Penghambat Beta-Laktamase : Manfaat – Cara Kerja, dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Beta laktamase adalah enzim yang dihasilkan bakteri untuk melawan antibiotik beta laktam, sehingga dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penghambat beta laktamase adalah obat yang digunakan... bersamaan dengan antibiotik beta laktam untuk mencegah resistensi ini. Pemberian obat dapat dilakukan melalui oral maupun injeksi. Efek samping dapat berupa gangguan pencernaan seperti diare dan mual, sakit kepala, insomnia, dan reaksi alergi. Antibiotik merupakan golongan obat keras dan tidak dijual bebas, sehingga penggunaannya harus berdasarkan instruksi dan resep dokter. Jika dokter meresepkan obat ini pada Anda, jangan merekomendasikan obat ini kepada orang lain yang mungkin memiliki gejala yang sama dengan Anda. Selalu informasikan kepada dokter jika Anda memiliki alergi obat, sedang dalam kondisi hamil atau menyusui, riwayat penyakit dan konsumsi obat apa saja yang Anda miliki. Read more

Infeksi bakteri disebabkan karena tertularnya bakteri dari orang lain bisa melalui lingkungan atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Contoh bakteri seperti Bacteroides, Spesies Enterococcus, Hemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Neisseria gonorrhoeae, dan Spesies Staphylococcus[2].

Fungsi Penghambat Beta Laktamase

Penghambat beta laktamase adalah antimikroba yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri. Penghambat beta laktamase bersama dengan antimikroba beta laktam berfungsi untuk mencegah resistensi mikroba dengan menghambat beta laktamase serin[1].

Beta laktamase serin merupakan enzim yang di nonaktifkan oleh cincin beta laktan yang diindikasikan untuk infeksi bakteri gram negatif yang dihasilkan oleh enzim[1]. Berikut ini fungsi dan kegunaan dari penghambat beta laktamase[1,3] :

  • Untuk mencegah degradasi, menghasilkan peningkatan kemanjuran.
  • Untuk mengobati berbagai infeksi bakteri yang rentan.
  • Digunakan untuk meningkatkan efektivitas antibiotik beta laktam.
  • Digunakan dalam kombinasi dengan ceftazidime untuk pengobatan infeksi intra-abdominal yang rumit, infeksi saluran kemih yang rumit, dan pneumonia yang didapat dari rumah sakit atau ventilator.
  • Digunakan untuk mencegah hidrolisis antibiotik beta-laktam, yang mengarah pada peningkatan efektivitas.
  • Digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yang rumit.
  • Meningkatkan kemampuan untuk melawan bakteri yang mematikan
  • Mengobati infeksi saluran pernapasan, otitis media, sinusitis, infeksi kulit
  • Digunakan untuk mengobati pielonefritis, dan infeksi intra-abdominal.
  • Digunakan untuk intrabdominal, dan ginekologi
  • Digunakan untuk mengobati Mycobacterium tuberculosis yang menghambat enzim beta-laktamase

Penghambat beta-laktamase merupakan salah satu obat yang sangat penting sebagai obat antimikroba beta laktam sebagai pencegah resistensi antimikroba yang disebabkan karena resiko kesehatan yang sangat serius[1].

Penyakit yang Diatasi dengan Penghambat Beta Laktamase

Berikut ini penyakit yang bisa diatasi dengan penghambat beta laktamase, yaitu [2]:

Cara Kerja Penghambat Beta Laktamase

Penghambat beta laktamase bekerja dengan cara menjadikan substrat pengikat enzim beta laktamase. Bersama dengan afinitas tinggi membentuk enzim asil yang tidak menguntunkan. Obat ini juga bisa menjadi penghambat bunuh diri dengan cara menonaktifkan enzim[1].

Penghambat beta laktamase umumnya diekskresikan melalui ginjal dan tidak mengalami metabolisme melalui jalur hati dan gastrointestinal yang siginifikan. Sebagian besar obat ini diberikan secara intravena, sehingga pemberian bersama dengan antimikroba beta laktam dengan lamanya infus[1].

Metabolisme pada obat ini tidak dapat dipengaruhi secara signifikan yang berhubungan dengan obesitas atau masalah kesehatan. Dengan volume distribusi 12 liter, 75% di ekskresikan dalam bentuk urin dan tidak dipengaruhi oleh pemberian antimikroba beta laktam. 38% terikat pada protein plasma dengan kemanjuran yang signifikan[1].

Waktu paruh 2,25 jam dengan volume distribusi plasma adalah 7,95 liter/jam. Penghambat beta laktamase yag di ekskresikan melalui ginjal, dan pemulihan urin sekitar 80% selama 48 jam[1].

Contoh Obat Penghambat Beta Laktamase

Penghambat beta laktamase tersedia dalam bentuk injeksi, tablet yang hanya bisa didapat dari resep dokter saja. Berikut ini contoh obat penghambat beta laktamase[2]:

Pemberian obat penghambat beta laktamase kebanyakan melalui infus intravena selama beberapa jam. Setiap obat memiliki penjadwalan dengan dosis yang berbeda-beda. Pemberian sulfaktam-ampisilin dilakukan dengan perenteral atau oral[1].

Untuk pemberian klauvanat-amoksisilin dilakukan dengan cara parenteral oral. Klavulanat dan tikarsilin dilkaukn dengan cara parenteral, sedangkan untuk Relebactam-imipenem-cilastatin melalui infus intravena[1].

Efek Samping Penghambat Beta Laktamase

Reaksi merugikan yang terkait dengan penghambat beta laktamase termasuk efek samping gastrointestinal, seperti diare, mual, dan sembelit; efek sistem saraf seperti sakit kepala, insomnia, dan kejang. Efek samping pada gastrointestinal bisa lebih ringan jika diminum dengan makanan atau air[1].

Berikut ini efek samping umum yang terjadi saat menggunakan penghambat beta laktamase[4] :

  • Mual, muntah 
  • Diare
  • Ruam, gatal
  • Gatal atau keputihan pada vagina
  • Ruam popok
  • lidah bengkak, hitam, atau “berbulu”
  • sakit di tempat obat disuntikkan.
  • Insomnia

Penderita penyakit ginjal yang parah, masalah hati, atau penyakit kuning tidak dianjurkan mengkonsumsi obat penghambat beta laktamase. Tidak dianjurkan bagi ibu yang sedang menyusui, karena obat ini dapat masuk ke dalam ASI jadi sangat membahayakan bayi yang sedang menyusui[4].

Penghambat beta laktamase adalah obat modern yang telah digunakan dimana mana karena fungsinya yang dapat melawan mekanisme resistensi antimikroba bakteri. Bagi pengguna obat ini dianjurkan untuk menyelesaikan pengobatan, dan tidak boleh berbagi dengan orang lain[1].

Untuk obat tablet baiknay diminum saat memulai makan setiap 12 jam, dan jangan di hancurkan atau mengunyah. Telan langsung utuh-utuh. Sedangkan untuk injeksi disuntikkan ke dalam otot, atau diberikan sebagai infus ke pembuluh darah dengan pemberian 6 jam selama 14 hari[4].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment