Pneumoconiosis: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Pneumoconiosis?

Pneumoconiosis ialah suatu penyakit paru-paru yang disebabkan oleh partikel debu tertentu yang sering ditemukan di lingkungan kerja, biasanya industri dengan risiko tinggi terkait mineral seperti lokasi penambangan dan pembangunan[1, 2].

Pada mulanya, masuknya debu mineral yang bersifat iritan dapat memicu peradangan paru-paru, yang mana mengakibatkan bagian paru-paru mengalami kerusakan sementara. Seiring waktu, bagian tersebut akan berprogres membentuk deposit jaringan luka yang disebut fibrosis[1, 2].

Fibrosis menyebabkan paru-paru menjadi lebih kaku dan mengganggu proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Akibatnya, penderita kesulitan untuk mendapatkan cukup oksigen[1, 2].

Karena partikel debu penyebab pneumoconiosis biasanya ditemukan di tempat kerja, kondisi ini disebut juga penyakit paru-paru okupasional[2, 3].

Tidak terdapat obat untuk kondisi ini, tapi perawatan dapat membantu pasien agar lebih mudah untuk bernapas dan melakukan kegiatan seperti biasa[2].

Penyebab Pneumoconiosis

Pneumoconiosis terjadi setelah pasien berada di tempat di mana ia menghirup mineral halus atau debu kimiawi dalam waktu lama (bertahun-tahun). Ketika partikel debu terkumpul di dalam paru-paru, sistem imun tubuh akan mengenalinya sebagai materi asing dan berusaha untuk menghancurkannya[2].

Respon dari sistem imun sering kali mengakibatkan paru-paru mengalami peradangan. Peradangan ini kemudian memicu terbentuknya jaringan luka di dalam paru-paru.

Jaringan luka yang terbentuk tidak memiliki elastisitas seperti jaringan paru-paru biasa, sehingga dapat menyebabkan pasien lebih sulit untuk mengambil napas dalam[2].

Jenis debu yang dapat menyebabkan pneumoconiosis meliputi[2]:

  • debu batu bara/arang dari pengeboran ke dalam batu saat menambang
  • serat asbes, sering kali dari isolasi atau atap
  • debu kapas, biasanya dari pabrik tekstil
  • silika, sering kali dari pasir dan batu pada pengecoran
  • berilium, suatu metal ringan yang digunakan di industri elektronik dan luar angkasa
  • alumunium oksida, cobalt, dan talc

Gejala Pneumoconiosis

Pneumoconiosis memerlukan waktu lama untuk menyebabkan reaksi di dalam paru-paru, sehingga gejala tidak langsung timbul setelah partikel debu memasuki paru-paru. Terkadang pneumoconiosis tidak menimbulkan gejala sama sekali[1, 3].

Pasien dapat mengalami gejala seperti[1, 2, 3]:

  • batuk dalam waktu lama
  • batuk dengan banyak mukus
  • napas bersuara aneh
  • napas pendek atau kesulitan bernapas
  • sesak pada dada

Dibandingkan gejala akibat infeksi akibat virus atau bakteri, gejala pneumoconiosis cenderung untuk berlangsung terus menerus[3].

Jika pneumoconiosis menyebabkan fibrosis berat pada paru-paru, pasien dapat mengalami kesulitan untuk bernapas. Kondisi ini juga dapat mengakibatkan bibir dan ujung jari pasien berwarna kebiruan[1].

Fibrosis juga menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi lebih rendah dari normal. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada organ tubuh lain, seperti jantung dan otak. Pada kasus berat, pasien dapat mengalami pembengkakan kaki akibat jantung yang harus bekerja ekstra keras[1, 3].

Faktor Risiko Pneumoconiosis

Faktor risiko pneumoconiosis berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan di lokasi berisiko tinggi. Berikut beberapa pekerjaan yang dapat mengakibatkan terhirupnya partikel debu yang menyebabkan pneumoconiosis[3]:

  • tukang ledeng, tukang atap, tukang bangunan yang bekerja dengan asbes
  • penambang batu bara
  • pekerja tekstil

Jenis Pneumoconiosis

Pneumoconiosis meliputi jenis-jenis penyakit paru-paru yang disebabkan oleh partikel debu yang dapat merusak paru-paru. Jenis penyakit berbeda bergantung jenis debu yang terhirup, meski gejala yang ditimbulkan biasanya serupa[3].

Berikut beberapa jenis pneumoconiosis yang umum[1, 4]:

Asbestosis

Asbestos (asbes) merupakan nama umum untuk mineral berserat yang ditambang dari deposit di bawah tanah dan digunakan dalam pembuatan untuk isolasi rumah, bahan tahan api, ubin untuk lantai dan langit-langit, kampas rem mobil, dan berbagai produk lain.

Pekerja yang mengalami paparan asbes paling tinggi meliputi penambang, pekerja konstruksi, pekerja pembongkaran, pembuat kapal, dan mekanik mobil yang bekerja dengan rem.

Paparan asbestor juga dapat mempengaruhi orang yang tinggal atau bekerja di tempat dengan produk bangunan yang berbahan asbes yang sudah tua/rusak.

Pada kebanyakan kasus, asbestosis tidak berkembang selama 20 tahun atau lebih setelah pasien terpapar asbes pertama kali.

Silicosis

Pneumoconiosis jenis ini mempengaruhi orang yang bekerja dengan silika, yang biasanya dalam bentuk kuart yang ditemukan di dalam pasir, batu pasir, batu tulis, beberapa tanah liat, granit, dan bijih lainnya.

Pekerja yang paling sering terpapar silika meliputi penambang, pembuat terowongan, penggilingan silika, pekerja tambang, pekerja pengecoran,dan pengrajin keramik atau gelas.

Silicosis dapat menyebabkan fibrosis progresif di dalam paru-paru dengan penurunan signifikan fungsi paru-paru, terutama pada perokok.

Pneumokoniosis Pekerja Batubara

Pneumokoniosis pekerja batubara dikenal juga sebagai penyakit paru-paru hitam. Jenis pneumoconiosis ini disebabkan oleh menghirup partikel karbon dari batu bara, grafit, jelaga atau karbon hitam.

Penyakit ini paling umum dialami oleh orang yang menambang, memproses atau mengangkut penambang grafit, batubara, dan pekerja yang membuat grafit sintetis, hitam lampu, atau karbon hitam.

Seperti halnya silicosis, pneumoconiosis pekerja batu bara dapat mengakibatkan fibrosis berat, terutama pada penambang yang bekerja selama beberapa dekade tanpa peralatan pelindung.

Pneumoconiosis Talc

Pneumoconiosis disebabkan oleh debu talc, biasanya selama menambang atau penggilingan talc. Pneumoconiosis talc dapat mengarah pada fibrosis paru-paru.

Pneumoconiosis Kaolin

Pneumoniosis jenis ini disebabkan oleh menghirup kaolin, yaitu bahan yang digunakan dalam pembuatan keramik, kertas, obat, kosmetik, dan pasta gigi. Pekerja yang menambang, menggiling, atau mengepak kaolin memiliki risiko lebih tinggi.

Siderosis Paru-Paru

Pneumonoconiosis jenis ini disebut juga sebagai welder’s lung, disebabkan oleh menghirup partikel besi. Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala meski paru-paru terlihat abnormal pada pemeriksaan x-ray dada.

Berylliosis

Berylliosis ialah penyakit industrial yang relatif langka yang disebabkan oleh paparan berilium dan senyawa-senyawanya yang mana mengakibatkan penyakit paru-paru kronis pada penderita.

Kondisi ini umum dialami oleh pekerja yang berhubungan dengan luar angkasa, nuklir, telekomunikasi, penambangan berilium semi konduktor dan industri elektrik.

Komplikasi Pneumoconiosis

Pneumoconiosis dapat mengarah pada beberapa komplikasi, seperti[2, 3]:

Selain itu, studi mengindikasikan bahwa orang yang memiliki pneumoconiosis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke[3].

Diagnosis Pneumoconiosis

Untuk mendiagnosis, dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk apakah pasien telah terpapar partikel debu, berapa lama terpapar partikel debu, dan apakah pasien menggunakan pakaian dan peralatan pelindung[1, 3].

Pemeriksaan akan diikuti dengan x-ray dada, yang mana akan dibandingkan dengan satu set x-ray standar untuk pemeriksaan pneumoconiosis[1].

Dokter juga dapat menginstrusksikan pasien untuk menjalani tes berikut[1, 3]:

  • Tes fungsi pulmoner: untuk memeriksa pernapasan pasien
  • CT scan: untuk pemeriksaan dada yang lebih detail
  • Bronkoskopi: untuk memeriksa saluran pernapasan
  • Biopsi paru-paru: untuk menganalisa jaringan paru-paru

Pneumonconiosis menyebabkan perubahan paru-paru permanen dan tidak dapat dipulihkan. Namun, perawatan yang tepat dapat membantu mengatasi gejala dan mencegah kondisi bertambah buruk[1, 3].

Pengobatan Pneumoconiosis

Pasien dengan pneumoconiosis dan mengalami masalah pernapasan akan dianjurkan untuk menghindari paparan debu mineral. Dokter juga dapat meresepkan beberapa obat seperti[1, 2]:

  • Bronchodilator: membantu menjaga bronkus terbuka
  • Kortikosteroid: mengurangi peradangan pada saluran pernapasan

Jika kadar oksigen di dalam darah kurang dari 90%, pasien memerlukan oksigen untuk membantu pernapasan di rumah[1].

Pneumoconiosis merupakan penyakti paru-paru kronis, yang mana memerlukan penanganan gejala dalam jangka waktu lama. Pasien perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk membantu menangani penyakit dan mengantisipasi progres pneumoconiosis[2, 3].

Pasien dengan pneumoconiosis perlu memperhatikan kesehatan paru-paru dan jantung dengan mempertahankan berat badan sehat, berhenti merokok, banyak tidur, dan melakukan olahraga secara rutin. Pasien dapat mengikuti program rehabilitasi pulmoner yang akan memberikan masukan dan latihan untuk meningkatkan fungsi paru-paru[3].

Pasien juga dapat memerlukan imunisasi dengan vaksin flu dan pneumococcal, menggunakan inhaler, dan terapi oksigen untuk menjaga kesehatan dan fungsi paru-paru[1, 3].

Ketika pneumoconiosis menyebabkan masalah pernapasan ekstrim, satu-satunya metode penanganan ialah dengan transplantasi paru-paru[1].

Pencegahan Pneumoconiosis

Pneumoconiosis umumnya dapat dicegah. Berikut beberapa langkah yang perlu diterapkan untuk menurunkan risiko pneumoconiosis[1, 3]:

  • Membatasi paparan debu mineral: orang dengan pekerjaan yang melibatkan paparan debu mineral sebaiknya menggunakan pakaian dan perlengkapan pelindung untuk membatasi paparan dan mencegah debu mineral menempel pada pakaian dan terbawa pulang. Penggunaan masker atau respirator untuk melindungi dari debu hendaknya berukuran sesuai dan digunakan berdasarkan petunjuk.
  • Menghindari paparan asbes di rumah: periksa bagian rumah yang terpapar insulasi yang mengandung asbes atau asbes tua, terutama untuk rumah yang sudah tua. Asbes sebaiknya diganti atau ditutupi dengan bahan lain.
  • Menghindari rokok: merokok memperburuk efek kerusakan dari pneumoconiosis. Untuk perokok yang kesulitan berhenti, dapat meminta arahan dari dokter.
  • Memastikan ruang kerja mendapatkan ventilasi yang cukup
  • Melakukan pemeriksaan medis rutin bagi orang dengan pekerjaan berisiko tinggi
  • Mencuci tangan sebelum makan atau minum atau memegang wajah
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment