Bawang putih atau Allium sativum L. merupakan rempah yang mengandung senyawa bioaktif berupa allicin, alliin, dialil sulfida, dialil disulfida, dialil trisulfide, ajoene, asam resorcylic, pyrogallol, asam gulat, rutin, asam protocatechuic, quercetin, dan S-allyl-cysteine. Sedangkan polisakarida pada bawang putih mengandung 85% fruktosa, 14% glukosa, dan 1 % galaktosa[1].
Kandungan-kandungan tersebut membuatnya berfungsi sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antibakteri, antijamur, imunomodulator, pelindung kardiovaskular, antikanker, hepatoprotektif, pelindung sistem pencernaan, anti-diabetes, anti-obesitas, pelindung saraf dan ginjal.Kandungan kimia pada bawang putih dapat dipengaruhi oleh proses sebelum penanaman dan proses setelah pemanenan. Treatmen yang berbeda akan menghasilkan komposisi kimia yang berbeda pula[1] [2].
Daftar isi
1. Peradangan
Dalam sebuah studi yang melibatkan tikus untuk pengujian allicin pada bawang putih menunjukkan efek berbahaya yang ditimbulkan ketika dikonsumsi berlebih. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa bawang putih berperan sebagai activator saluran kation potensial reseptor transient subfamily A anggota 1 (TRPA1) [7].
Kemudian ketika neuron melepaskan neurotransmitter di sumsum tulang belakang untuk menghilangkan sinyal rasa sakit dan neuropeptide di tempat aktivasi saraf sensorik, sehingga terjadi vasodilatasi serta peradangan[7].
2. Hepatotoksisitas
Secara umum efek bawang putih dan dosis pasti yang disarankan belum dapat dipastikan. Namun pada percobaan yang dilakukan kepada tikus wistar menunjukkan bahwa terdapat efek samping dari konsumsi bawang putih. Bawang putih yang dikonsumsi 1 gram/ kg berat badan/hari memberikan efek samping berupa kerusakan histologis pada hati setelah 21 hari[5].
Akan tetapi ketika dosis tersebut diturunkan menjadi 0,1 gram sampai 0,5 gram/kg berat badan/hari menunjukkan hasil yang berbeda. Untuk dosis 0,1 gram dan 0,25 gram/kg berat badan/hari menunjuukan data histologi hati yang normal. Sedangkan pada dosis 0,5 gram/kg berat badan/hari adanya perubahan morfologi hati[5].
Pada studi lainnya menyebutkan bahwa konsumsi berlebih pada Allium sativum atau bawang putih dapat menimbulkan beberapa efek samping dan sifat toksik. Dalam studi tersebut mengulas bahwa konsumsi intens bawang putih dalam jangka waktu yang lama dan dengan dosis tinggi dapat memicu perubahan histologis yang kronis pada hati kelinci [7].
Perubahan histologis pada hati yang dimaksud yaitu berupa nekrosis seluler, vakuolasi, pigmen lipofuscin, piknosis, dan hipertrofi nuklir. Semua hal tersebut menyebabkan penipisan glikogen hati dan kerusakan sel hati. Selain itu, pigmen lipofuscin pada beberapa jaringan hati mengalami peningkatan metabolisme lipid ketika konsumsi bawang putih berlebih[7].
3. Iritasi Kulit
Terutama bagi wanita hamil dan menyusui sebaiknya dihindari. Pada dosis aman, anak-anak bisa menggunakan bawang putih dengan dosis maksimal 300 mg tiga kali sehari selama 8 minggu. Jika lebih dari dosisi itu, maka penggunaan bawang putih mentah ke kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit[3].
4. Bau Mulut
Mengkonsumsi bawang putih sudah pasti akan meninggalkan bau khasnya. Apalagi jika dikonsumsi berlebih. Semakin banyak bawang putih yang dikonsumsi tentu semakinkuat bauk has yang ditinggalkan. Aroma ini akan lebih menyengat jika mengkonsumsinya dalam bentuk bawang putih mentah. Disisi lain bau menyengat yang dimiliki bawang putih ini memberikan efek terapeutik yang juga bisa berbahaya pada hati jika dikonsumsi berlebih[3][6][7].
5. Resiko Pendarahan
Penggunaan bawang putih segar dapat meningkatkan resiko pendarahan. Bawang putih bisa memperpanjang pendarahan dan mengganggu tekanan darah. Selain itu, ia juga bisa menurunkan kadar gula darah. Bagi yang akan melakukan tindakan operasi, disarankan agar berhenti mengkonsumsi setidaknya dua minggu sebelum jadwal operasi[3].
Meskipun ada yang berpendapat bahwa bawang putih tidak berpengaruh pada metabolisme suatu obat, namun bagi pasien yang menggunakan antikoagulan tetap harus berhati-hati. Bentuk kehati-hatian yang disarankan yaitu dengan menghentikan konsumsi bawang putih setidaknya 7 sasmpai 10 hari sebelum operasi. Karena konsumsi bawang putih saat akann melakukan tindakan operasi justru akan memperpanjang waktu pendarahan[4].
6. Reaksi Alergi
Reaksi alergi ini hanya terjadi pada sebagian kecil kasus saja. Alergi ini dikarenakan adanya protein alliinase yang menginduksi immunoglobulin E (IgE) sehingga memunculkan reaksi hipersensitivitas. Maka dari itu sebaiknya tidak mengkonsumsi bawang putih dalam jumlah berlebih, terutama yang mempunyai riwayat alergi[3][6].
7. Menurunkan Kinerja Suatu Obat
Ketika seseorang mengkonsumsi obat-obatan tertentu maka sebaiknya ia tidak membersamainya dengan konsumsi bawang putih. Obat yang masuk kedalam tubuh akan memecah untuk kemudian diedarkan dan dibuang dari dalam tubuh. Apabila mengkonsumsinya bersamaan dengan konsumsi bawang putih maka proses pemecahannya oleh tubuh akan lebih cepat[3].
Ketika hal ini terjadi, maka efektivitas obat-obatan yang dikonsumsi menjadi menurun. Terlebih lagi jika mengkonsumsi bawang putih secara berlebih. Obat-obatan tersebut diantaranya adalah pil KB (triphasil, ortho-novum 1/35, ortho-novum 7/7/7), siklosporin (neoral dan sandimmune), saquinavir (fortovase dan invirase), isoniazid (nydrazid dan INH), dan obat yang digunakan untuk HIV/ AIDS (nevirapine, delavirdine, dan efavirenz) [3].
Takaran Aman Konsumsi
Belum ada yang dapat memastikan dosis yang paling efektif untuk konsumsi bawang putih. Berdasarkan literatur, takaran aman yang disarankan untuk orang dewasa adalah 4 gram atau setara dengan satu sampai dua suing bawang putih mentah per hari [4].
Sedangkan untuk satu tablet bubuk bawang putih kering 300 mg (dengan standarisasi 1,3% alliin atau 0,6% allicin) sebaiknya dikonsumsi sekitar dua atau tiga kali dalam sehari. Atau jika dalam wujud ekstrak maka disarankan dengan takaran konsumsi 7,2 gram/hari[4].