Daging merupakan bahan makan yang mengandung tinggi protein, namun kandungan tersebut mudah rusak. Secara garis besar, daging mengandung air 75%, protein 19%, lipid 2,5%, karbohidrat 1,2%, nitrogen 1,65%, anorganik 0,65%, dan vitamin qm (kuantitatif menit). Vitamin yang dikandung dalam daging meliputi vitamin A, B1, B2, Asam nikotinat, Asam pantotenat, Biotin, Asam folat, B6, B12, C, dan D[1].
Mengkonsumsi daging merupakan salah satu cara untuk mendapatakan sumber energi baik dan nutrisi penting. Nutrisi yang dimaksudkan yaitu berupa protein dan zat gizi mikro seperti zat besi, seng, dan vitamin B. Hal inilah yang membuat minat akan konsumsi daging menjadi tinggi bagi para penggiat diet. Karena bagi mereka, dengan memakan daging maka nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh akan dengan mudah terpenuhi [2].
Daftar isi
1. Penyakit Over Konsumsi
Keputusan untuk memilih daging sebagai salah satu sumber konsumsi utama seiring dengan meningkatnya jumlah penghasilan dan makanan pokok dalam menu diet akan membentuk identitas masyarakat. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh keyakinan dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat[2].
Kemudian kebiasaan, norma-norma sosial serta pola konsumsi itulah yang nantinya akan mempengaruhi pemikiran deliberative dan pikiran bawah sadar manusia untuk menjadikannya penyakit over konsumsi. Seperti yang kita ketahui bahwa mengkonsumsi apapun secara berlebihan akan memicu timbulnya suatu penyakit[2].
2. Kanker Kolorektal
Mengkonsumsi daging dalam jumlah besar dapat menjadi penyebab munculnya kanker kolorektal. Organisasi Kesehatan Dunia dan International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan daging olahan sebagai karsinogenik. Hal yang semakin memicu kanker kolorektal ketika seseorang melakukan diet tinggi dengan daging olahan[2].
Kandungan dalam daging yang memungkinkan ia menjadi bersifat karsinogenik yaitu zat besi heme, senyawa n-nitroso, amina aromatik heterosiklik dan polisiklik hirokarbon aromatik. Kandungan-kandungan tersebut terbentuk ketika seseorang mengolah daging dengann suhu tinggi[2].
3. Penyakit Kardiovaskular
Olahan daging merah dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular terutama ketika dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Bagaimanapun juga olahan tersebut pada umumnya tinggi akan asam lemak jenuh dan densitas kolesterol lipoprotein yang rendah[2].Hal-hal tersebut nantinya akan menjadi penyebab dari penyakit kardiovaskuler yang bersumber dari gangguan pada jantung dan pembuluh darah.
4. Meningkatkan Tekanan Darah
Meningkatnya tekanan darah ini dimungkinkan karena ia diproses dengan tinggi garam dan adanya kandungan trimetil amina n-oksida dari l-karnitin dalam daging[2]. Sebagaimana yang telah diketahui oleh khalayak umum bahwa tekanan darah tinggi merupakan hal yang harus menjadi perhatian penting. Pasalnya tekanan darah yang tinggi akan berpotensi untuk memicu berbagai penyakit berikutnya seperti serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan disfungsi seksual.
5. Demensia
Demensia merupakan penyakit yang mengakibatkan menurunnya tingkat daya ingat. Penyakit demensia yang dimaksudkan berupa penyakit Alzheimer (AD) dan Demensia Vaskular (DV). Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di UK Biobank, tingginya konsumsi daging olahan meberikan dampak yang lebih besar terhadap penyakit demensia dibandinkan mengkonsumsi daging mentah. Tingginya tingkat konsumsi berbanding lurus dengan tingginya kadar protein yang berpotensi untuk menimbulkan penyakit demensia [3].
Bagi yang berusia lanjut dan mengalami deposit zat besi di dalam otak, maka mengkonsumsi daging merah dimana mengandung zat besi tinggi akan mengganggu kinerja normal dari fungsi kognitif. Metabolisme besi yang tidak normal inilah nantinya merangsang terbentuknya stress oksidatif [1] .
Dimana stress oksidatif ini merupakan pemeran utama dalam neurodegenerasi. Hal ini diperparah dengan kandungan nitrit, senyawa nitroso, lipid perosidasi, dan aktivasi sitokin proinflamasi pada daging olahan[1].
6. Penyakit Ginjal Kronis
Seseorang yang mengkonsumsi daging merah dalam julah yang cukup banyak memiliki resiko terjadinya penyakit ginjal kronis dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi protein dari selain daging merah[4].
7. Meningkatkan Emisi GRK
Seiring meningkatnya jumlah permintaan akan daging merah membuat para pihak berkepentingan untuk meningkatkan produksi dagingnya. Sehingga mau tidak mau hal ini akan meningkatkan emisi GRK yang berimbas pemanasan global dan perubahan iklim [4] .
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akan terus meningkat ketika permintaan akan ketersediaan daging meningkat. Hal ini disebabkan karena kandungan gas metana yang berada pakan ternak. Gas metana merupakan salah satu hal yang menyebabkan penurunan kadar oksigen yang ada di bumi[4].
Berdasarkan penilitian yang telah diilakukan menyebutkan bahwa untuk memproduksi 1 kg protein yang berasal dari daging sapi membutuhkan lahan 18 kali lebih luas, 10 kali air lebih banyak, 9 kali bahan bakar yang lebih banyak, 12 kali kebutuhan pupuk yang lebis besar, dan 10 kali lebih banyak pestisida dari pada 1 kg protein yang dihasilkan dari kacang merah[4].
Takaran Aman Konsumsi
Dana Penelitian Kanker Dunia merekomendasikan agar setiap individu mengkonsumsi kurang dari 500 gr/minggu. Sedangkan menurut penelitian berdasarkan konsumsi dari populasi rata-rata disarankan agar tidak lebih dari 300 gr/minggu. Disisi lain, Proyek GBD menyarankan agar tidak lebih dari 100 gr/minggu untuk meminimalisir penyakit dari efek domino yang mungkin ditimbulkan[2].
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan di UK Biobank menyebutkan bahwa yang dimaksud konsumsi daging dengan frekuensi rendah yaitu ≤ 1 kali/minggu. Sedangakan konsumsi daging dengan frekuensi tinggi yaitu ≥4 kali/minggu[3]. Di sisi lain IARC menyarankan agar konsumsi daging merah harus ≤ 50 gram/hari untuk menghindari peningkatan risiko terjadinya kanker prostat, kanker payudara, ataupun kanker kolorektal[4].