Daftar isi
Apa Itu Ulkus Diabetikum?
Ulkus diabetikum adalah suatu kondisi ketika penderita diabetes mengalami luka terbuka di bagian kaki yang mengeluarkan cairan sekaligus bau tak sedap [1,2,3].
Jadi dengan kata lain, ulkus diabetikum dikenal sebagai kondisi komplikasi pada penyakit diabetes [1,2,3].
Bila tidak mendapat penanganan secepatnya, ulkus diabetikum adalah kondisi yang bisa mengancam jiwa penderitanya [1,2,3].
Fakta Tentang Ulkus Diabetikum
- Prevalensi untuk ulkus diabetikum secara global mencapai 6,3% dengan prevalensi tertinggi (13%) ada di Amerika Utara dan prevalensi terendah (3%) ada di Oceania [1].
- Prevalensi ulkus diabetikum di Asia adalah 5,5% dan persentase ini lebih rendah bila dibandingkan prevalensi di Afrika dengan angka mencapai 7,2% [1].
- Prevalensi ulkus diabetikum pada pasien diabetes tipe 2 lebih tinggi (6,4%) daripada pasien diabetes tipe 1 (5,5%) [1].
- Penderita diabetes mellitus pria jauh lebih berisiko mengalami ulkus diabetikum dengan persentase 4,5% dibandingkan pasien diabetes mellitus wanita dengan angka kasus 3,5% [1].
- Lansia, penderita hipertensi, penderita diabetik retinopati, dan penderita diabetes tipe 2 yang sudah cukup lama memiliki peluang lebih besar untuk mengalami ulkus diabetikum, terutama bila orang tersebut juga merokok dan memiliki indeks massa tubuh rendah [1].
Penyebab Ulkus Diabetikum
Peredaran darah di dalam tubuh penderita diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang tidak lancar menjadi sebab utama ulkus diabetikum [1].
Aliran darah menuju kaki yang tidak lancar ditambah dengan kadar gula darah terlalu tinggi tak terkendali meningkatkan risiko kerusakan saraf kaki [1,2,3].
Hal ini diawali dengan kaki yang mati rasa dan luka yang tak kunjung sembuh [1,2,3].
Ketidaklancaran peredaran darah juga dikenal dengan istilah aterosklerosis, yakni kondisi pembuluh darah arteri yang mengeras atau menyempit karena plak-plak yang menumpuk di dinding pembuluh darah [4].
Seringkali aterosklerosis menjadi sebab penyakit jantung koroner, namun aterosklerosis sendiri berkaitan dengan diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi, hingga penyakit Lupus [5].
Selain itu, beberapa faktor lain seperti berikut turut mendasari timbulnya ulkus diabetikum [1,2,3].
- Kebiasaan merokok
- Faktor usia (lansia memiliki risiko lebih tinggi mengalami diabetes dan ulkus diabetikum)
- Faktor jenis kelamin (laki-laki penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena ulkus diabetikum)
- Kebiasaan atau ketergantungan minuman beralkohol
- Obesitas
- Kapalan pada bagian kaki
- Gangguan bentuk kaki seperti bunion
- Gangguan penglihatan
Hanya saja apapun kondisinya, diabetes tetap menjadi faktor risiko paling umum dari timbulnya ulkus diabetikum [1,2,3].
Hal ini akan jauh lebih berbahaya ketika pria usia lanjut mengalami ulkus diabetikum [1].
Selain aterosklerosis, ulkus diabetikum juga dapat disebabkan oleh neuropati diabetik atau gangguan saraf yang juga terjadi karena penyakit diabetes [1,2,3,6].
Beberapa gejala neuropati diabetik meliputi rasa nyeri, kesemutan hingga kebas atau mati rasa di bagian tubuh mana saja, terutama saraf kaki [6].
Neuropati diabetik umumnya terjadi pula karena pola hidup tak sehat atau karena penderita memiliki penyakit autoimun [6].
Gejala Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum terutama pada penderita diabetes akan menimbulkan sejumlah gejala seperti berikut [1,2,3] :
- Warna kulit kaki yang berubah
- Kaki terasa nyeri
- Pembengkakan di area kaki atau pergelangan kaki
- Suhu kaki mengalami perubahan
- Kuku kaki yang terinfeksi jamur
- Terdapat luka terbuka pada kaki yang tak kunjung sembuh
- Terdapat cairan keluar dari luka di kaki tersebut
- Kapalan di area kaki
- Kulit kaki pecah-pecah dan kering, terutama di area tumit
- Timbul bau tak sedap dari luka di kaki (biasanya berasal dari cairan yang keluar)
Pemeriksaan Ulkus Diabetikum
Untuk memastikan bahwa kondisi yang dialami oleh penderita merupakan ulkus diabetikum, kondisi gejala perlu diperiksakan ke dokter.
- Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis
Dokter tentunya perlu memeriksa fisik pasien, terutama luka pada kaki (penampakan dan lokasi luka) [1,3[.
Dokter juga perlu tahu riwayat medis apa saja yang pasien miliki, berikut riwayat medis keluarga pasien sebagai informasi tambahan.
- Klasifikasi Wagner Meggitt Ulkus Diabetik
Pemeriksaan menurut klasifikasi Wagner terdiri dari 6 tahap untuk menunjukkan tingkat keparahan ulkus diabetikum pasien [1].
Tahap 0 adalah ketika kaki hanya terasa nyeri [1].
Tahap 1 adalah ketika ulkus atau luka muncul pada kulit dan jaringan bawah kulit [1].
Tahap 2 adalah ketika luka terdeteksi lebih dalam, yakni mencapai ligamen, tendon dan otot. Tahap 3 adalah ketika luka sudah melibatkan tulang pasien [1].
Tahap 4 adalah ketika kaki depan mengalami gangren, sementara tahap 5 adalah ketika gangren sudah menyerang seluruh bagian kaki pasien [1].
Untuk mengetahui kondisi kadar gula darah pasien, dibutuhkan pengecekan darah [1,2].
Oleh sebab itu, tes laboratorium seperti tes darah lengkap sangat membantu dalam menegakkan diagnosa.
- Tes Pemindaian
Rontgen atau sinar-X, pemeriksaan MRI, dan pemindaian tulang juga merupakan rangkaian tes penunjang yang pasien perlu tempuh [1,2,3].
Tes pemindaian bertujuan untuk mengetahui penyebaran luka atau lesi dan apakah jaringan lunak tubuh pasien sudah terkena [1,2,3[.
MRI scan perlu dokter lakukan untuk mengetahui apakah terjadi peradangan sendi dan osteomyelitis [1].
- Biopsi dan Kultur
Pengambilan sampel jaringan dari kulit hingga tulang diperlukan untuk pemeriksaan mendalam [1].
Dokter perlu mengetahui detail seberapa parah luka pasien dan apakah telah terjadi infeksi [1].
Bila infeksi bakteri terjadi, maka dokter segera meresepkan obat antibiotik untuk mengatasinya [1].
Penanganan Ulkus Diabetikum
Penanganan yang diberikan kepada pasien ulkus diabetikum akan disesuaikan dengan kondisi menyeluruh pasien.
Namun umumnya, berikut ini adalah bentuk pengobatan yang dokter akan berikan.
- Edukasi Pasien Tentang Cara Perawatan Luka
Dokter biasanya memberi tahu pasien apa saja yang perlu diperhatikan dalam merawat luka pada ulkus diabetikum [1].
Agar meminimalisir risiko infeksi, pasien perlu menjaga agar luka diabetes tidak lembap dan kotor [1,3].
Oleh karena itu, penting untuk menutup luka menggunakan perban secara rapat dan jaga agar tetap bersih maupun kering [1].
Perban juga harus diganti secara berkala dan rutin supaya terhindar dari kotoran yang bisa menjadi jalan masuk bakteri ke dalam luka [1].
Tidak hanya itu, pemantauan kadar gula darah juga perlu dokter lakukan dan hal ini memerlukan peran pasien untuk aktif memeriksakan diri secara rutin [1,2,3].
- Pengecekan Gula Darah
Agar lebih terkontrol, kadar gula darah harus tetap di bawah pemantauan dan penanganan dokter [1,2,3].
Semakin terkontrol kadar gula darah pasien, prognosis untuk ulkus diabetikum juga semakin baik [1,2,3].
- Pemberian Obat-obatan
Jika terdeteksi adanya infeksi, dokter akan memberi obat antibiotik kepada pasien. [1]
Sebagai pelancar peredaran darah, dokter juga biasanya meresepkan antiplatelet [1].
Sementara insulin atau obat antidiabetes dokter berikan sebagai pengendali kadar gula darah [1].
- Debridement
Debridement atau prosedur bedah untuk menghilangkan kulit dan jaringan mati adalah salah satu bentuk perawatan medis bagi luka diabetes pasien [1,2,3,7].
Terapi oksigen hiperbarik juga kemungkinan besar dokter rekomendasikan kepada pasien supaya peredaran darah kaki pasien kembali baik [1,2].
Untuk memudahkan pasien untuk beraktivitas, bantuan berupa tongkat atau kursi roda akan dokter berikan sementara waktu setelah menjalani debridement [1].
Bagaimana prognosis ulkus diabetikum?
Seberapa baik prognosis ulkus diabetikum tergantung dari pengetahuan pasien mengenai cara penanganannya, pengendalian kadar gula darah, pola hidup, dan perawatan luka [1].
Bila kadar gula darah tinggi tak lagi bisa terkontrol dengan baik ditambah luka tidak dirawat secara benar dan pola hidup tetap kurang sehat, risiko prognosis buruk sangat tinggi [1].
Ketika luka tidak kunjung sembuh dan tak mendapat perawatan yang benar, risiko infeksi, kambuhnya luka, luka tak kunjung sembuh dan suplai darah yang buruk akan memperparah kondisi ulkus diabetikum pasien [1].
Jika luka pada kaki sudah cukup serius namun tak ada penanganan serius, luka akan bertambah parah dan bisa berujung pada osteomyelitis hingga amputasi [1].
Komplikasi Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum adalah kondisi yang dapat mengakibatkan berbagai risiko komplikasi seperti berikut apabila tidak memperoleh perawatan yang tepat [1].
- Gangren
- Selulitis
- Limfangitis
- Sepsis
- Abses
- Osteomyelitis
- Amputasi
Pencegahan Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum dapat dicegah dan berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan [3] :
- Menurunkan berat badan apabila kondisi tubuh obesitas (kelebihan berat badan).
- Membersihkan kaki secara rutin menggunakan air hangat dan sabun; pastikan menggosok sela-sela jari dan juga bagian tumit. Setelah itu, keringkan kaki secara menyeluruh dan jangan beraktivitas lebih dulu jika kaki masih lembap.
- Memotong kuku secara rutin dan hindari memanjangkan kuku kaki karena meningkatkan risiko infeksi jamur.
- Mengenakan sepatu yang terbuat dari bahan nyaman serta yang berukuran tepat.
- Jika mengenakan kaos kaki, pastikan untuk menggantinya apabila sering berkeringat; hindari menggunakan kaos kaki yang sama berkali-kali tanpa mencucinya.
- Memerika kaki untuk berjaga-jaga jika timbul, kapalan, luka atau sekadar kulit pecah-pecah sehingga bisa segera memperoleh perawatan.
- Mengecek kondisi kadar gula darah secara teratur agar tetap terkontrol dengan baik.
- Menerapkan pola diet atau pola makan sehat yang sesuai dengan kondisi diabetes.
- Mengonsumsi obat yang dokter resepkan dan anjurkan untuk kondisi luka maupun diabetes.
Ketika mulai timbul luka, ada baiknya segera ke dokter dan berkonsultasi mengenai penanganan paling tepat supaya tidak semakin serius.