Melioidosis: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Melioidosis?

Melioidosis, atau yang disebut juga penyakit Whitmore, adalah sebuah penyakit infeksi yang dapat menginfeksi manusia atau hewan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bukholderia pseudomallei. [2]

Melioidosis adalah penyakit yang sering terjadi pada iklim tropis, terutama di Asia Tenggara dan Australia utara. [2]

Ahli berpendapat bahwa kasus melioidoisis banyak yang tidak terlaporkan pada banyak daerah tropis dan subtropis. Area dengan banyak kasus melioidosis adalah [1] :

  • Thailand
  • Malaysia
  • Singapura
  • Australia utara

Kasus ini juga sangat sering di Vietnam, Papua Nugini, Hongkong, Taiwan, dan banyak di India, Pakistan, dan Banglades. Kasus melioidosis sudah tidak sesering itu di Amerika tengah, Brazil, Peru, Meksiko, dan Puerto Rico. [1]

Bakteri yang menyebabkan melioidosis ditemukan pada air dan tanah yang terkontaminasi. Bakteri ini tersebar ke manusia dan hewan melalui kontak langsung dengan sumber yang terkontaminasi. [2]

Gejala Melioidosis

Ada beberapa perbedaan tipe melioidosis. Setiap tipe tersebut memiliki gejala dan tandanya masing-masing. [3]

  • Infeksi Paru

Melioidosis sering terjadi pada penderita penyakit paru dimana infeksi dapat membentuk ruang nanah (abses). Efek dari infeksi paru ini dapat bervariasi dari bronkitis ringan sampai pneumonia berat. [3]

Sebagai hasilnya, pasien dapat merasakan demam, sakit kepala, hilang nafsu makan (anoreksia), batuk, sesak napas, nyeri dada, dan nyeri otot. [3]

  • Infeksi Lokal

Efek lain dari melioidosis adalah infeksi pada kulit (selulitis) dengan nyeri atau bengkak, ulserasi, dan abses, yang disertai dengan demam dan nyeri otot. [3]

  • Infeksi Aliran Darah

Jika pengobatan infeksi paru kurang tepat, maka dapat berkembang menjadi septikemia, yaitu infeksi pada aliran darah. Septikemia dikenal sebagai syok sepsis dimana merupakan bentuk melioidosis yang paling serius. [1]

Jika melioidosis memasuki pembuluh darah, gejalanya dapat termasuk demam, sakit kepala, gangguan pernapasan, tidak nyaman pada perut, nyeri sendi, dan disorientasi. [3]

Orang tua yang lebih dari 40 tahun dapat memiliki resiko tinggi apabila terkontaminasi dengan darah infeksi melioidosis ini dan membentuk gejala yang lebih serius dibandingkan orang muda. [1]

  • Infeksi yang Menyebar

Melioidosis dapat menyebar dari kulit ke darah dan menjadi melioidosis kronis yang dapat mempengaruhi jantung, otak, hati, ginjal, sendi, dan mata. [3]

Gejala dari penyakit menyebar ini adalah demam, penurunan berat badan, nyeri dada atau perut, nyeri otot atau sendi, sakit kepala, dan kejang. [3]

Penyebab Melioidosis

Manusia dan hewan yang kontak langsung dengan air atau tanah yang terinfeksi dengan B. pseudomallei dapat terkena melioidosis. Kontak langsung yang sering terjadi adalah [1]:

  • Menghirup debu atau tetesan air yang terkontaminasi
  • Meminum air yang terkontaminasi (belum terklorinasi)
  • Menyentuh tanah yang terkontaminasi dengan tangan atau kaki, terutama jika ada luka pada kulit

Infeksi jarang tersebar dari satu orang ke lainnya, serta serangga tidak memainkan peran yang signifikan pada transmisi meliodosis. Walau demikian, bakteri B. pseudomallei dapat hidup sampai beberapa tahun di tanah dan air yang terkontaminasi. [1]

Siapa yang Beresiko?

Resiko terserang infeksi melioidosis tinggi pada [3] :

  • Penduduk di Asia Tenggara dan Australia Utara
  • Penderita diabetes
  • Penyalahgunaan alkohol
  • Penderita penyakit ginjal kronis
  • Penderita penyakit hati
  • Penderita talasemia
  • Pengkonsumsi kava
  • Penderita kanker atau kondisi yang menekan imun (selain HIV)
  • Penderita paru kronis (seperti fibrosis sistik, penyakit paru obstruktif atau COPD, dan bronkitasis)

Kemungkinan faktor resiko lain yang mungkin berkontribusi pada infeksi melioidosis termasuk steorid dan terapi imunosupresif lainnya, penyakit jantung rematik, gagal jantung kongestif, hemosiderosis paru, penyakit granulomatosa kronis, dan tuberkulosis. [3]

Orang yang sering kontak dengan tanah dan air yang mungkin terkontaminasi dengan B. pseudomallei juga beresiko tinggi, misalkan [1] :

  • Personil militer
  • Pekerja konstruksi, petani, nelayan, dan pekerja di hutan
  • Penjelajah petualang dan turis alam, termasuk siapapun yang menghabiskan kurang dari seminggu di area dengan kasus melioidosis

Diagnosis Melioidosis

B. pseudomallei dapat teridentifikasi pada eksudat dengan methylene blue atau pengecatan Gram dan dengan kultur. [4]

Kultur bakteri B. pseudomallei adalah standar emas dari tes diagnostik melioidosis. Untuk melakukan ini, dokter dapat mengambil sampel dari [1] :

  • Darah
  • Dahak
  • Nanah
  • Urin
  • Cairan sinovial (ditemukan diantara sendi)
  • Cairan peritoneal (ditemukan pada ruang abdomen)
  • Cairan perikardial (ditemukan disekitar jantung)

Sampel diletakkan dalam media pertumbuhan, seperti agar, untuk melihat pertumbuhan bakteri. Walaupun demikian, pengkulturan tidak selalu berhasil pada semua kasus melioidosis. [1]

Kultur darah sering menghasilkan hasil yang negatif, kecuali jika bakteri sudah memasuki pembuluh darah (bakterimia/septikemia). Tes serologis terkadang tidak bisa diandalkan pada area endemik karena hasil positif dapat terjadi karena infeksi sebelumnya. [4]

X-ray dada umumnya menampilkan densitas nodular (4-10mm) yang tidak teratur. Hasil X-ray dada juga dapat menunjukkan infiltrat lobaris, bronkopneumonia bilateral, atau lesi kavitas. [4]

USG atau CT abdomen dan pelvis dapat digunakan untuk mendeteksi abses, dimana sebagai presentasi klinisnya. Hati dan limpa dapat dipalpasi. Tes hati, aspartate aminotransferase (AST), dan bilirubin umunya abnormal. [4]

Insufisiensi ginjal dan koagulopati dapat ditemukan pada beberapa kasus yang berat. Perhitungan sel darah putih umumnya normal atau sedikit lebih tinggi. [4]

Pengobatan Melioidosis

Pengobatan dapat bervariasi tergantung dari tipe melioidosisnya. Tahap pertama dari pengobatan melioidosis minimal 10 sampai 14 hari dari antibiotik yang diberikan secara intravena. Pengobatan dengan antibiotik ini dapat berlangsung paling lambat untuk 8 minggu. Dokter juga dapat meresepkan [1] :

  • Ceftazidime (Fortaz, Tazicef), diberikan setiap 6 sampai 8 jam
  • Meropenem (Merrem), diberikan setiap 8 jam

Tahap kedua dari pengobatan adalah 3 sampai 6 bulan dari salah satu antibiotik minum dibawah ini [1] :

  • sulfamethoxazole-trimethoprim (Bactrim, Septra, Sulfatrim), diberikan setiap 12 jam
  • Doxycycline (Adoxa, Alodox, Avidoxy, Doryx, Monodox), diberikan setiap 12 jam

Penyakit ini tidak kambuh jika sudah sembuh. Kekambuhan terjadi apabila penderita tidak menyelesaikan pengobatan antibiotiknya. [1]

Pencegahan Melioidosis

Belum ada vaksin manusia untuk mencegah melioidosis, walaupun sampai sekarang masih diteliti. [1]

Penduduk atau turis pada daerah yang sering terjadi melioidosis harus melakukan hal-hal berikut untuk mencegah infeksi [1] :

  • Menggunakan sepatu bot dan sarung tangan, saat bekerja dengan tanah atau air
  • Menghindari kontak dengan tanah atau air jika anda memiliki luka terbuka, diabetes, atau penyakit ginjal kronis
  • Waspada dengan cara menghindari paparan udara saat cuaca buruk
  • Tenaga medis harus menggunakan masker, sarung tangan, dan gaun
  • Pemotong dan pekerja pengolahan daging harus menggunakan sarung tangan dan secara berkala mendesinfeksi pisaunya
  • Jika anda minum susu, pastikan sudah terpaseturisasi
  • Melakukan pemeriksaan melioidosis jika anda ingin memulai terapi imunosupresif.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment