Daftar isi
Apa itu Shaken Baby Syndrome?
Shaken baby syndrome ialah cedera otak serius yang terjadi pada bayi atau anak kecil ketika mengalami goncangan atau goyangan dengan kuat/kasar. Dampaknya mengakibatkan kematian sel-sel otak bayi dan mencegah oksigen mencapai otak[1].
Kondisi ini menyebabkan terjadinya pembengkakan, memar, dan pendarahan di dalam otak bayi. Bayi dapat mengalami cedera lebih jika ia terlempar jatuh[2].
Shaken baby syndrome merupakan suatu bentuk kekerasan terhadap bayi. Kondisi ini terjadi karena bayi diguncang dengan kasar pada bahu, lengan, atau kaki[1].
Shaken baby syndrome berbeda dari melempar bayi ke udara dengan hati-hati saat bermain atau membuat bayi melompat/memantul pada lutut. Bayi juga kemungkinan besar tidak akan mengalami luka terguncang akibat terjatuh dari sofa atau mobil yang berhenti tiba-tiba[1].
Penyebab Shaken Baby Syndrome
Karena memiliki otot leher yang masih lemah, bayi memerlukan waktu hingga mereka dapat mengangkat kepala sendiri. Seiring pertumbuhan, otot-otot tubuh bayi akan bertambah kuat. Demikian pula dengan otak bayi yang memerlukan waktu untuk berkembang[1, 3].
Saat bayi diguncang, otak dapat melambung atau melompat maju-mundur di dalam tulang tengkorak. Hal ini menyebabkan pendarahan, memar, dan pembengkakan. Hanya dalam beberapa detik guncangan agresif dapat mengakibatkan dampak tersebut[1].
Shaken baby syndrome dapat terjadi ketika bayi diguncang dengan kasar, dijatuhkan atau dilempar dengan sengaja, dan ketika bagian kepala atau leher dipukul dengan objek keras secara sengaja[3].
Faktor Risiko Shaken Baby Syndrome
Kebanyakan kasus shaken baby syndrome terjadi pada bayi dan anak berusia kurang dari 2 tahun. Namun kondisi ini juga dapat dialami oleh anak berusia hingga 5 tahun meski jarang. Shaken baby syndrome dapat terjadi baik pada anak laki-laki ataupun perempuan[3].
Orang tua atau pengasuh dapat mengguncang bayi karena menangis dalam waktu lama dan berusaha untuk menenangkannya. Terkadang orang tua atau pengasuh dapat mengalami stress sehingga bertindak kasar tanpa disadari[1, 2].
Anak dengan orang tua atau pengasuh yang mengalami kondisi berikut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami shaken baby syndrome[1]:
- penyalahgunaan alkohol atau narkoba
- kondisi keluarga yang tidak stabil
- depresi
Risiko shaken baby syndrome juga lebih tinggi pada anak dengan kebutuhan khusus atau masalah kesehatan tertentu yang membuatnya sering menangis seperti kolik atau GERD (gastroesophageal reflux disease)[3].
Gejala Shaken Baby Syndrome
Anak yang mengalami shaken baby syndrome dapat memiliki gejala seperti berikut[1, 2, 3]:
- mudah marah atau rewel dan sulit ditenangkan
- muntah
- sulit makan atau tidak nafsu makan
- kesulitan bernapas
- terlihat kaku
- tidak tersenyum atau mengoceh
- konvulsi (kejang-kejang)
- keletihan, kurang gerak, mengantuk
- kulit terlihat pucat
- memar pada lengan atau dada
- kepala atau kening berukuran besar
- bulging pada bagian lunak di puncak kepala
- tidak mampu mengangkat kepala
- pupil membesar atau pupil di kedua mata memiliki ukuran berbeda
- tremor atau gemetaran
- tidak mampu untuk fokus atau mengikuti gerakan dengan mata
- koma atau tidak sadarkan diri
Bayi dengan shaken baby syndrome bisa mengalami gejala yang tidak terlihat dari luar, seperti[1]:
- tulang rusuk atau tulang pada bagian tubuh lain patah
- cedera tulang belakang atau lebih
- pendarahan di dalam otak
Komplikasi Shaken Baby Syndrome
Bayi dengan shaken baby syndrome dapat mengalami masalah kesehatan serius seiring bertambahnya usia, meliputi[1, 2]:
- kebutaan sebagian atau total
- keterlambatan perkembangan
- masalah belajar dan kemampuan bicara
- masalah perilaku
- disabilitas intelektual
- gangguan kejang
- cerebral palsy
- hilang pendengaran
- kerusakan otak
- kematian
Diagnosis Shaken Baby Syndrome
Shaken baby syndrome termasuk kondisi yang sulit untuk didiagnosis. Salah satu alasannya ialah orang tua atau pengasuh sering kali tidak akan memberitahu bahwa bayi telah diguncang atau dipukul dengan sengaja[2, 3].
Selain itu gejala shaken baby syndrome, seperti rewel dan muntah-muntah, merupakan gejala yang umum ditemui pada bayi dengan berbagai masalah kesehatan lain[2, 3].
Jika bayi diduga mengalami cedera kepala, dokter dapat melakukan beberapa tes berikut[2, 3]:
- Pemeriksaan mata untuk mengecek pendarahan di dalam mata.
- X-ray untuk memeriksa ada tidaknya patah tulang, biasanya pada lengan, kaki, tulang tengkorak, dan tulang rusuk.
- CT scan atau MRI untuk memeriksa cedera pada tulang tengkorak, pembengkakan dan pendarahan dalam otak.
Pengobatan Shaken Baby Syndrome
Shaken baby syndrome perlu segera ditangani. Orang tua atau pengasuh hendaknya membawa untuk mendapatkan bantuan medis darurat sesegera mungkin setelah bayi mengalami guncangan. Dianjurkan juga untuk memberitahu pada dokter bahwa bayi telah mengalami kekerasan[2].
Penanganan untuk shaken baby syndrome bergantung pada gejala dan cedera yang dialami. Bayi dapat memerlukan bantuan pernapasan atau operasi untuk menghentikan pendarahan di otak. Pada beberapa kasus, bayi dapat mengalami gangguan yang memerlukan perawatan seumur hidup[1, 3].
Beberapa bayi dengan shaken baby syndrome dapat memerlukan perawatan jangka panjang dan dukungan berupa terapi, seperti[3]:
- Obat rehabilitasi
- Terapi kemampuan bicara dan bahasa
- Terapi fisik
- Terapi okupasi
Saat anak bertambah besar, mereka dapat perlu menghadiri sekolah khusus dan bantuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan keterampilan sehari-hari, seperti memakai baju sendiri[3].
Pencegahan Shaken Baby Syndrome
Shaken baby syndrome dapat dicegah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak guncangan keras bagi bayi[3].
Orang tua atau pengasuh juga perlu memahami bahwa normal bagi bayi untuk sering menangis. Bayi dapat menangis dari 1 hingga 3 jam per hari. Bayi paling sering menangis pada usia 2-3 bulan[1, 2].
Bayi dapat menangis secara tiba-tiba dan tanpa alasan serta sulit untuk ditenangkan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh untuk mencegah rasa marah dan mengguncang bayi[1, 2]:
- Memastikan bahwa tidak ada yang salah pada bayi. Sebaiknya memeriksa popok untuk memastikan apakah perlu diganti, periksa juga apakah bayi merasa lapar atau kedinginan. Pastikan bayi tidak mengalami gejala sakit seperti demam atau pembengkakan.
- Jika bayi baik-baik saja dan tidak menangis karena perlu sesuatu, cobalah untuk menenangkan menggunakan suara, bisa dengan menyalakan musik, bernyanyi atau mengajak bicara bayi.
- Memberikan kempongan atau mainan untuk mengalihkan perhatian bayi hingga tenang.
- Mengajak bayi jalan-jalan keluar, menaiki ayunan, atau berkeliling dengan mobil.
- Mengelus punggung bayi.
- Meminta tolong orang lain baik keluarga atau teman untuk menggantikan mengasuh bayi sementara waktu sehingga dapat beristirahat.
- Jika tidak memungkinkan untuk meminta bantuan orang lain, saat merasa mendekati batas amarah letakkan bayi di ranjang bayi lalu tinggal keluar sebentar hingga merasa lebih tenang. Orang tua atau pengasuh perlu mengingatkan diri bahwa menangis tidak membahayakan bayi, namun mengguncang akan membahayakan.