Tularemia: Penyebab, Gejala dan Pencegahan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tularemia adalah suatu penyakit yang bisa menginfeksi hewan maupun manusia. Kelinci dan keluarga tikus adalah jenis yang rentan terinfeksi.

Manusia bisa tertular tularemia bila melakukan kontak langsung dengan binatang yang terinfeksi atau dari gigitan kutu, nyamuk, atau deer fly (lalat pikat), namun penyakit ini tidak menular antarmanusia. [1, 2, 3]

Tularemia bisa membahayakan nyawa, tetapi sebagian besar infeksi dari penyakit ini bisa diobati dengan tuntas dengan menggunakan antibiotik. [1, 2]

Mengenal Tularemia

Tularemia adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis, yang bisa ditemukan pada mamalia kecil seperti tikus dan kelinci, juga arthropoda, seperti kutu.

Bakteri yang menyebabkan tularemia paling sering berpindah pada manusia melalui kutu atau lalat, bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi, atau menghirup atau mencerna bakteri tersebut.

Bakteri penyebab penyakit ini sangat mudah menginfeksi dan bisa masuk ke tubuh manusia melalui kulit, mata, mulut, atau paru-paru. Penularan tularemia dari manusia ke manusia, hingga sekarang, belum pernah dilaporkan terjadi. [1]

Tingkat keparahan tularemia bisa sangat berbeda pada tiap orang. Beberapa kasus hanya ringan saja dan bersifat self-limiting atau akan sembuh dengan sendirinya, sementara kasus lain bisa menimbulkan komplikasi yang serius dan bersifat fatal. [1, 2, 3]

Jenis-Jenis Tularemia dan Gejalanya

Gejala-gejala tularemia bisa sangat beragam, mulai dari tanpa gejala atau ringan saja hingga mengancam keselamatan jiwa. Gejala-gejala biasanya muncul dalam 3 hingga 5 hari sejak terinfeksi, namun pada beberapa kasus baru muncul setelah 2 minggu. [1, 2, 3, 4]

Gejala juga bisa berbeda tergantung dari lewat mana bakteri masuk ke tubuh. Berikut adalah beberapa bentuk tularemia dan gejala-gejalanya: [1, 2, 3, 4]

1. Ulceroglandular tularemia

Tularemia jenis ini terjadi lewat infeksi kulit, dan gejala-gejalanya termasuk:

  • Ruam di kulit pada bagian yang bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi atau di bagian gigitan kutu, lalat, atau nyamuk pembawa bakteri.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening dekat bagian kulit yang terdampak (seringnya di ketiak atau selangkangan)
  • Sakit kepala parah
  • Demam
  • Menggigil
  • Kelelahan

2. Glandular tularemia

Gejala dari tularemia jenis ini mirip dengan ulceroglandular, namun tanpa ruam atau luka di kulit. Infeksi juga terjadi melalui kulit.

3. Pneumonic tularemia

Ini adalah jenis paling serius dari penyakit tularemia. Infeksi terjadi melalui pernafasan, dimana bakter terhirup oleh manusia. Gejala-gejalanya bisa termasuk:

  • Batuk kering
  • Kesulitan bernafas
  • Demam tinggi
  • Nyeri dada

4. Oculoglandular tularemia

Gejala-gejala tularemia jenis ini, yang terjadi karena infeksi melalui mata, bisa termasuk:

  • Iritasi mata
  • Nyeri mata
  • Mata bengkak
  • Mata berair, belekan, atau kemerahan
  • Rasa perih di bagian dalam kelopak mata
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di belakang telinga

5. Oropharyngeal tularemia

Gejala dari tularemia jenis ini, yang terjadi akibat tercernanya bakteri, bisa termasuk:

6. Typhoidal tularemia

Ini adalah jenis tularemia yang paling langka, gejala-gejalanya termasuk:

  • Demam yang sangat tinggi
  • Kelelahan yang amat sangat
  • Diare
  • Muntah

Tularemia jenis ini bisa berkembang menjadi pneumonia dan pembesaran liver serta limpa.

Siapa yang Berisiko Terkena Tularemia?

Karena hewan adalah pembawa bakteri penyebab tularemia, maka orang-orang yang sering atau memiliki kemungkinan tinggi untuk bersentuhan dengan hewan adalah yang termasuk dalam kelompok berisiko.

Mereka termasuk: [2]

  • Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan hewan, seperti dokter hewan, penjaga kebun binatang, peternak, petani, atau penjaga hutan
  • Orang-orang yang tinggal di dekat hutan
  • Orang-orang yang bersentuhan dengan hewan mati, seperti pemburu, taxidermist, dan tukang daging
  • Orang-orang yang bekerja di taman atau kebun

Komplikasi yang Mungkin Ditimbulkan Tularemia

Kasus-kasus tularemia yang terlambat atau tidak diobati bisa menyebabkan komplikasi-komplikasi berikut: [1, 2, 3, 4]

Diagnosa Tularemia

Mendiagnosa tularemia tidak mudah karena bisa tampak seperti penyakit lain. Jalan masuknya bakteri yang beragam juga bisa membuat diagnosa menjadi semakin rumit.

Dokter harus sangat mengandalkan riwayat medis dan pribadi pasien untuk membantu pemeriksaan.

Dokter mungkin akan menduga pasien terkena tularemia bila baru saja melakukan perjalanan, digigit serangga, atau melakukan kontak dengan hewan. Dugaan juga bisa dibuat bila pasien memiliki kondisi medis yang serius yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti kanker atau HIV.

Dokter bisa menggunakan tes serologi untuk mendeteksi keberadaan tularemia. Tes ini akan menemukan antibodi tertentu yang dihasilkan oleh tubuh untuk melawan infeksi yang terjadi.

Karena tes pada tahap awal terjadinya infeksi tidak selalu bisa mendeteksi keberadaan antibodi, maka dokter mungkin akan menyimpan sampel dari tubuh pasien di laboratorium untuk dilihat perkembangannya (kultur). Sampel ini bisa diambil dari: [1, 2, 3, 4]

  • Kulit
  • Kelenjar getah bening
  • Cairan pleural (cairan dari pleurae di rongga dada)
  • Cairan tulang belakang

Pengobatan Tularemia

Setiap kasus tularemia diobati berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya. Diagnosis yang dilakukan di awal terjadinya infeksi memungkinkan pasien untuk segera diobati menggunakan antibiotik.

Antibiotik yang digunakan untuk mengobati tularemia termasuk streptomycin, gentamicin, doxycycline, dan ciprofloxacin. Pengobatan biasanya berlangsung selama 10 hingga 21 hari tergantung dari sudah sampai tahap mana penyakit berkembang, serta obat yang digunakan. [1, 2, 3]

Meskipun gejala-gejala sudah berlangsung selama beberapa minggu, kebanyakan pasien bisa sembuh sepenuhnya.

Intervensi pembedahan bisa saja diperlukan untuk mengeringkan kelenjar getah bening yang membengkak atau untuk memotong jaringan yang terinfeksi dari koreng pada kulit. Pasien juga mungkin akan diberi obat untuk meredakan demam atau sakit kepala. [2]

Pencegahan Tularemia

Langkah pencegahan penularan atau penyebaran penyakit ini membutuhkan kesadaran manusia untuk menerapkan protokol keamanan dan kebersihan mendasar.

Bakteri penyebab tularemia hidup di lingkungan yang kotor. Wabah penyakit ini sudah pernah terjadi di kalangan pemburu yang tidak menerapkan metode kebersihan sehingga alat-alat mereka terkontaminasi.

Untuk membersihkan binatang secara aman saat berburu, lakukan hal-hal berikut: [1, 2]

  • Jangan menguliti atau membuang organ hewan yang kelihatannya sakit.
  • Gunakan sarung tangan dan goggle saat memegang atau membersihkan hewan buruan.
  • Cuci tangan dengan benar setelah memegang hewan.
  • Masak daging hingga matang menyeluruh.

Berikut adalah beberapa tips untuk mengurangi risiko terkena tularemia saat berkemah, hiking atau pergi ke alam bebas: [1, 2]

  • Kenakan celana panjang dan baju lengan panjang bila pergi ke hutan untuk menghindari gigitan kutu atau nyamuk.
  • Jauhkan daging hewan dari makanan atau air yang dibawa.
  • Hindari minum air dari danau atau genangan.
  • Lindungi binatang peliharaan yang ikut bersama Anda dengan obat anti kutu.
  • Gunakan obat penangkal serangga di kulit yang terbuka
    Saat bekerja di kebun atau halaman: [1, 2]
  • Gunakan sarung tangan atau alat lain untuk menyingkirkan bangkai tikus atau binatang lain bila ditemukan.
  • Jangan sampai menggilas bangkai binatang dengan menggunakan pemotong rumput atau alat semacamnya.

Segera hubungi dokter bila gejala-gejala tularemia timbul setelah melakukan aktivitas-aktivitas diatas.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment