Asam urat menyebabkan penderitanya mengalami rasa sakit, bengkak, dan peradangan pada sendi. Gejala tersebut muncul ketika kadar asam urat dalam darah terlalu tinggi[1, 2].
Kambuhnya gejala asam urat dapat dipicu oleh konsumsi makanan tertentu, seperti makanan manis, daging merah, jeroan, dan seafood. Sehingga penderita asam urat biasanya dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi beberapa jenis makanan tertentu[2].
Risiko Mengkonsumsi Bakso untuk Penderita Asam Urat
Kadar asam urat darah dapat mengalami peningkatan akibat mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan purin seperti daging merah, jeroan, ikan, seafood, dan minuman manis. Asam urat merupakan zat sisa metabolisme yang dihasilkan tubuh ketika mencerna purin[1, 2].
Makanan yang kita konsumsi biasanya bertanggung jawab untuk sekitar 30% dari kandungan asam urat dalam serum darah[3].
Pada orang sehat, asam urat akan dikeluarkan dari tubuh melalui urin dan feses sehingga tidak terjadi penumpukan asam urat berlebih dalam darah. Akan tetapi, pada penderita asam urat proses pengeluaran tidak dapat dilakukan secara efisien[1].
Komplikasi dapat terjadi ketika ginjal tidak mengeluarkan asam urat dengan cukup cepat atau jika terdapat peningkatan dalam produksi asam urat. Kondisi ini mengarah pada penumpukan asam urat di dalam darah, disebut sebagai hiperurisemia[4].
Tingginya kadar asam urat dalam darah dapat menjadi berbahaya dan mengarah pada pembentukan kristal asam urat pada sendi. Proses ini memicu pembengkakan, peradangan, dan rasa sakit intens[1, 4].
Studi yang dilakukan di Massachusetts General Hospital dan Harvard University menunjukkan bahwa pria yang mengkonsumsi daging dengan kandungan purin paling tinggi memiliki risiko 40% lebih besar mengalami asam urat daripada mereka yang mengkonsumsi bahan makanan minim purin[5].
Mengkonsumsi bakso yang umumnya dibuat dari bahan dasar daging merah, jeroan atau organ dalam berisiko tinggi memicu kambuhnya serangan asam urat. Hal ini karena bahan-bahan tersebut memiliki kandungan purin tinggi[2].
Bukan hanya itu, bakso juga mengandung lemak jenuh dan kalori tinggi, yang mana dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Konsumsi bakso secara berlebihan dapat mengarah pada terjadinya obesitas[1].
Obesitas (berat badan berlebih) dapat membuat tubuh lebih resisten terhadap insulin. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin secara efisien untuk menurunkan kadar gula darah. Resistensi insulin juga memicu tingginya kadar asam urat[1].
Mengkonsumsi Bakso yang Aman bagi Penderita Asam Urat
Bakso yang dijual umumnya terbuat dari daging berlemak dan tetelan atau jeroan yang mana tinggi kandungan purin dan asam lemak jenuh. Bakso tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita asam urat.
Jeroan atau organ dalam hewan termasuk bahan makanan yang mengandung purin dalam kadar yang sangat tinggi (sekitar 200 mg purin per 100 gram). Mengkonsumsi jeroan dan organ dalam berisiko tinggi meningkatkan kadar asam urat dan menimbulkan gejala persendian, sehingga dianjurkan untuk dihindari[2].
Konsumsi bakso yang terbuat dari daging merah sebenarnya boleh dilakukan, selama dikonsumsi dalam porsi kecil dan tidak dilakukan terlalu sering. Daging mengandung purin dalam kadar yang cukup tinggi sehingga konsumsi berlebih oleh penderita asam urat dapat memicu gejala[6].
Selain daging merah dan jeroan, mayoritas daging dapat dikonsumsi dalam jumlah sedang, meliputi daging sapi, daging kambing, dan daging ayam. Bahan-bahan ini mengandung purin dalam jumlah sedang, yaitu sekitar 100-200 mg per 100 gram. Penderita asam urat disarankan membatasi konsumsi hingga 4-6 ons per hari [1, 6].
Untuk lebih menjamin keamanan, sebaiknya penderita asam urat tidak mengkonsumsi sembarang bakso. Usahakan untuk memilih bakso yang terbuat dari daging tanpa tambahan jeroan dan lemak berlebih, misalnya bakso khusus diabetes.
Penderita asam urat juga bisa membuat sendiri bakso yang hendak dikonsumsi, dengan menggunakan daging sapi tanpa lemak atau daging dada ayam tanpa kulit.
Penderita asam urat perlu mengingat untuk tidak makan bakso atau makanan lain berbahan daging secara berlebihan. Meski demikian bukan berarti harus menghindari mengkonsumsi daging sepenuhnya karena penderita asam urat juga perlu memenuhi kebutuhan asupan protein harian[3].
Asupan protein yang diperlukan oleh rata-rata orang dewasa (termasuk penderita asam urat) ialah sekitar 54 gram per hari. Jumlah kadar tersebut kurang lebih setara dengan 6 ons dada ayam tanpa kulit yang dipanggang[3].
Selain penggunaan obat dan menjaga berat badan sehat, mengubah kebiasaan makan dan gaya hidup merupakan faktor penting dalam keberhasilan mengendalikan kondisi asam urat[4].
Untuk penderita asam urat, lebih dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan asupan nutrisi harian dengan protein alkalin yang ditemukan dalam bahan nabati, seperti kacang-kacangan. Asupan protein juga dapat diperoleh dari produk susu. Produk susu rendah lemak lebih dianjurkan bagi penderita asam urat[4, 5].
Studi tahun 2018 menunjukkan bahwa risiko hiperurisemia (darah asam urat tinggi) dan penyakit asam urat berhubungan secara positif dengan konsumsi daging merah, seafood, alkohol atau fruktosa, dan berhubungan negatif dengan produk susu atau makanan berbahan kedelai[7].
Penderita yang sering mengalami serangan asam urat sebaiknya lebih berhati-hati dengan konsumsi makanan tinggi purin. Meskipun studi menunjukkan bahwa konsumsi sayuran tinggi purin tidak mengakibatkan peningkatan serangan asam urat[4, 5].
Selain purin, penderita asam urat juga sebaiknya berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan tinggi kandungan zat besi. Umumnya zat besi bioavailable ditemukan di dalam sumber daging, tapi zat besi dalam makanan nabati juga dapat berdampak negatif pada asam urat[4].
Faktor lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat darah ialah konsumsi gula, terutama fruktosa. Penderita asam urat sebaiknya memperbanyak minum air putih dan menghindari konsumsi minuman bersoda. Banyak mengkonsumsi air putih akan membantu membersihkan asam urat dari dalam tubuh dan mencegah pembentukan batu ginjal[4].
Pada penderita asam urat berat lebih baik berkonsultasi dengan dokter untuk memantau kondisi serta mempertimbangkan makanan yang perlu dihindari. Selain penyesuaian diet asam urat, dokter biasanya akan menganjurkan penderita untuk melakukan olahraga secara rutin dan menurunkan berat badan[3, 4].
Pada banyak kasus, olahraga dan penurunan berat badan dapat membantu mengendalikan asam urat lebih baik daripada sekedar menghindari makanan tinggi purin[4].