Biduran atau dalam bahasa medis disebut dengan urtikaria merupakan kondisi lesi kulit gatal yang sangat umum, termasuk pada anak-anak. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dan terkadang tidak dapat diketahui dengan jelas penyebabnya (idiopatik).[1]
Beberapa gejala yang dapat timbul karena urtikaria, antara lain seperti gatal, bengkak, dan kemerahan. Tidak hanya di kulit, urtikaria juga dapat mempengaruhi mata dan bibir sehingga menyebabkan bengkak dan terasa terbakar. Meskipun biasanya urtikaria akan membaik dalam 2-3 jam, kondisi ini cukup mengganggu, terlebih pada anak-anak yang masih aktif. [1]Secara umum, urtikaria diklasifikasikan sebagai berikut. [1]
- Urtikaria akut dengan durasi kurang dari 6 minggu.
- Urtikaria kronis dengan durasi lebih dari 6 minggu dan berulang minimal 2 kali dalam satu minggu.
- Urtikaria kronis yang diinduksi/urtikaria fisik kronik dengan durasi lebih dari 6 minggu yang dibagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan faktor pencetusnya.
- Urtikaria kronis episodik dengan durasi lebih dari 6 minggu dan berulang minimal 2 kali dalam satu minggu secara episodik.
Pada dasarnya, urtikaria terjadi ketika antigen dari faktor pencetus berikatan dengan antibodi spesifik tubuh yang ada pada sel mast dan basofil sehingga menyebabkan terjadinya pelepasa mediator inflamasi/peradangan seperti histamin yang dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan menyebabkan edema atau kondisi pembengkakan. Beberapa faktor pencetus yang dapat menjadi penyebab biduran pada anak, antara lain sebagai berikut. [1]
Daftar isi
1. Makanan dan minuman
Ketika alergi makanan, tubuh akan mengalami reaksi hipersensitivitas seperti yang terjadi pada mekanisme terjadinya urtikaria. Beberapa makanan yang sering menyebabkan terjadinya biduran, antara lain seperti telur, makanan laut, susu sapi, dan daging.[2]
Namun, biduran dapat juga disebabkan oleh makanan meskipun seseorang tidak memiliki alergi terhadap makanan tersebut, seperti nanas, anggur merah, dan tuna yang terkontaminasi. Selain itu, ada juga beberapa makanan dan minuman yang menginduksi pelepasan histamin secara langsung, seperti stroberi, tomat, dan alkohol, permen karet, minuman bersoda, dan makanan yang dipanggang. [2]
Oleh karena itu, jika anak memiliki alergi atau pernah mengalami biduran setelah mengonsumsi makanan dan minuman tertentu, sebaiknya hindari produk makanan dan minuman tersebut untuk dikonsumsi kembali.[2]
2. Obat-obatan
Alergi obat-obatan juga dapat menjadi penyebab biduran pada anak. Beberapa obat-obatan yang paling umum menyebabkan biduran, antara lain sebagai berikut. [3]
- Obat antiinflamasi non steroid (NSAID)
- Golongan ACE inhibitor atau penghambat enzim pengubah angiotensin
- Antibiotik, khususnya penicillin
- Anestesi umum
Apabila muncul gejala-gejala yang ada pada biduran selama mengonsumsi obat-obatan tertentu, segera konsultasikan ke dokter, begitu pula ketika memulai terapi untuk pengobatan penyakit tertentu.
3. Alergi pada pernapasan
Alergi sistem pernapasan cukup umum pada anak-anak, seperti alergi tungau, rambut hewan, atau serbuk sari. Ketika paparan alergen, maka menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas yang memungkinkan terjadinya urtikaria. Tidak hanya itu, paparan asap rokok juga dapat memperparah kondisi urtikaria. [1]
4. Gigitan serangga
Beberapa serangga dapat menyebabkan terjadinya urtikaria melalui gigitan, seperti tungau dan kutu busuk. [4] Kondisi yang timbul akibat gigitan serangga sudah cukup umum bahkan mencapai ribuan orang setiap tahun yang masuk ruang gawat darurat akibat serangga.[5]
Dalam kondisi yang parah, gigitan serangga tidak hanya menimbulkan urtikarian, tetapi juga dapat menimbulkan syok anafilaksis yang terjadi sekitar 0,4%-0,8% pada anak-anak dan dapat mengancam jiwa. [5] Oleh sebab itu, sebaiknya orang tua selalu mengawasi anak terlebih ketika beraktivitas di luar dan selalu berikan anak alas kaki ketika berjalan di lokasi yang berpotensi terdapat banyak serangga.
5. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit sistemik dapat menyebabkan muncul manifestasi urtikaria, khususnya pada penyakit-penyakit autoimun. Pada penyakit autoimun, sistem imun atau sistem pertahanan tubuh akan menyerang jaringan tubuh sendiri karena menganggap jaringan tubuh tersebut sebagai ancaman. [6] Beberapa penyakit yang dapat menjadi penyebab urtikaria, antara lain sebagai berikut. [6][7]
- Hipertiroidisme
- Rheumatoid arthritis
- Lupus
- Vaskulitis
- Penyakit hati
6. Infeksi
Infeksi juga dapat menimbulkan manifestasi urtikaria. Beberapa penyakit tersebut, antara lain sebagai berikut. [1]
- Tonsillitis
- Infeksi saluran kemih
- Hepatitis
- Mononukleosis
Jika mengalami kondisi penyakit-penyakit tersebut, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat dan menghindari terjadinya komplikasi.
Cara pencegahan dan perawatan gejala biduran
Biduran atau urtikaria dapat dan tidak dapat dicegah. Dapat dicegah apabila diketahui faktor pencetusnya. [8] Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu mengamati apa yang dikonsumsi atau kontak fisik dengan anak sebelum munculnya biduran.
Namun, beberapa biduran, khususnya biduran idiopatik akan sulit dicegah karena tidak diketahui jelas penyebabnya. Jika anak mengalami kondisi biduran ini, maka beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. [9]
- Hindari air panas dan menggantinya dengan air hangat
- Menggunakan sabun yang gentle
- Mengoleskan kompres dingin atau kain yang basah pada bagian yang terkena urtikaria
- Mengenakan anak pakaian yang ringan dan longgar
- Mengajak anak ke ruangan yang sejuk
Dokter mugkin dapat menegakkan diagnosis berdasarkan manifestasi klinis yang terlihat dan penjelasan anamnesis atau komunikasi dalam menggali keluhan dan riwayat pasien. [8] Maka dari itu, sebaiknya orang tua sampaikan semua informasi secara terbuka kepada dokter saat anamnesis supaya dapat lebih mudah diketahui penyebabnya dan terapi yang diberikan tepat.
Beberapa perawatan yang dapat diberikan kepada pasien urtikaria, antara lain sebagai berikut. [1]
- Menghindari faktor pencetus
- Antihistamin H1
- Antihistamin H2
- Kortikosteroid sistemik
- Siklosporin
- Omalizumab
- Antagonis reseptor leukotrien (LTRAs)