Bolehkah Retinol Dipakai Saat Hamil? – Fakta, Risiko dan Alternatif Retinol

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Bagi para wanita yang memerhatikan kesehatan dan kecantikan kulitnya, retinol adalah bahan aktif produk perawatan kulit yang pasti sudah tidak asing.

Retinol adalah komponen aktif penting pada produk perawatan kulit untuk mengatasi tanda-tanda penuaan [1,2].

Retinol juga merupakan turunan vitamin A yang bermanfaat sebagai pengecil pori-pori kulit [1].

Retinol bahkan juga sering digunakan untuk mengangkat sel-sel kulit mati, meningkatkan kolagen, serta mencegah timbulnya jerawat [1,2,3].

Namun saat sedang hamil, para wanita perlu mengetahui seberapa aman atau bahayanya penggunaan retinol.

Bolehkah retinol dipakai saat hamil?

Tidak, sebab penggunaan retinol bukan untuk ibu hamil [3,4].

Walaupun retinol merupakan bentuk vitamin A, ibu hamil sebaiknya menggunakan atau mengonsumsi sumber makanan vitamin A secara langsung [3].

Dalam merawat kulit selama hamil, manfaatkan bahan-bahan alami terutama setelah berkonsultasi dengan dokter [3].

Bila ingin membuat kulit lebih sehat dari dalam, pastikan untuk mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang [5].

Pilih sumber makanan bervitamin A tinggi yang juga aman bagi tubuh ibu hamil maupun kondisi kandungan [6].

Jika ingin mengonsumsi suplemen, tanyakan kepada dokter kandungan lebih dulu mengenai suplemen apa saja yang aman bagi janin [3].

Vitamin A sendiri adalah salah satu nutrisi penting untuk tumbuh kembang janin selama di kandungan [7].

Vitamin A berfungsi mendukung optimal perkembangan tulang, sistem imun dan mata janin [7].

Namun dalam bentuk retinol dan digunakan secara topikal (untuk pemakaian luar), penyerapan tetap terjadi [3,4].

Jika retinol terserap ke dalam aliran darah, terutama dalam jumlah banyak yang tidak disadari ibu hamil, hal ini bisa membahayakan janin karena berisiko pada keracunan vitamin A [3,4].

Keracunan vitamin A terjadi saat kadar retinol terlalu banyak di dalam sistem tubuh dan aliran darah.

Oleh sebab itu, rata-rata dokter pasti tidak merekomendasikan maupun menganjurkan penggunaan retinol selama hamil [3,4].

Bila sudah telanjur menggunakannya saat hamil, tidak perlu panik atau khawatir dan segera hentikan pemakaian, lalu konsultasikan dengan dokter [3,4].

Apa saja risiko penggunaan retinol saat hamil?

Penggunaan bahan-bahan kimia biasanya tidak dianjurkan pada ibu hamil karena risiko cacat lahir bayi cukup tinggi.

Hal ini pun rupanya menjadi salah satu risiko bahaya penggunaan retinol saat hamil.

Walau retinol sendiri tidak pernah terbukti sebagai pemicu cacat lahir bayi, pengobatan berkandungan retinoid mampu menyebabkan kondisi sindrom retinoid janin [3].

Sindrom ini tergolong berbahaya karena menjadi faktor dibalik cacat lahir yang serius pada anak saat lahir [3].

Beberapa risiko bahaya yang berkaitan dengan cacat lahir anak berkaitan dengan sindrom retinoid janin adalah [3,4] :

  • Gangguan pada kelenjar paratiroid, kelenjar timus, dan kelenjar renal.
  • Kelainan jantung
  • Gangguan pembentukan tulang dan wajah
  • Keterlambatan pertumbuhan baik saat anak masih di dalam kandungan maupun saat sudah lahir
  • Mikrosefalus dan hidrosefalus
  • Keterlambatan perkembangan otak dan kemampuan belajar
  • Kelainan pada telinga dan fungsi pendengaran

Oleh karena sejumlah efek bahaya tersebut, retinol tidak seharusnya digunakan selama kehamilan [3,4].

Apabila ingin menjaga kandungan tetap baik dan anak lahir sehat sekaligus normal, hindari retinol dan gunakan bahan alternatif yang lebih aman serta diizinkan oleh dokter.

Bahkan usai melahirkan dan sudah memasuki masa menyusui, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan retinol [3,4].

Belum diketahui jelas apakah retinol aman digunakan oleh ibu menyusui, maka segala hal sebelum penggunaan bisa ditanyakan kepada dokter [3,4].

Adakah alternatif retinol yang aman bagi ibu hamil?

Sebagai pengganti retinol, ibu hamil dapat menggunakan bahan-bahan yang lebih aman seperti [3,4] :

  • Asam hyaluronat, yakni alternatif retinol yang bermanfaat menghidrasi kulit sekaligus bersifat anti-aging (mengurangi tanda-tanda penuaan).
  • Niacinamide (niacin/vitamin B3), yakni alternatif retinol berupa suplemen oral (diminum) yang tidak hanya meningkatkan kesehatan kulit, tapi juga menjaga kesehatan saraf hingga sistem pencernaan.
  • Asam glikolat, yakni alternatif retinol yang berperan sebagai eksfoliator atau pengangkat sel-sel kulit mati; biasanya asam glikolat juga bermanfaat bagi kulit berjerawat.
  • Asam azaleat, yakni alternatif retinol yang bersifat antimikroba dan antiradang/anti-inflamasi.
  • Ceramide, yakni alternatif retinol yang mirip dengan asam hyaluronat karena bersifat anti-aging, melawan berbagai tanda penuaan seperti garis halus dan kerutan di kulit.
  • Vitamin C, yakni alternatif retinol yang mencerahkan kulit secara alami sekaligus menjaga kesehatan tulang, gigi dan gusi. Antioksidan pada vitamin C juga dapat melindungi tubuh ibu hamil dari berbagai ancaman penyakit.

Meski dianggap lebih aman, tidak ada salahnya para ibu hamil tetap mengonsultasikan ini dengan dokter sebelum menggunakan.

Bahan perawatan kulit alami seperti shea butter, lidah buaya dan teh hijau pun dapat dipakai saat hamil karena tingkat keamanannya lebih tinggi [3].

Selain retinol, bahan perawatan kulit apa saja yang perlu dihindari saat hamil?

Agar kehamilan berjalan dengan lancar dan anak lahir serta tumbuh kembang dengan normal, beberapa bahan kimia selain retinol yang perlu dihindari saat hamil adalah [8] :

  • Bahan-bahan yang terkandung di dalam tabir surya/sunscreen.
  • Formaldehyde, yakni kandungan yang biasanya ada di dalam cat kuku dan manikur gel.
  • Accutane dan tazorac, yakni zat yang masih tergolong vitamin A dan hanya boleh digunakan bila dokter meresepkannya.
  • Hydroquinone
  • Aluminum chloride hexahydrate yang biasanya terkandung di dalam antiperspirant.
  • Asam salisilat
  • Benzoyl peroxide

Sebelum menggunakan produk perawatan kulit apapun, pastikan sudah menanyakan manfaat hingga bahayanya kepada dokter kandungan maupun dokter kulit agar kondisi kehamilan tetap baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment