Abulia : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Abulia?

Abulia merupakan sebuah kondisi berkurang atau hilangnya dorongan, inisiatif, atau daya kemauan di dalam diri seseorang berkaitan dengan cedera atau adanya lesi pada bagian otak. [1,2,7,9,12].

Abulia juga dikenal sebagai salah satu jenis apati yang diakibatkan oleh sebuah kondisi medis, terutama penyakit yang memengaruhi otak.

Orang-orang penderita abulia sebenarnya sadar bahwa diri mereka memiliki motivasi yang tidak sebesar dulu dalam melakukan hal-hal tertentu.

Kadar motivasi dan inisiatif yang berkurang dapat begitu nampak, terutama oleh orang lain (anggota keluarga atau teman dekat) di mana hal ini pun membuat mereka merasa kecewa.

Tinjauan
Abulia adalah sebuah kondisi hilangnya motivasi, inisiatif atau daya kemauan seseorang dikarenakan adanya gangguan pada bagian otak tertentu.

Fakta Tentang Abulia

Abulia merupakan masalah kesehatan yang sebenarnya tergolong umum, namun data prevalensi nasional hingga internasional hingga kini belum diketahui jelas [1].

Menurut sebuah hasil survei mengenai apati pada orang dewasa yang lebih tua yang dilakukan oleh pada dokter asal Inggris, data menunjukkan bahwa terdapat kurang dari 50% orang yang meyakini bahwa abulia adalah kondisi yang berbeda dari depresi [2].

Penyebab Abulia

Penyebab utama pada rata-rata kasus abulia adalah cedera pada otak yang umumnya terjadi dalam bentuk lesi [1,2].

Kehilangan motivasi dapat menjadi akibat dari sinyal neuron pada otak yang fungsinya tidak lagi bekerja dengan baik karena adanya kerusakan pada bagian otak tertentu.

Padahal, sinyal neuron pada dasarnya dilepas oleh faktor-faktor lingkungan untuk memicu motivasi manusia dalam melakukan berbagai hal.

Selain karena cedera dan kerusakan bagian otak, beberapa kondisi di bawah ini pun mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami abulia.

Demensia merupakan sebuah kondisi daya ingat dan kemampuan berpikir yang menurun di mana jenis kondisi yang paling umum terjadi adalah demensia vaskular dan penyakit Alzheimer [3].

Kerusakan sel saraf serta hubungan antar saraf di otak menjadi penyebab demensia walaupun ada beberapa faktor lain yang mampu menimbulkan kondisi ini.

Karena fungsi saraf otak yang mengalami gangguan, maka hal ini dapat menjadi salah satu faktor timbulnya abulia pada seseorang [2,3].

Perubahan perilaku adalah yang paling nampak, begitu juga dengan sulitnya membaca serta menulis, pola tidur yang berubah, menarik diri dari lingkungan sosial, serta berkurangnya rasa semangat dalam diri penderita.

Penyakit Parkinson merupakan jenis penyakit saraf yang mengenai otak, terutama bagian otak yang mengendalikan gerakan tubuh [1,2].

Kondisi ini akan terus memburuk hingga pada akhirnya penderita sulit dalam menggerakkan tubuh, seperti untuk menulis, berjalan dan bicara.

Penyakit Parkinson dapat berhubungan dengan sel saraf yang mati atau terganggu pada substantia nigra (salah satu bagian otak).

Karena kerusakan atau kematian sel saraf tersebut, gerakan tubuh penderita akan melambat karena produksi dopamin yang otomatis menurun di mana hal ini juga termasuk dalam kondisi abulia.

  • Penyakit Alzheimer

Alzheimer adalah jenis penyakit otak yang juga merupakan salah satu jenis kondisi demensia [2,3,4].

Daya ingat sekaligus kemampuan bicara serta berpikir yang menurun adalah tanda utama penyakit ini.

Selain mudah lupa akan banyak hal, penyakit Alzheimer dapat menyebabkan hilangnya ketertarikan terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai oleh penderita.

Aktivitas sehari-hari penderita pun menjadi lebih pribadi yang digunakan untuk duduk, menonton TV, tidur, tanpa adanya interaksi dengan orang lain.

Rata-rata penderita Alzheimer dapat menarik diri dari aktivitas sosial dan biasanya mengalami kesulitan saat hendak memutuskan sesuatu.

  • Infeksi otak

Infeksi otak dapat pula mengganggu fungsi saraf dan kinerja otak yang berdampak pada timbulnya abulia [5].

Cedera kepala, infeksi gigi, kecanduan alkohol, penyakit diabetes, efek kemoterapi, kecanduan narkoba, dan daya tahan tubuh lemah menjadi peningkat risiko infeksi otak.

Kanker otak dapat pula menimbulkan kondisi semacam abulia, tergantung dari lokasi tumbuhnya tumor pada bagian otak [1,6].

Kesulitan dalam membuat rencana dan keputusan, perubahan perilaku dan perubaha kepribadian dapat terjadi.

Kondisi-kondisi tersebut dapat timbul ketika tumor tumbuh pada lobus frontal.

Skizofrenia merupakan sejenis gangguan mental yang ditandai utamanya dengan kondisi delusi dan halusinasi pada penderitanya [6,7].

Namun hal ini juga akan berkembang dengan adanya tanda lain seperti perubahan perilaku dan dan cara berpikir.

Skizofrenia juga akan menyebabkan ketidaknyamanan pada penderita ketika harus berdekatan dengan orang lain sehingga menimbulkan rasa enggan untuk memulai interaksi.

Kehilangan motivasi dan minat di berbagai kegiatan juga menjadi salah satu gejala penting sehingga biasanya penderita memilih untuk diam di rumah lebih banyak.

Penyakit Huntington merupakan sebuah kondisi gangguan gerakan tubuh dan gangguan berpikir, namun juga meliputi gangguan pada jiwa penderitanya [8].

Penyakit keturunan ini menyebabkan seseorang menjadi lambat dalam memahami suatu hal terutama dalam pembicaraan.

Kemampuan mengatur, merencanakan, dan konsentrasi dalam suatu kegiatan yang dikerjakan juga ikut menurun.

Penderitanya bahkan berpotensi untuk menarik diri dari lingkungan sosial yang juga berkemungkinan disertai dengan perilaku impulsif.

Kondisi saat pasokan darah menuju otak terganggua atau berkurang karena adanya pembuluh darah yang pecah atau tersumbat disebut dengan penyakit stroke.

Penyakit stroke dapat menimbulkan gejala berupa apati yang juga berkaitan dengan kondisi abulia, kehilangan motivasi dan ketertarikan terhadap banyak hal [2,9].

Berikut ini adalah beberapa bagian otak yang dapat mengalami kerusakan dan menimbulkan kondisi seperti abulia [1,9,10] :

  • Globus pallidus
  • Caudate nucleus
  • Cingulate gyrus
  • Frontal lobes
  • Basal ganglia

Menurut sebuah hasil penelitian, terbukti bahwa area di luar lesi atau lokasi cedera pada otak dapat mengalami disfungsi yang berakibat pula pada timbulnya abulia [9].

Perbedaan Antara Abulia dan Depresi

Abulia dan depresi adalah dua kondisi berbeda walau mungkin beberapa gejala dan tandanya hampir mirip [2,11].

Pada kasus abulia, penderitanya secara umum tidak memiliki pikiran maupun emosi negatif yang biasanya berkembang pada penderita depresi.

Pada kasus abulia, penderitanya hanya mengalami motivasi, inisiatif dan kepedulian yang berkurang, terutama terhadap diri mereka sendiri atau mengenai orang lain yang ada di sekitar mereka.

Perbedaan lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa penggunaan antidepresan tidak akan efektif untuk menangani kondisi abulia.

Jika penderita depresi dapat mengalami kondisi yang lebih baik, maka penderita abulia tidak mengalami efek apapun setelah menggunakan antidepresan.

Oleh sebab itu, penting untuk memeriksakan diri dan memperoleh diagnosa yang akurat supaya tidak terjadi kesalahan dalam penanganannya.

Tinjauan
Jaringan abnormal atau lesi pada otak dapat menjadi penyebab utama pada banyak kasus abulia. Beberapa kondisi medis yang juga mampu mendasari kondisi abulia adalah demensia, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, infeksi otak, kanker otak, penyakit Huntington, skizofrenia, dan penyakit stroke.

Gejala Abulia

Abulia adalah sebuah kondisi yang akan menimbulkan gejala perubahan perilaku dan emosional, yakni seperti berikut [1,2,9] :

  • Berkurangnya produktivitas.
  • Berkurangnya inisiatif untuk melakukan apapun.
  • Berkurangnya upaya yang dilakukan untuk suatu hal.
  • Perhatian dan fokus mudah teralihkan.
  • Respon emosional yang kurang terhadap kejadian-kejadian penting.
  • Tidak memiliki tujuan dan perencanaan dalam kehidupannya sehari-hari.
  • Cenderung pasif dalam segala hal.
  • Berkurangnya spontanitas.
  • Mengunyah makanan lebih lama dan terlalu perlahan namun tanpa menelannya.
  • Kesulitan saat harus membuat sebuah rencana atau keputusan tertentu.
  • Gerakan tubuh yang melambat.
  • Asosial atau kondisi ketidaktertarikan terhadap interaksi sosial, terhadap orang lain, sehingga cenderung menarik diri dan menghindari kehidupan sosial.

Pemeriksaan Abulia

Untuk memastikan bahwa kondisi yang dialami benar adalah abulia atau justru merupakan sebuah keadaan depresi, jauh lebih baik dan membantu apabila segera menemui ahli kesehatan mental.

Dokter akan mengevaluasi gejala dan ciri yang terjadi untuk dapat mengatasinya secara tepat.

Beberapa metode diagnosa untuk kasus abulia antara lain adalah :

  • Pemeriksaan Riwayat Medis

Dokter akan lebih dulu memeriksa riwayat medis pasien dengan mengajukan sejumlah pertanyaan terkait hal tersebut [1].

Ada kemungkinan bahwa dokter juga akan menanyakan riwayat medis keluarga pasien untuk menegakkan diagnosa.

Dokter juga akan menanyakan secara spesifik mengenai perilaku dan perasaan pasien serta mengobservasinya langsung.

Seringkali, dokter juga akan bertanya pada keluarga maupun teman dekat pasien untuk mengetahui lebih detail bagaimana perilaku dan perasaan pasien selama ini.

  • Tes Pemindaian

Tes pemindaian yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosa abulia adalah MRI scan khusus untuk otak atau CT scan [1,9].

Salah satu atau kedua tes pemindaian ini dapat membantu dokter dalam mengetahui lokasi gangguan pada otak pasien.

Biasanya, penyakit stroke dapat terdeteksi melalui pemeriksaan ini.

Kriteria untuk Diagnosa Abulia

Beberapa kriteria yang digunakan oleh dokter dalam mendiagnosa abulia pada pasien antara lain adalah [1] :

  • Spontanitas pasien yang berkurang, terutama dalam berbicara dan aktivitas.
  • Latensi yang berkepanjangan dalam bereaksi atau merespon terhadap suatu arahan.
  • Kemampuan untuk bertahan dan fokus dalam mengerjakan suatu hal berkurang.
Tinjauan
Metode diagnosa abulia adalah dengan memeriksa riwayat medis pasien serta melalui tes pemindaian seperti MRI dan CT scan untuk mengetahui kondisi detail pada otak.

Penanganan Abulia

Setelah abulia berhasil terdeteksi dan dapat dibedakan dari kondisi depresi, dokter akan memberikan obat yang tepat bagi pasien serta bentuk perawatan lainnya jika diperlukan.

Melalui Obat-obatan

Karena ada kemungkinan bahwa kadar dopamin di dalam tubuh pasien abulia mengalami penurunan, maka bila hal itu terjadi dokter akan memberikan obat khusus yang akan meningkatkan kadar dopamin [1].

Melalui Terapi

  • Terapi Kognitif

Rehabilitasi atau terapi kognitif dapat membantu pasien abulia dalam memperbaiki kemampuan berpikir yang semula menurun [1,12].

  • Terapi Fisik

Selain itu, terapi fisik juga akan sangat dibutuhkan pasien dalam memperbaiki kondisi keseimbangan dan kekuatan tubuh [1,5,12].

Melalui serangkaian aktivitas fisik yang dibimbing dan didampingi oleh terapis profesional, pasien dapat meningkatkan kembali gerakan tubuhnya.

  • Konseling

Konseling adalah bentuk terapi lainnya yang juga dibutuhkan oleh pasien agar komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya dapat meningkat, terutama hal ini dibutuhkan oleh penderita skizofrenia [13].

Bila komunikasi pasien dapat ditingkatkan, maka kemungkinan besar kondisi abulia bisa diatasi dengan baik.

Tinjauan
Penanganan abulia dapat dilakukan melalui pemberian obat-obatan tergantung kondisi yang mendasarinya maupun terapi (terapi kognitif, terapi fisik, atau konseling).

Komplikasi Abulia

Pasien abulia dapat mengalami sejumlah komplikasi ketika tidak segera mendapatkan penanganan.

Karena kondisi yang terus diabaikan, insiatif dan motivasi penderita akan terus berkurang di mana hal ini akan berdampak pada risiko-risiki komplikasi sebagai berikut [1] :

  • Deep vein thrombosis
  • Ketidakseimbangan elektrolit
  • Dehidrasi
  • Malnutrisi
  • Bedsore (jaringan darah di salah satu bagian kulit yang mengalami kematian karena mendapat tekanan jangka panjang, baik karena duduk terlalu lama, tak dapat bergerak, atau saat penderita dalam kondisi koma).

Penderita abulia sendiri memang sulit untuk dimotivasi, terutama oleh orang-orang terdekat.

Oleh sebab itu, peran petugas medis, psikiater, dan dokter ahli saraf sangat penting dalam mengembalikan motivasi penderita abulia sehingga tidak berdampak pada kondisi komplikasi.

Pencegahan Abulia

Tidak terdapat cara khusus untuk menghindari atau mencegah supaya abulia sama sekali tidak terjadi.

Siapa saja dapat mengalami abulia, tanpa memandang ras, jenis kelamin, dan usia [1].

Namun supaya mampu meminimalisir risiko komplikasinya, penanganan gejala sedini mungkin sangat dianjurkan.

Rehabilitasi untuk pasien abulia sendiri juga memakan waktu cukup lama untuk mengalami efeknya, namun selama diatasi oleh tenaga medis profesional, kondisi penderita dapat mengalami perkembangan baik.

Tinjauan
Tidak terdapat cara khusus untuk mencegah abulia, namun penanganan dini terhadap gejala yang mulai timbul dapat membantu meminimalisir risiko komplikasi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment