Penghambat Platelet Glikoprotein : Manfaat – Cara Kerja, dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Perasaan nyeri, tekanan atau sesak yang dirasakan di dada disebut dengan angina. Hal ini akan datang disaat stres atau disaat sedang melakukan aktivitas fisik seperti berjalan atau berolahraga[1].

Karena aliran darah yang menurun juga menurunnya oksigen ke jantung adalah penyebab dari angina. Hal ini dikarenakan arteri yang mengalami pengerasan atau aterosklerosis. Angina akan bisa bertambah parah dan bahkan meningkatkan risiko serangan jantung bahkan berakibat fatal, jika tidak ditangani[1].

Fungsi Penghambat Platelet Glikoprotein

Penghambat platelet glikoprotein mencegah agresi platelet dengan membuat reseptor glikoprotein IIb / IIIa terblokir, akibatnya akan menemukan aplikasi dalam manajemen penyakit arteri koroner (CAD)[3].

Penghambat platelet glikoprotein yang tersedia diantaranya yaitu abciximab, tirofiban, dan eptifibatide. Sekelompok obat ini digunakan dengan aspirin untuk mengobati angina yang tidak stabil dengan intervensi koroner perkutan (PCI) dalam waktu 1 hari[3].

Diantara ke 3 obat ini, yang disebut dengan penghambat reseptor antibodi monoklonal adalah abciximab dan sisanya merupakan penghambat reseptor non-antibodi[3].

Penghambat platelet glikoprotein telah disetujui oleh FDA dan ditunjuk untuk mengelola sindrom koroner akut (ACS) seperti angina tidak stabil dan infark miokard non-ST elevasi dengan intervensi koroner perkutan (PCI) dalam sehari[3].

Penghambat platelet glikoprotein merupakan obat pilihan untuk sindrom koroner akut (ACS) ketika seringnya terjadi komplikasi sekunder akibat trombosis akut pasca prosedur[3].

Setelah penghambat P2Y12 oral diperkenalkan, peran penghambat ini mengalami penurunan, dan hanya digunakan hanya disaat alergi atau tidak lagi dapat mentolerir penghambat P2Y12 atau telah menerima penghambat P2Y12 dengan risiko yang tinggi terhadap trombus dan juga bagi yang alergi terhadap aspirin[3].

Penghambat platelet glikoprotein digunakan untuk mengobati angina, setelah terjadinya serangan jantung, angioplasti, atau jenis pembuluh darah koroner lainnya[2].

Penyakit yang Diatasi dengan Penghambat Platelet Glikoprotein

Terdapat penyakit yang diatasi dengan penghambat platelet glikoprotein, meliputi[2]:

  • Sindrom Koroner Akut
  • Angina
  • Serangan jantung
  • Angioplasti Transluminal Perkutan Risiko Tinggi
  • Intervensi Koroner Perkutan

Sindrom koroner akut (ACS) merupakan tanda dan gejala konstelasi dengan aliran darah yang tidak cukup melalui koroner dan resultan akut ischemia miokardium. Tanda utamanya adalah nyeri dada seperti tertekan, dapat nonradiasi hingga menjalar ke bahu kiri, ke rahang, atau ke lengan kiri. Nyeri dada ini disertai dengan napas yang terasa sesak, diaphoresis, dan bahkan dapat berakibat fatal[8].

Serangan jantung terjadi ketika bagian otot pada jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Dan penyakit ini disebut dengan infark miokard. Kerusakan pada otot jantung akan semakin besar, jika penyakit ini tidak segera diatasi[9].

Intervensi Koroner Perkutan merupakan prosedur invasif non-bedah yang bertujuan dalam membuat arteri koroner meringankan penyempitan atau penyumbatannya dan akan membuat suplai darah ke jaringan iskemik menjadi meningkat[10].

Cara Kerja Penghambat Platelet Glikoprotein

Reseptor glikoprotein memiliki dua sub unit alfa dan beta dalam kaskade koagulasi. Reseptor glikoprotein bertanggung jawab dalam adhesi platelet dan agregasi. Reseptor glikoprotein alfa dan beta akan berada di membran plasma trombosit, dan pada aktivasi trombosit akan mengalami perubahan konformasi yang membuat trombosit saling menempel[3].

Penghambat platelet glikoprotein dapat mencegah fibrinogen dan faktor von Willebrand dengan ikatan terhadap reseptor[3].

Melalui obat tirofiban sebagai turunan tirosin non-peptida yang akan membuat ikatan fibrinogen menjadi tercegah ke reseptor glikoprotein IIb / IIIa, yang akan mengarah ke penghambatan fungsi platelet, dengan kemampuannya dalam membuat agregasi platelet yang diinduksi ADP ex vivo menjadi terhambat dan waktu perdarahan dapat diperpanjang[7].

Obat ini memiliki volume distribusi antara 22-42 L dengan protein plasma yang terikat kisaran 65%. Pengeluarannya melalui urin kisaran 65% dan melalui feses kira-kira 25% dengan paruh waktu kisaran 2 jam[7].

Contoh Obat Penghambat Platelet Glikoprotein

Penghambat platelet glikoprotein tersedia dalam bentuk larutan intravena. Jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Contoh penghambat platelet glikoprotein dengan resep dokter termasuk[2]:

  • Tirofiban
  • Eptifibatide
  • Abciximab

Tirofiban merupakan obat yang berguna untuk mencegah pembekuan darah atau serangan jantung dengan nyeri dada yang parah juga dalam kondisi lain dan pada seseorang yang sedang menjalani prosedur angioplasti[4].

Eptifibatide merupakan obat yang dapat membantu mencegah trombosit saling menempel sehingga membentuk gumpalan pada darah. Penggumpalan ini tidak diinginkan dan terjadi dengan kondisi jantung atau pembuluh darah tertentu[5].

Abciximab berfungsi dalam mengurangi kemungkinan serangan jantung dengan intervensi koroner perkutan (PCI), yaitu prosedur yang membuat arteri jantung tersumbat menjadi terbuka[6].

Abciximab dapat mengurangi gumpalan darah yang berbahaya dengan mencegah sel tertentu menggumpal di dalam darah. Dapat digunakan dengan aspirin dan heparin untuk mencegah pembekuan darah[6].

Efek Samping penghambat platelet glikoprotein

Penghambat platelet glikoprotein dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak diinginkan.

Beberapa efek samping umum dari penghambat platelet glikoprotein termasuk[4,5,6]

  • Pusing
  • Denyut jantung yang lambat
  • Sakit kaki
  • Nyeri panggul
  • Bengkak
  • Keringat meningkat
  • Berdarah
  • Penglihatan kabur
  • Kebingungan
  • Pingsan
  • Pusing saat bangun dari berbaring atau duduk secara tiba-tiba
  • Kelelahan atau kelemahan tidak biasa

Jika mengalami perdarahan internal yang aktif, riwayat perdarahan atau gangguan pada pembekuan darah, tidak boleh menerima tirofiban. Dan jika setelah menggunakan tirofiban mengalami rendahnya trombosit darah, atau pernah mengalaminya[3].

Beritahu dokter apabila sedang hamil atau sedang menyusui, juga jika mengkonsumsi aspirin[3].

Apabila sedang memakai obat yang sama seperti abciximab juga tirofiban, dipastikan tidak boleh menerima eptifibatide[4].

Jika memiliki tingginya tekanan darah yang parah atau tak terkontrol, gagal ginjal, gangguan perdarahan, stroke dalam 30 hari terakhir, tidak boleh menggunakan eptifibatide. Juga jika pernah menjalani operasi atau keadaan darurat medis apapun dalam 6 minggu terakkhir[4].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment