Penyakit Kuru : Penyebab – Gejala – Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Penyakit Kuru?

Penyakit Kuru atau Kuru disease adalah jenis penyakit langka di dunia yang juga sangat fatal bagi penderitanya [1,2,3,4,7].

Penyakit ini merupakan penyakit sistem saraf dengan prevalensi kasus paling tinggi di kalangan masyarakat suku Fore di Papua Nugini selama tahun 1950-1960 [1,2,3,4].

Istilah “kuru” memiliki makna mati menggigil atau mati gemetar di mana istilah ini adalah dari bahasa lokal suku Fore sendiri [1,2,3,4,7].

Suku Fore pada zaman dulu terkenal memiliki tradisi yang tak biasa yang berkaitan dengan kanibalisme, sebab mereka harus memakan jasad orang yang baru meninggal pada waktu upacara pemakaman berlangsung untuk menghormati mendiang [1,2,3,4,7].

Para pria suku Fore akan memakan daging jasad tersebut, sedangkan wanita dan anak-anak akan memakan bagian otak jasad [1,2,3,4,7].

Kondisi ini pun dapat dikatakan seperti penyakit sapi gila yang tergolong sebagai penyakit TSE atau transmissible spongiform encephalopathies, yakni jenis penyakit yang memengaruhi otak kecil [1,2,3,4,7].

Otak kecil sendiri merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh [5].

Dan ketika penyakit ini menyerang otak kecil, kondisi akan berkembang secara progresif [1,2].

Fakta Tentang Penyakit Kuru

  1. Prevalensi penyakit Kuru di Papua Nugini tergolong tinggi pada awal tahun 1900-an dengan puncak angka kematian tertinggi adalah antara tahun 1940-1950 [1,2,3,4].
  2. Prevalensi penyakit Kuru pada pria lebih rendah daripada wanita dan anak-anak, sebab pria hanya makan daging dari jasad yang dihormati, sedangkan wanita dan anak-anaklah yang memakan bagian otak [1,2,3,4].
  3. Praktek ritual atau tradisi kanibalisme ini berkurang setelah kasus penyakit Kuru meningkat dan hal ini turut memengaruhi turunnya prevalensi kasus penyakit Kuru setelah tahun 1950-an [1].
  4. Pada Juli 1996 hingga Juni 2004 menurut sebuah survei aktif di Papua Nugini, ditemukan adanya 11 kasus baru yang teridentifikasi dan diketahui bahwa membutuhkan waktu sekitar 50 tahun lebih untuk masa inkubasinya [1].
  5. Kasus terakhir dilaporkan pada tahun 2005 dan sejak itu tidak terdengar lagi adanya penyakit Kuru [1].

Penyebab Penyakit Kuru

Penyakit Kuru adalah jenis penyakit yang menyerang otak kecil yang berfungsi utama mengatur keseimbangan dan koordinasi tubuh [5].

Namun, penyakit ini bukan disebabkan oleh jamur, virus maupun bakteri dan kondisi yang timbul tidak seperti penyakit infeksi pada umumnya [2].

Protein yang disebut dengan istilah prion merupakan penyebab utama penyakit Kuru [1,2,3,4].

Protein ini sebenarnya terdapat di dalam otak manusia, prion juga bukan jenis organisme hidup walaupun terproduksi alami di dalam otak [1,2,3,4].

Hanya saja, prion memiliki kemampuan mengubah diri dan bahkan membentuk gumpalan saat fungsi otak terganggu [1,2].

Penyakit Kuru berkaitan dengan orang-orang suku Fore yang memiliki tradisi memakan bangkai manusia [1,2,3,4].

Saat memakan bagian otak jasad manusia, hal ini memicu masuknya prion ke dalam tubuh si pengonsumsi [1,2,3,4].

Prion ini seperti virus maupun bakteri dan jenis mikroorganisme lain yang dapat masuk ke dalam tubuh lalu menyerang sel maupun jaringan tubuh yang sehat [1,2,3,4].

Prion ini kemudian menjangkiti otak kecil atau cerebellum dan membentuk lubang menyerupai spons di sana [1,2,3,4].

Hal ini lalu menyebabkan fungsi tubuh terganggu dan mengalami kerusakan yang berakibat fatal [2].

Gejala Penyakit Kuru

Karena penyakit Kuru merupakan gangguan pada sistem saraf otak, maka gejala yang timbul secara umum mirip seperti penyakit saraf otak lainnya [1,2].

Gejala awal dari penyakit Kuru pun mirip dengan gejala stroke dan penyakit Parkinson [2].

Sejumlah gejala dari penyakit Kuru yang patut diwaspadai antara lain adalah [1,2,3,4] :

  • Tubuh kehilangan keseimbangan dan koordinasi
  • Kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuh
  • Sering terjadi sentakan (menyerupai kejang atau kedutan) karena gerakan tubuh tak terkendali
  • Sakit kepala hebat
  • Linglung
  • Insomnia
  • Demensia
  • Perubahan suasana hati yang cepat dan tiba-tiba
  • Gangguan perilaku
  • Kesulitan bicara
  • Kesulitan menelan
  • Kesulitan berjalan
  • Menangis atau tertawa secara kompulsif dan seringkali tiba-tiba

Penyakit ini pun diketahui timbul dalam 3 tahap kondisi, di mana pada tahap awal penderita akan mengalami nyeri sendi dan sakit kepala berat [2].

Namun lama-kelamaan penderita dapat kehilangan kendali atas gerakan tubuhnya yang menyertai sakit kepala dan nyeri sendi [2].

Sementara pada tahap kedua, penderita umumnya sudah mulai kesulitan atau bahkan tidak bisa berjalan yang juga disertai tremor atau kejang [2].

Pada tahap ketiga, kemampuan bicara penderita hilang, timbul demensia, serta perubahan pada perilaku [2].

Pada tahap ini juga penderita akan mengalami malnutrisi dan kelaparan serius karena sulit menelan dan sulit untuk makan [2].

Pemeriksaan Penyakit Kuru

Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan adalah metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk mengetahui apakah gejala yang pasien alami mengarah ke penyakit Kuru [1].

Karena gejala-gejala penyakit Kuru memiliki kemiripan dengan penyakit stroke dan penyakit Parkinson, maka selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, tes fungsi saraf dan tes darah perlu pasien tempuh [1,2,3].

Tes darah akan membantu dokter dalam mengetahui kadar asam folat dan hormon tiroid di dalam tubuh pasien [1,2].

Selain itu, tes fungsi ginjal dan liver juga diperlukan agar dokter mampu mengeliminasi berbagai kemungkinan adanya kondisi lain pada tubuh pasien selain penyakit Kuru [1].

Apabila menurut dokter perlu, pasien juga akan diminta menjalani elektroensefalogram, yakni metode pemeriksaan untuk mengetahui aktivitas listrik pada otak [1].

Kemungkinan dokter juga akan meminta pasien untuk menempuh pemeriksaan MRI meskipun hasil dari pemeriksaan ini kurang bisa membantu dalam menghasilkan diagnosa [1].

Penanganan Penyakit Kuru

Tidak diketahui penanganan atau pengobatan terbaik dan sukses untuk penyakit Kuru [1,2].

Prion yang mengontaminasi dan memperburuk fungsi otak tidak dapat dihancurkan sebab cara untuk mengatasinya pun belum diketahui sampai sekarang [1,2].

Ketika sebuah jasad sudah melalui proses pengawetan menggunakan formaldehida selama beberapa tahun namun otak sudah terkontaminasi prion, maka akan tetap bersifat menular [2,3,4].

Karena ketiadaan cara pasti dalam mengobati penyakit ini maupun meredakan gejalanya, penyakit Kuru dianggap sebagai penyakit fatal dan mematikan [1,2,3,4].

Belum ada penderita penyakit Kuru yang diketahui sembuh secara total, sebab mereka akan meninggal atau bahkan tak lagi bisa hidup seperti dulu [1,2].

Fungsi otak kecil yang telah terpengaruh secara serius akan membuat kualitas hidup penderita menurun dan harus bergantung sepenuhnya pada anggota keluarga dalam menjalani kehidupan sehari-hari [1,2].

Bagaimana prognosis penyakit Kuru?

Prognosis Kuru tergolong buruk karena penyakit ini termasuk penyakit fatal berakibat pada kematian [1].

Dari sejak onset gejala timbul, penyakit Kuru dalam 24 bulan berpotensi membuat penderitanya meninggal [1].

Ketika benar-benar bisa diselamatkan, penderita tak bisa sembuh secara total [1].

Selama hidupnya, penderita harus bergantung pada keluarga atau kerabat dekatnya untuk melakukan rutinitas sehari-hari. [1,2]

Kualitas hidup penderita penyakit Kuru tidak akan bisa normal kembali karena saraf otak kecil telah terpengaruh secara buruk [1].

Komplikasi Penyakit Kuru

Penyakit Kuru yang tidak segera ditangani ketika gejala timbul akan berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi.

Salah satu komplikasi yang perlu diwaspadai adalah gejala ekstrapiramidal dan gejala serebelar serius [1,4,6].

Kedua kondisi tersebut mampu membuat penderita tak mampu beraktivitas secara normal dan bahkan sulit untuk menggerakkan tubuhnya [1,2,4,6].

Penderita dengan komplikasi tersebut memiliki risiko nyaris kehilangan nyawa dan hanya bisa terbaring tanpa bisa melakukan apapun [1].

Alhasil, penderita tak lagi bisa beraktivitas tanpa bantuan anggota keluarga lain yang sehat [1,2].

Penderita penyakit Kuru juga berpotensi menyebabkan kondisi malnutrisi di mana hal ini meningkatkan pula risiko pneumonia aspirasi dan ulkus dekubitus yang disertai infeksi sekunder [1,7].

Kedua risiko tersebut sangat dapat berakibat pada kematian [1,2].

Pencegahan Penyakit Kuru

Penyakit Kuru sendiri merupakan penyakit yang sangat langka meski sempat berprevalensi tinggi pada masa lalu [2].

Pada masa sekarang, sudah jarang atau bahkan sudah tidak ada laporan mengenai penyakit ini [2].

Penularan penyakit ini pun hanya terjadi ketika seseorang memakan jaringan otak yang sudah terkontaminasi prion atau bersentuhan dengan luka yang sudah terinfeksi kuru prion [2].

Oleh sebab itu, kanibalisme semacam tradisi yang dilakukan oleh suku Fore di Papua Nugini telah ditiadakan oleh pemerintah dan masyarakat [2].

Hal ini sebagai langkah pencegahan utama agar penyakit Kuru tidak lagi terjadi [2].

Masa inkubasi penyakit Kuru sendiri dapat berpuluh-puluh tahun dan hingga kini diketahui bahwa penyakit ini hampir punah [2].

Apabila terdapat sebuah kondisi dengan gejala menyerupai gejala penyakit Kuru di masa kini, maka ada kemungkinan orang tersebut mengalami gangguan neurologis (saraf) yang serius atau gejala yang mengarah pada penyakit spongiform.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment