga melibatkan prosedur biopsi di saat yang sama [1,6,7,8].

Dokter akan memasukkan jarum ke tulang panggul pasien dan mengambil sampel sumsum tulang dari sana untuk dibawa ke laboratorium.

Stadium Limfoma

Terdapat empat tahap atau stadium kondisi limfoma, baik jenis limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin, yaitu [1,6,8] :

  • Stadium 1 – Sel kanker baru timbul dan berkembang pada satu organ saja, umumnya jika terjadi pada kelenjar getah bening, maka hanya satu area kelenjar getah bening saja yang menjadi lokasi tumbuhnya sel kanker.
  • Stadium 2 – Sel kanker dapat timbul pada dua area kelenjar getah bening yang kemungkinan bahkan terjadi di satu sisi tubuh yang sama. Atau, sel kanker dapat berada pada satu organ tubuh yang dekat dengan kelenjar getah bening.
  • Stadium 3 – Sel kanker berada pada beberapa area kelenjar getah bening di dua sisi tubuh.
  • Stadium 4 – Sel kanker telah menyebar lebih jauh dan luas di mana pada kasus limfoma non-Hodgkin, kanker terdapat pada paru, sumsum tulang dan bahkan hati. Namun walau sudah pada tahap yang jauh lebih serius, stadium 4 kasus limfoma masih dapat diobati.
Tinjauan
Pemeriksaan limfoma yang diterapkan oleh dokter meliputi pemeriksaan fisik, tes darah, tes pemindaian, biopsi, dan juga aspirasi sumsum tulang. Apabila diperlukan, kemungkinan dokter akan merekomendasikan sejumlah tindakan pemeriksaan lain sesuai dengan kondisi pasien.

Pengobatan Limfoma

Sebelum dokter menentukan metode penanganan untuk pasien limfoma, faktor usia, jenis limfoma, stadium limfoma dan kondisi kesehatan menyeluruh pasien menjadi pertimbangan.

Namun pada umumnya, beberapa metode pengobatan inilah yang dokter berikan sesuai dengan kondisi pasien.

  • Biopsi

Pada kasus limfoma non-Hodgkin yang gejalanya masih tergolong sangat awal, biasanya ukuran masih tergolong kecil [1,6].

Untuk menanganinya, dokter merekomendasikan pengangkatan limfoma melalui prosedur biopsi.

Jika sudah menempuh biopsi dan limfoma awal telah diangkat, dokter tak akan merekomendasikan penanganan lanjutan walau masih tetap akan dipantau.

  • Obat-obatan

Vincristine adalah salah satu contoh obat kemoterapi yang umumnya diresepkan oleh dokter untuk pasien limfoma [1,6,15].

Bila memang diperlukan, dokter juga akan memberikan rituximab, yaitu jenis obat imunoterapi yang bertujuan membunuh sel limfoma.

  • Radioterapi

Radioterapi adalah metode penanganan lain yang pasien juga kemungkinan perlu tempuh [1,6,7,8].

Tujuan radioterapi adalah sebagai pembunuh sel kanker di mana metode ini juga kemungkinan diterapkan usai atau bersamaan dengan kemoterapi.

CAR atau chimeric antigen receptor juga merupakan pengobatan limfoma yang cukup umum, khususnya untuk kasus limfoma T-cell [6].

Transplantasi sumsum tulang belakang hanya akan direkomendasikan oleh dokter bila limfoma terdapat pada sumsum tulang [1,6,7,8].

Sebagai penghasil sel-sel darah, sumsum tulang menjadi bagian penting yang perlu diatasi segera bila terdapat sel kanker.

Melalui prosedur transplantasi, jaringan sumsum tulang yang mengalami gangguan atau kerusakan akibat limfoma akan digantikan dengan jaringan sehat dari pendonor.

Terdapat berbagai cara alternatif dalam menangani limfoma selain melalui obat resep dokter dan tindakan medis yang telah disebutkan di atas .

Terapi musik, meditasi, terapi seni, aktivitas fisik, pijat, akupunktur, dan teknik relaksasi adalah bentuk pengobatan alternatif yang dapat ditempuh oleh pasien [16].

Apakah setiap penderita limfoma membutuhkan penanganan segera?

Tidak semua penderita harus selalu memperoleh penanganan cepat, khususnya bila limfoma yang diderita adalah jenis yang tumbuh dan berkembang secara lambat.

Bila limfoma tak menimbulkan gejala, maka dokter biasanya melakukan pemantauan lebih dulu [1].

Pasien akan diminta untuk melakukan kontrol rutin agar perkembangan penyakit dapat diketahui oleh dokter.

Tinjauan
Pengobatan limfoma adalah melalui pmeberian obat-obatan kemoterapi, radioterapi, dan transplantasi sumsum tulang. Namun, sejumlah tindakan pengobatan alternatif juga tersedia untuk mengatasi limfoma.

Komplikasi Limfoma

Kemungkinan penderita limfoma untuk sembuh sangat besar menurut Leukemia & Lymphoma Society, terutama penderita limfoma Hodgkin [7].

Namun seberapa besar peluang kesembuhan seorang penderita limfoma kembali ditentukan oleh seberapa ganas sel kanker dan sudah seberapa luas sel kanker telah menyebar.

Meski peluang untuk sembuh tergolong besar, bukan berarti bahwa risiko komplikasi kecil.

Risiko komplikasi berupa penyakit paru, penyakit jantung, gangguan pernapasan, gangguan saraf, dan penyakit infeksi sangat besar pada penderita limfoma [17].

Sistem kekebalan tubuh yang melemah karena limfoma juga dapat meningkatkan potensi kekambuhan limfoma usai menjalani pengobatan.

Selain itu, efek dari pengobatan limfoma sendiri juga tidak sepenuhnya aman karena mampu memicu kemandulan hingga kanker baru [18].

Tinjauan
Risiko penyakit paru, penyakit jantung dan infeksi sebagai komplikasi limfoma sangat besar, begitu juga dengan kekambuhan limfoma usai menjalani terapi.
Sementara itu, komplikasi atau efek samping dari pengobatan limfoma meliputi kemandulan hingga kanker baru.

Pencegahan Limfoma

Karena penyebab pasti limfoma masih belum diketahui jelas, maka belum terdapat cara khusus untuk mencegahnya.

Namun untuk meminimalisir risiko penyakit ini, beberapa hal di bawah ini dapat diperhatikan [19] :

  • Menghindari penggunaan narkoba agar mencegah penularan HIV/AIDS.
  • Menggunakan pengaman atau alat kontrasepsi saat berhubungan intim.
  • Melindungi diri dari berbagai paparan zat kimia maupun radiasi.
  • Memeriksakan diri secara rutin ke dokter untuk pemantauan perkembangan penyakit maupun deteksi limfoma dini (terutama pada penderita penyakit autoimun maupun pengonsumsi imunosupresan).
Tinjauan
Memeriksakan diri secara rutin ke dokter terutama jika menderita penyakit autoimun atau pengonsumsi imunosupresan sangat penting. Namun, hingga kini belum terdapat cara pencegahan tepat dan terbaik untuk kasus limfoma karena penyebabnya belum diketahui.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment