Efek Samping Kebanyakan Makan Ubi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Ubi dengan nama Latin Ipomoea batatas merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah, namun saat ini ubi hampir ditemui di seluruh negara tropis dan subtropis. Di Indonesia ubi sering diolah menjadi makanan berat atau cemilan. Ubi mengandung banyak senyawa, di antaranya karbohidrat, protein, glukosa, mineral, vitamin A, vitamin K, vitamin E, dan lain sebagainya. Ubi kuning atau orange mengandung banyak betakaroten, sedangkan ubi ungu mengandung antisianin [1].

Ubi biasanya diolah menjadi makanan melalui proses digoreng atau direbus. Selain itu, ubi juga banyak dijadikan makanan ringan atau snack seperti keripik ubi. Olahan ubi tersebut banyak disukai oleh banyak orang [2]. Namun perlu diketahui, mengonsumsi makan ubi terlalu banyak dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai efek samping makan ubi terlalu banyak.

1. Hipervitaminosis A

Hipervitaminosis A atau kelebihan vitamin A dapat terjadi apabila terlalu banyak mengonsumsi ubi. Satu buah ubi mengandung 1.403 mcg vitamin A. Padahal asupan vitamin A yang direkomendasikan per hari yaitu 400 – 600 mcg untuk usia 0 – 13 tahun dan 700 – 900 mcg untuk usia 14 – 50 tahun atau lebih. Apabila asupan vitamin A berlebih, maka vitamin A dapat terakumulasi di hati[3].

Kelebihan vitamin A dapat berpotensi terhadap terjadinya toksisitas beta-karoten dan karotenoid provitamin A lainnya. Manifestasi hipervitaminosis A biasanya tergantung pada ukuran dan kecepatan kelebihan asupan. Kelebihan vitamin A secara kronis biasanya menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, pusing, mual, sakit kepala, iritasi kulit, nyeri pada sendi dan tulang, koma bahkan kematian [3].

2. Osteoporosis

Hipervitaminos A seringkali dikaitkan dengan penurunan massa tulang kortikal dan peningkatan fraktur pada manusia. Beberapa studi menyebutkan bahwa asupan vitamin A lebih dari 1.500 mcg dalam sehari secara terus-menerus dapat mempengaruhi kesehatan tulang. Vitamin A atau retinol merangsang osteoklas tetapi menekan osteoblast[4].

Osteoblast bertugas untuk memproduksi sel tulang baru, sedangkan osteoclast akan meresorpsi dan menghilangkan sel tulang yang tua. Apabila vitamin A berlebih maka kerja osteoblast ditekan sehingga menekan produksi sel tulang baru, sedangkan sel tulang lama akan diresorpsi oleh osteoclast. Hal inilah yang menyebabkan penurunan massa tulang. Penurunan massa tulang akan berisiko terhadap terjadinya osteoporosis dan patah tulang[5].

3. Karotenemia

Ubi khususnya ubi kuning atau oren banyak mengandung beta-karoten. Karotenemia merupakan kondisi klinis di mana pigmen kulit (xantoderma) berwarna kuning dan kadar beta-karoten dalam darah meningkat. Karotenemia bisa terjadi karena mengonsumsi makanan tinggi beta-karoten yang berlebihan dan jangka panjang, contohnya ubi kuning atau oren[6].

Karotenemia tidak berbahaya, namun kondisi ini juga bisa menjadi sinyal terhadap kondisi tubuh. Karoten merupakan lipokrom yang bisa menambah warna kuning pada kulit. Karotenemia mungkin akan terlihat ketika stratum korneum menebal atau lemak subkutan terlihat jelas. Makan ubi terutama ubi kuning atau oren secara berlebihan dapat meningkatkan kadar karoten dalam tubuh. Hal ini akan dapat memicu terjadinya karotenemia atau kekuningan pada kulit [6].

4. Batu Ginjal

Batu ginjal merupakan massa keras yang terbentuk dari kristal di urin. Batu ginjal dapat dapat terjadi ketika kadar kalsium oksalat dalam darah tinggi. Kalsium oksalat akan berikatan dengan senyawa lain di dalam tubuh sehingga membentuk batu. Kalsium oksalat dapat ditemukan di berbagai makanan, salah satunya ubi. Ubi mengandung kalsium oksalat sebanyak 400 mg dalam setiap 100 g ubi[7].

Makan ubi secara berlebihan tentu akan berisiko terjadinya hiperoksaluria. Apabila kalsium oksalat tidak diekskresikan dari tubuh maka kemungkinan akan membentuk batu ginjal. Beberapa studi menyebutkan bahwa salah satu cara untuk menghindari batu ginjal kalsium oksalat adalah dengan mengurangi asupan makanan tinggi kalsium oksalat. Membatasi konsumsi ubi menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi kadar oksalat di dalam tubuh[9].

5. Perut kembung

Ubi memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa. Glukosa akan dipecah lagi menjadi senyawa gula alkohol. Gula alkohol di antaranya mannitol, sorbitol, xylitol, isomalt, dan hidrolisat pati terhidrogenasi. Mannitol dalam ubi ditemukan sebanyak 0,3 g dalam setiap 100 g ubi. Mannitol dapat bertahan di usus dalam waktu yang lama[10].

Bakteri akan memfermentasi glukosa yang menyebabkan pelepasan gas hidrogen dan metana. Hal ini sering menyebabkan perut kembung, tidak nyaman dan diare. Makan ubi terlalu banyak dapat meningkatkan kadar mannitol dalam tubuh, sehingga dapat memicu rasa tidak nyaman di perut dan diare[11].  

6. Sering kentut

Sering kentut dapat disebabkan oleh pelepasan gas hidrogen dan metana ketika proses metabolisme. Ubi mengandung karbohidrat yang akan di usus kecil. Bakteri di usus akan memfermentasi gula fruktosa yang dapat melepaskan gas hidrogen dan metana. Pelepasan gas inilah yang menyebabkan sering kentut.

7. Hiperkalemia

Hiperkalemia adalah kondisi di mana kadar kalium meningkat melebihi batas normal. Kalium merupakan mineral esensial yang dibutuhkan oleh semua jaringan tubuh. Kalium berperan untuk membantu menjaga kadar cairan dalam sel tubuh agar tetap normal. Selain itu kalium juga membantu otot berkontraksi serta mendukung agar tekanan darah tetap normal. Kebutuhan normal kalium untuk orang dewasa per hari adalah 2.300 – 3.000 mg. Pada ubi, kalium ditemukan sebanyak 337 mg dalam setiap 100 g ubi [12].

Makan ubi terlalu banyak bisa menyebabkan kelebihan kadar kalium dalam tubuh. Kadar kalium yang tinggi dapat menyebabkan gangguan terhadap aktivitas listrik di dalam jantung. Kondisi ini ditandai dengan detak jantung melambat atau tidak teratur. Apabila kondisi semakin parah maka dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak sehingga berujung kematian[13].

8. Mual dan Muntah

Hiperkalemia biasanya menunjukkan gejala atau tidak bergejala. Pada sebagian orang hiperkalemia dapat ditunjukkan dari beberapa gejala. Gejala yang bisa terjadi di antaranya badan terasa lemah, kesemutan, mual, atau perasaan tidak enak lainnya. Apabila hiperkalemia tiba-tiba datang, gejala yang mungkin dirasakan yaitu jantung berdebar, nyeri dada, mual, atau muntah [14], [15].

Cara pengolahan ubi yang akan untuk dikonsumsi

Makan terlalu banyak ubi dapat memberikan efek samping seperti uraian di atas. Oleh karena itu, beberapa upaya bisa dilakukan untuk mencegah efek samping tersebut. Tindakan yang bisa dilakukan tentu saja mengurangi konsumsi ubi. Proses masak ubi sebaiknya tidak melalui tahap yang banyak, karena proses pengolahan bisa mempengaruhi kandungan ubi[16].

Pengolahan ubi yang dirasa dapat dianggap sehat yaitu direbus. Kandungan pada ubi rebus lebih mudah diserap dibandingkan metode memasak lainnya seperti digoreng atau dipanggang. Selain itu, minum air putih yang banyak serta beraktivitas fisik juga perlu dilakukan untuk menjaga metabolisme tubuh tetap berjalan normal [16].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment