Hemotoraks atau hemothorax merupakan jenis penyakit paru-paru di mana darah terakumulasi atau tertimbun pada pleura [1,2,3,4,7].
Pleura adalah lapisan tipis pelindung paru-paru serta dinding dada dan rongga pleura sendiri ada pada antara pleura [4,11].
Dalam kondisi normal, rongga tersebut berisikan cairan yang melumasi dua pleura tersebut agar tidak terjadi gesekan langsung sewaktu paru-paru bergerak pada proses pernafasan [4,11].
Apabila kondisi pleura terpenuhi oleh darah, paru-paru berpotensi kolaps dan berakibat fatal [4,11].
Tinjauan Hemotoraks adalah kondisi saat terjadi kebocoran darah di mana kemudian aliran darah masuk ke pleura dan tertimbun di sana.
Daftar isi
Fakta Tentang Hemotoraks
- Cedera atau kecelakaan pada paru-paru menjadi faktor penyebab utama pada kebanyakan kasus hemotoraks di Amerika Serikat dan menjadi penyebab sekitar 140.000 kematian karena hemotoraks per tahunnya [1].
- Kecelakaan sepeda motor menjadi sebab sekitar 70-80% kasus hemotoraks di Amerika Serikat [1].
- Pada 72,3% kasus patah tulang rusuk, penyebabnya pun meliputi hemotoraks, hemopneumotoraks, dan pneumotoraks [1].
- Di Eropa, prevalensi kasus hemotoraks adalah sekitar 7,4% dari 709 orang pasien patah tulang iga rawat jalan di IGD [2].
- Sementara itu, prevalensi hemotoraks di Indonesia belum diketahui secara jelas hingga kini.
Penyebab Hemotoraks
Hemotoraks seperti telah disebutkan, merupakan kondisi darah yang berkumpul pada lubang pleura dan akumulasi darah ini sebenarnya dapat terjadi karena membran pleura yang pecah atau rusak [3].
Padahal, membran pleura memiliki peran penting sebagai pelindung paru-paru [3].
Sebagai akibat rusak atau pecahnya membran pleura, darah mengalir masuk ke sana lebih mudah, menumpuk, lalu memberikan tekanan ke paru-paru [1,3,4].
Membran pleura yang pecah atau rusak pun sebenarnya dapat terjadi karena efek atau komplikasi tindakan medis tertentu, seperti prosedur bedah paru atau jantung [1,4].
Pada proses bedah paru atau jantung, terdapat risiko besar kebocoran darah hingga masuk ke dalam rongga pleura karena dinding dada yang dibuka [1,4].
Terlebih saat sayatan bekas operasi tidak dokter tutup dengan sempurna di bagian paru atau jantung maka aliran darah berpeluang besar untuk bocor [1,4].
Namun pada umumnya, area paru yang mengalami gangguan seperti ini disebabkan oleh benturan hebat di dada atau paru-paru karena kecelakaan sehingga hemotoraks pun terjadi [1,4].
Atau, adanya luka tusuk pun mampu menjadi sebab utama lainnya mengapa hemotoraks dapat dialami [1,4].
Selain itu, masih ada sejumlah faktor lain yang meningkatkan risiko hemotoraks, yaitu [4,5,6] :
- Kanker pada paru-paru
- Sindrom Ehlers-Danlos tipe 4, yakni kondisi jaringan ikat penyangga sendi, tulang dan kulit mengalami kelemahan (biasanya hal ini disebabkan oleh kelainan atau mutasi genetik yang diturunkan dalam sebuah keluarga).
- Infark paru, yakni jaringan paru yang mengalami kekurangan darah sehingga mengalami kolaps; biasanya infark paru terjadi sebagai dampak dari penyakit lain, menjadikan kondisi ini sebagai penyakit sekunder. Emboli paru adalah penyakit primer paru yang dapat berakibat pada timbulnya infark paru.
- Efusi pleura ganas, yakni ketika cairan terakumulasi di dalam rongga pleura yang juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari penyakit lain. Pada kondisi ini, penderita dapat mengalami batuk kering, kesulitan bernafas, hingga nyeri dada.
- Tuberkulosis (TBC), yakni jenis penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan tanda-tanda batuk berdahak atau berdarah selama 3 minggu atau lebih. Kasus TBC sangat jarang menyebabkan hemotoraks dan lebih jarang dijumpai pada negara-negara maju.
- Tumor ganas pada dinding dada
- Proses pembekuan darah yang tidak sempurna sehingga bocor hingga alirannya masuk ke rongga dada
- Penggunaan kateter yang saat dipasangkan di rumah sakit justru merusak pembuluh vena besar.
- Hemotoraks spontan yang terjadi selama kehamilan atau setelah persalinan. Kondisi ini terjadi tiba-tiba dan tak diketahui jelas penyebabnya.
Tinjauan Cedera, komplikasi prosedur bedah, kerusakan membran pleura, tumor, penggunaan kateter, proses bekuan darah yang tak sempurna, dan beberapa jenis penyakit paru tertentu mampu meningkatkan risiko hemotoraks.
Gejala Hemotoraks
Ketika darah berkumpul pada pleura, paru-paru akan tertekan dan kinerjanya menjadi terhambat [1,2,4].
Gangguan pernafasan pun akan terjadi sebagai akibatnya, mirip dengan gangguan pernafasan pada kasus penyakit paru dan pernafasan lainnya [1,2,4].
Berikut ini adalah sejumlah gejala atau keluhan yang disebabkan oleh hemotoraks [1,2,4] :
- Nafas lebih pendek atau sesak nafas
- Dada terasa nyeri terutama ketika mengambil nafas dalam-dalam
- Dada terasa berat
- Demam tinggi
- Kulit memucat
- Penurunan tekanan darah
- Jantung berdebar lebih kencang secara abnormal
- Tubuh terasa lelah berlebihan
- Gelisah terus-menerus
- Tubuh berkeringat dingin
Ketika jantung berdetak kencang dan mengalami kesulitan bernafas, segera ke IGD untuk memastikan penyebab kondisi tersebut.
Seringkali gejala-gejala hemotoraks mirip dengan gejala penyakit jantung atau penyakit paru lain sehingga sebelum mengobati tentu harus diketahui lebih dulu sebab utamanya [4].
Gejala yang mengarah pada hemotoraks ini sebaiknya tidak diabaikan apalagi memperoleh penanganan yang terlambat.
Bahayanya, gejala dapat memburuk dengan cepat karena volume darah dapat semakin naik atau disebut dengan hemotoraks masif [7].
Jika mencapai 1 liter atau 1000 ml, pasien berisiko mengalami syok sehingga perlu ditangani pengobatan medis sesegera mungkin [7].
Tinjauan Karena darah terkumpul di pleura, dada akan terasa lebih berat dan sakit. Hal ini disertai dengan sesak nafas, tubuh cepat lelah, dan penderita diliputi kegelisahan terus-menerus.
Pemeriksaan Hemotoraks
Ketika gejala hemotoraks mulai timbul, segera periksakan diri ke dokter walaupun gejala tersebut belum tentu mengarah pasti pada hemotoraks.
Untuk mengetahui penyebab pasti gejala serta menentukan penanganan yang sesuai, berikut ini adalah metode-metode pemeriksaan yang perlu pasien lalui :
- Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Dokter lebih dulu akan memeriksa menggunakan stetoskop apakah suara nafas pasien tergolong normal [1].
Selain itu, dokter perlu mengetahui apakah pasien memiliki riwayat penyakit paru atau jantung, begitu pula dengan anggota keluarga pasien.
Dokter pun akan mengorek keterangan terkait riwayat pengobatan yang pernah pasien jalani untuk memastikan apakah gejala terjadi sebagai komplikasi tindakan bedah tertentu.
- USG Paru
USG atau ultrasonografi merupakan tes pemindaian yang pasien perlu tempuh agar dokter dapat mengetahui secara detail kondisi paru-paru [1,2].
Melalui tes ini, dokter dapat mendeteksi adanya gangguan pada paru-paru, termasuk kelainan di bagian pleura [1,2].
Hemotoraks adalah salah satu penyakit yang dapat teridentifikasi melalui pemeriksaan ini selain dari pneumonia, kanker paru, metastasis kanker, dan pneumotoraks.
- Sinar-X Dada
Sinar-X atau prosedur rontgen adalah tes pemindaian yang bertujuan mengecek apakah pasien mengalami patah tulang dan cedera di bagian dada [1,4,7].
Ketika pasien benar mengalami gejala hemotoraks, hasil gambar tes rontgen akan menunjukkan adanya bercak putih pada rongga pleura [1,4,7].
Bercak putih tersebut merupakan tanda bahwa rongga pleura menjadi lokasi penumpukan darah [1,4,7].
- CT Scan Dada
Tes penunjang lain yang sama pentingnya adalah CT scan dada, yaitu tes pemindaian lengkap untuk mengetahui kondisi rongga pleura maupun struktur paru-paru pasien [1,4].
Adanya kelainan pada area tersebut terdeteksi melalui tangkapan gambar CT scan [1,4].
- Tes Darah dan Tes Pemindaian Lainnya
Dokter kemungkinan meminta pasien menjalani tes darah ataupun tes pemindaian lainnya apabila terdapat kecurigaan bahwa gejala terjadi karena tuberkulosis, sindrom Ehlers-Danlos atau kanker [4].
Rangkaian tes penunjang ini akan mendiagnosa secara lebih detail agar dokter bisa menanganinya secara tepat [4].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, dan rangkaian tes pemindaian diperlukan agar dokter dapat mendeteksi penyebab gejala hemotoraks.
Pengobatan Hemotoraks
Penanganan utama yang diberikan kepada pasien yang sudah pasti didiagnosa hemotoraks adalah mengeluarkan seluruh darah yang terkumpul di pleura [4,8].
Setelah darah berhasil dikeluarkan, maka dokter kemudian juga akan menghentikan kebocoran darah dengan mengatasi penyebabnya.
Thoracocentesis adalah istilah untuk metode pengeluaran darah yang menumpuk dalam pleura dengan memanfaatkan tabung khusus [8].
Dokter akan memasukkan lebih dulu tabung ini lewat tulang rusuk ke dalam dada pasien agar cairan atau darah yang berada di sana bisa teralirkan keluar [8].
Ketika paru-paru sudah terpantau normal, metode thoracocentesis dapat dihentikan [8].
Hanya saja, ada kalanya proses perdarahan atau kebocoran darah masuk ke pleura masih bisa terjadi, maka dokter akan merekomendasikan prosedur torakotomi [1,2,4,7].
Torakotomi adalah jenis operasi dada yang dapat mengatasi gangguan pada pleura, termasuk saat pleura masih dipenuhi darah [9].
Tabung dapat dibiarkan tetap di dalam dada pasien usai torakotomi agar sisa-sisa cairan maupun darah di sana dapat tersedot keluar [9].
Bagaimana prognosis hemotoraks?
Prognosis hemotoraks bisa baik dan buruk, sebab mortalitas dan morbiditas tergantung dari tingkat keparahan kondisi pasien dan penyebabnya [1].
Pada kasus gejala hemotoraks yang terlambat ditangani, tentu prognosis bisa semakin buruk dengan kemunculan paru fibrotoraks dan empiema [1].
Jika pasien mengembangkan kondisi empiema, biasanya pasien harus menjalani rawat inap di rumah sakit dalam jangka panjang [1].
Empiema sendiri adalah kondisi ketika ruang pleura menjadi lokasi penumpukan nanah; hal ini umumnya diakibatkan oleh pneumonia (infeksi pada jaringan paru) [10].
Maka jika gejala mendapatkan penanganan secepatnya, prognosis berpeluang semakin baik.
Tinjauan Prosedur mengeluarkan darah harus lebih dulu dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan proses mengatasi penyebab kebocoran aliran darah.
Komplikasi Hemotoraks
Terdapat sejumlah risiko komplikasi pada kasus hemotoraks yang pasien perlu ketahui, yaitu [1,4] :
- Syok hipovolemik, yakni kondisi ketika tubuh kehilangan banyak darah dan mengakibatkan organ tubuh (otak, paru-paru dan jantung) mengalami kerusakan yang bersifat permanen.
- Hipoksia, yakni kadar oksigen yang terlalu rendah pada jaringan dan sel-sel tubuh sehingga pada akhirnya tak bisa bekerja dengan normal.
- Empiema, yakni nanah yang terakumulasi pada rongga pleura sebagai akibat dari infeksi cairan di daerah paru-paru dikarenakan darah berkumpul pada rongga dada.
- Sepsis, yakni kondisi ketika sistem imun mencoba melawan infeksi secara berlebihan dan tak lagi dapat dikontrol. Sepsis juga dikenal sebagai kondisi komplikasi akibat infeksi yang mampu merusak organ tubuh serta menurunkan tekanan darah secara drastis.
- Kematian karena paru-paru kolaps; penderita tidak hanya kesulitan bernafas namun juga berpotensi berhenti bernafas karena gagal nafas. Bantuan medis darurat sangat dibutuhkan dalam hal ini atau penderita tak bisa diselamatkan.
Pada kasus sepsis, kondisi ini dapat terjadi ketika penderita mengalami empiema yang tidak segera memperoleh penanganan [4].
Bila sampai timbul sepsis, kondisi ini perlu segera memperoleh penanganan medis karena jika tidak tertangani sesegera mungkin bisa berakibat fatal [4].
Pencegahan Hemotoraks
Hemotoraks yang terjadi karena benturan atau cedera tidak memungkinkan untuk dicegah.
Namun, hemotoraks pun seringkali terjadi sebagai penyakit sekunder, yakni kondisi yang timbul dari penyakit lain.
Bila terdapat penyakit primer yang berpotensi menyebabkan hemotoraks, penanganan medis dapat ditempuh segera agar risiko hemotoraks terminimalisir.
Untuk mencegah komplikasi yang mematikan, gejala-gejala yang timbul perlu segera diperiksakan ke dokter.
Kondisi hemotoraks adalah kondisi serius yang jika tidak segera terdeteksi dan tertangani secara tepat akan berdampak pada kerusakan organ jangka panjang atau permanen.
Tinjauan Belum diketahui cara pencegahan pasti agar hemotoraks tidak terjadi. Namun dengan mengatasi penyakit-penyakit yang meningkatkan risiko hemotoraks, setidaknya mampu meminimalisir risiko hemotoraks. Deteksi dan penanganan dini gejala hemotoraks pun akan menghindarkan penderita dari risiko komplikasi.