Brakiterapi : Prosedur – Perawatan – Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Brakiterapi?

Brakiterapi adalah istilah untuk radioterapi internal, yakni tindakan pengobatan kanker yang dilakukan dengan memasukkan bahan radiasi ke dalam tubuh pasien penderita kanker secara langsung [1,2,5,6].

Dibandingkan dengan terapi radiasi pada umumnya, brakiterapi kerap dilakukan oleh dokter dengan memberikan dosis tinggi radiasi ke organ tubuh pasien yang ditumbuhi tumor atau kanker [1,2,5,6].

Penderita kanker prostat, kanker kepala, kanker serviks, kanker leher, kanker payudara dan kanker mata dapat menempuh prosedur brakiterapi ini sebagai penanganannya [1,2,5,6].

Radioterapi Internal Vs. Radioterapi Eksternal

Radioterapi internal atau brakiterapi berbeda dari radioterapi eksternal, sebab pada radioterapi internal dokter perlu memasukkan implan radioaktif ke dalam tubuh pasien [1,2,5].

Dokter akan memosisikan implan radioaktif ini di area dekat pertumbuhan sel-sel kanker di mana dokter akan membiarkannya selama beberapa hari atau bahkan menjadikannya permanen [1,2,5].

Implan sementara atau permanen radioaktif ini tergantung dari jenis kanker yang pasien derita [1,2,5].

Pada kasus radioterapi internal, implan permanen tidak mengkhawatirkan karena semakin lama di dalam tubuh pasien, kadar radiasinya pun akan berkurang [1,2,5].

Sementara itu, radioterapi eksternal merupakan jenis radioterapi di mana prosedur lebih singkat dari radioterapi internal, yakni antara 10-30 menit per sesi [3,4].

Tindakan radioterapi eksternal dilakukan oleh dokter dari luar tubuh pasien dengan menargetkan area tubuh pasien yang terkena kanker lalu menyinarinya dengan sinar-X atau sinar proton [3,4].

Efek dari terapi ini tidak terlalu terasa karena pasien biasanya tak mengalami kesakitan selama menjalaninya dan diperbolehkan pulang usai menempuhnya [3,4].

Fakta Tentang Brakiterapi

  1. Brakiterapi adalah teknik radioterapi yang pertama kali digunakan oleh Alexandre Danlos dan Paul Bloch yang menerima sampel radioaktif dari Marie Sklodowska Curie dan Pierre (suaminya) [1].
  2. Brakiterapi juga digunakan pertama kali untuk mengatasi kanker serviks pada tahun 1903, yakni oleh Margareth A. Cleaves [1].
  3. Braki sendiri berasal dari kata brachy yang berarti jarak pendek dalam bahasa Yunani [1].
  4. Brakiterapi adalah metode berbeda dari terapi radiasi lain karena penggunaan radiasi dosis tinggi namun tetap mampu meminimalisir pengaruhnya ke organ-organ sekitar lokasi tumbuhnya tumor [1].
  5. Prosedur dan teknik brakiterapi mengalami perubahan dan perkembangan yang kini dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kanker, terutama kanker prostat, serviks dan payudara [1].

Siapa saja yang membutuhkan tindakan atau prosedur brakiterapi?

Selain dari penderita kanker prostat, kanker kepala, kanker serviks, kanker leher, kanker payudara dan kanker mata, brakiterapi dapat juga mengatasi kanker-kanker lainnya dan di antaranya adalah [1,2,5] :

Meski dapat mengatasi berbagai jenis kanker, penting untuk mengetahui bahwa terdapat syarat atau kriteria penderita kanker siapa saja yang boleh atau direkomendasikan menjalani prosedur ini, yakni :

  • Tidak dalam kondisi hamil
  • Tidak ada kanker lain selain kanker yang hendak diatasi dengan brakiterapi
  • Penyebaran kanker belum sampai pada kelenjar getah bening
  • Tidak memiliki riwayat brakiterapi dan organ yang ditangani dengan prosedur ini sama dengan yang hendak ditangani saat ini
  • Memiliki peluang sembuh yang tinggi
  • Tidak memiliki kondisi obesitas morbid
  • Penyebaran kanker belum sampai pada jaringan tubuh lain (kanker sudah terlalu meluas)

Jika sebaliknya, maka pasien tidak direkomendasikan menjalani brakiterapi atau setidaknya menunda untuk menempuh brakiterapi sampai kondisi benar-benar

Persiapan dan Prosedur Brakiterapi

Seperti pada tindakan bedah lain, terdapat langkah persiapan lebih dulu sebelum pasien dapat menempuh prosedur bedah.

Untuk brakiterapi, terdapat beberapa langkah persiapan yang diperlukan oleh pasien, yakni diantaranya [1,2,5,6] :

  • Pasien perlu memeriksakan diri lebih dulu ke dokter serta melakukan konsultasi, khususnya pada dokter onkologi sehingga perlu tidaknya brakiterapi dapat diputuskan.
  • Pasien dapat melakukan diskusi dengan dokter mengenai pemberian jumlah rdiasi dan pengaturan implan dengan memberikan informasi kepada dokter mengenai kondisi kesehatan diri secara menyeluruh.
  • Dokter baru akan memutuskan jumlah pemberian radiasi dan implan setelah mengetahui jelas jenis kanker yang selama ini pasien derita serta lokasi kanker tumbuh.
  • Dokter akan meminta pasien menjawab beberapa pertanyaan terkait riwayat kesehatan dan riwayat pengobatan.
  • Dokter akan memeriksa fisik pasien lebih dulu secara keseluruhan, lalu meminta pasien perlu menempuh tes laboratorium (tes urine, tes darah dan tes fungsi organ) sekaligus tes pemindaian (rontgen, MRI dan CT scan) sebagai tes penunjang dalam memastikan kondisi pasien.
  • Jika pasien menggunakan obat obat anti-inflamasi nonsteroid dan obat pengencer darah, maka dokter biasanya mengharuskan pasien berhenti mengonsumsinya beberapa waktu sebelum hari-H pasien menjalani brakiterapi.
  • Permintaan dokter kepada pasien untuk menghentikan penggunaan beberapa obat tertentu bertujuan menghindari risiko-risiko komplikasi yang dapat terjadi selama pelaksanaan prosedur brakiterapi.
  • Pasien perlu berpuasa beberapa jam sebelum menjalani brakiterapi (waktunya dapat dikonsultasikan dengan dokter masing-masing agar tidak terjadi kesalahan).
  • Pada beberapa pasien, dokter bisa juga memberi cairan khusus pembersih usus (khususnya jika kanker berhubungan dengan area atau sistem pencernaan).

Setelah persiapan dilakukan dengan benar, pasien akan dianggap sudah siap menempuh brakiterapi.

Pada hari-H, berikut ini adalah proses dari brakiterapi yang pasien akan jalani [1,2,5,6] :

  • Petugas medis lebih dulu berganti pakaian dan mengenakan perlengkapan khusus pelindung tubuh dari eksposur radiasi dan setelah pasien berada di ruang operasi, dokter akan meminta pasien langsung berbaring di atas meja operasi.
  • Penerapan brakiterapi oleh dokter bedah bisa berbeda-beda antar pasien, tergantung dari jenis kanker yang perlu ditangani serta teknik yang dokter pilih untuk gunakan.
  • Dokter pertama-tama akan memasang infus ke lengan atau tangan pasien, termasuk sebagai jalan obat bius. Namun, metode serta jenis obat bius yang dokter berikan biasanya tergantung dari jenis kanker yang hendak ditangani.
  • Dokter akan memasukkan implan radiasi ke dalam tumor secara langsung pada pasien dengan kondisi kanker prostat.
  • Sementara itu, dokter akan membuat rongga lebih dulu pada tubuh pasien kanker endometrium atau kanker serviks lalu memasukkan dan meletakkan implan radiasi di rongga tubuh pasien tersebut.
  • Terdapat aplikator yang berasal dari bahan plastik atau logam yang dokter gunakan untuk memasukkan implan radiasi ke dalam tubuh pasien yang ditargetkan setelah dipastikan efek obat bius sudah pasien rasakan.
  • Pada prosesnya, dokter kemungkinan memerlukan alat bantu berupa alat pemindai apabila kesulitan dalam menemukan posisi untuk letak implan pada organ dalam tubuh pasien.
  • Dokter bisa memasukkan satu atau lebih implan dalam bentuk jarum, balon, pita, biji, kapsul, kabel, hingga tabung. Sementara itu, iridium, paladium, yodium, dan cesium adalah bahan-bahan radiasi yang selama ini dokter gunakan dalam prosedur brakiterapi.

Jenis implan menentukan pula metode dan langkah brakiterapi sehingga antar pasien berpotensi tidak sama; berikut ini adalah dua langkah brakiterapi yang dimaksud, yakni brakiterapi implan permanen, dosis tinggi, dan dosis rendah.

Brakiterapi Permanen

Pada prosedur brakiterapi implan permanen, dokter biasanya membiarkan implan untuk berada dalam tubuh pasien seterusnya [2,5].

Dosis radiasi tidak perlu dikhawatirkan sebab akan berkurang dengan sendirinya saat terlepas sedikit-sedikit walau berada di dalam tubuh pasien seumur hidup [2,5].

Walau ada permanen di dalam tubuh pasien, kerja dan bertahannya radiasi biasanya selama beberapa minggu atau bulan saja [2,5].

Ukuran implan pada brakiterapi ini sangat kecil sehingga saat dipasang ke dalam tubuh pasien tidak akan menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan walau bersifat permanen [2,5].

Brakiterapi Dosis Tinggi

Pada brakiterapi implan dosis tinggi, dokter menggunakan mesin komputer dalam proses memasukkan implan ke dalam tubuh pasien [2,5].

Dokter akan membiarkan implan selama 10-20 menit setelah berhasil dimasukkan ke tubuh pasien [2,5].

Pada proses ini pun, dokter dan pasien berada di ruang yang berbeda; pasien tetap berada di ruang operasi dan dokter di ruangan lain [2,5].

Dokter pun terkadang bisa saja memasukkan implan sehari 2 kali dalam 2-5 hari atau seminggu sekali selama 2-5 minggu tergantung dari kanker yang diderita pasien [2,5].

Dokter bisa melepas dan memasang kembali aplikator per sesi yang pasien jalani tergantung dari kebutuhan kondisi pasien dan brakiterapi dosis tinggi pun bisa ditempuh pasien dengan rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit [2,5].

Brakiterapi Dosis Rendah

Pada prosedur brakiterapi dosis rendah, implan akan dimasukkan oleh dokter ke dalam tubuh pasien untuk bertahan selama 1-7 hari [2,5].

Selama implan ada di dalam tubuh pasien, pasien perlu menjalani rawat inap di rumah sakit sambil dokter membiarkan implan tersebut [2,5].

Beberapa aturan yang pasien harus ikuti setelah implan dipasang adalah [2,5] :

  • Pasien tidak boleh banyak bergerak supaya implan tak bergeser.
  • Pasien perlu tetap dalam kondisi berbaring selama implan berada di dalam tubuh.
  • Pasien tidak boleh dikunjungi, terutama oleh anggota keluarga maupun teman yang masih usia anak-anak maupun yang sedang hamil.
  • Pasien harus membatasi interaksi dengan orang lain selama implan di dalam tubuh.
  • Pasien perlu menggunakan pelindung portabel saat berinteraksi dengan orang lain.
  • Pasien hanya boleh dikunjungi atau berinteraksi dengan pembesuk dalam waktu singkat, yakni sekitar 30 menit saja.

Perawatan Pasca Brakiterapi

Selesai brakiterapi dosis tinggi atau dosis rendah, dokter akan mengeluarkan implan dari dalam tubuh pasien [2,5,6].

Bila pasien tidak memerlukan rawat inap, maka dokter biasanya memperbolehkan pasien pulang ketika pengaruh obat bius sudah hilang [2,5,6].

Selesai brakiterapi, pasien boleh berinteraksi dengan orang lain sebab efek radiasi sudah tidak ada sehingga tak membahayakan orang lain [2,5].

Namun pada kasus pasien dengan brakiterapi implan permanen, rawat inap diperlukan sampai kadar radiasi menurun sehingga tak terlalu berbahaya bagi orang lain [2,5].

Sekalipun sudah boleh pulang, pasien brakiterapi implan permanen tetap harus menjaga jarak dan membatasi interaksi, khususnya dnegan anak-anak dan ibu hamil [2,5].

Dokter akan memberikan obat pereda nyeri apabila rasa nyeri menyebabkan ketidaknyamanan yang berkelanjutan [2,5].

Risiko Brakiterapi

Brakiterapi sebagai salah satu jenis radioterapi walaupun aman tetap dapat meningkatkan sejumlah risiko efek samping pada pasien, yakni [1,5,6] :

  • Kerontokan rambut
  • Sariawan
  • Tubuh cepat lelah
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Sulit menahan buang air besar dan kecil
  • Disfungsi ereksi
  • Sesak nafas
  • Mual yang dapat diikuti dengan muntah
  • Batuk

Baik pasien brakiterapi implan dosis rendah maupun tinggi sebaiknya masih tetap memeriksakan diri usai brakiterapi melalui tes pemindaian agar dapat mengetahui apakah brakiterapi efektif dalam melawan kanker.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment