Cara Mengobati Stroke Hemoragik

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Stroke hemoragik adalah kondisi dimana pembuluh darah pecah sehingga terjadi pendarahan menuju otak. Stroke hemoragik dibagi menjadi dua, yaitu pendarahan intraserebral (ICH) yang terjadi di dalam parenkim otak dan pendarahan subarachnoid (SAH) yang terjadi di dalam ruang subarachnoid.

Stroke ini dapat terjadi disebabkan oleh hipertensi, pecahnya aneurisma arteri serebral, penggunaan obat pengencer darah (antikoagulan) seperti warfarin, dan Cerebral Amyloid Angyopathy (CAA). Stroke hemoragik sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju[1,4].

Cara Mengobati Stroke Hemoragik

Dikarenakan stroke hemoragik sangat berbahaya, maka harus segera diobati dan ditangani dengan serius. Berikut ini cara mengobati stroke hemoragik antara lain:

  • Terapi Hemostatik

Terapi hemostatik digunakan untuk mengurangi hematoma. Terapi ini sangat penting bagi penderita yang menggunakan antikoagulan untuk mengembalikan koagulan.

Koagulan adalah suatu proses pembekuan darah dan pembentukan trombus. Biasanya penderita yang mengalami trombosipenia harus menerima konsentrat trombosit.

Bahan yang digunakan dalam terapi ini diantaranya adalah vitamin K, PCC, FFP, rFVIIa, dan lain-lain[1,2].

  • Menjaga Kontrol Tekanan Darah

Orang yang mengalami stroke hemoragik dapat diatasi dengan cara mengontrol tekanan darah. Penderita stroke ini sering mengalami kenaikan tekanan darah dan tekanan darah dapat naik hingga mencapai 150 mm Hg dan 220 mm Hg.

Tekanan darah yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi penderita, mulai dari kerusakan neurologis, hematoma, hingga yang paling parah adalah kematian. Untuk itu, menurunkan tekanan darah merupakan salah satu cara mengobati penyakit ini.

Tekanan darah pada penderita harus diturunkan secara bertahap hingga 150/90 mm Hg dan harus diperiksa setiap 10-15 menit sekali. Cara menurunkan tekanan darah ini bisa menggunakan beta blocker, seperti labetalol dan esmolol; ACE inhibitor seperti enalapril; calcium channel blocker seperti nicardipine; atau hydralazine.

Hindari menggunakan obat nitroprusside karena dapat meningkatkan tekanan intrakranial yang semakin memperparah keadaan yang diderita[1,2,3].

  • Mengontrol Peningkatan Tekanan Intrakranial(TIK)

Tekanan intrakranial adalah nilai tekanan yang ada di rongga kepala. Peningkatan tekanan intrakranial ini dapat terjadi karena adanya hematoma.

Penanganan pertama untuk menurunkan tekanan intrakranial adalah dengan meninggikan kepala di tempat tidur dengan tinggi 30 derajat, kepala lurus, dan tidak menghadap ke samping. Berikan obat yaitu anlagesia dan sedasi sesuai dosis atau antasida untuk menghindari tukak lambung yang berhubungan dengan pendarahan intraserebal.

Selain itu, untuk mengontrol tekanan intrakranial dapat dilakukan menggunakan terapi osmotik (manitol dan salin hipertonik), anestesi barbiturat, serta penyumbatan neuromuskular. Terapi tersebut dilakukan dengan memantau tekanan intrakranial dan tekanan darah secara bersamaan untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral lebih dari 70 mm Hg[1,2,3].

  • Terapi Antiepilepsi

Penderita stroke hemoragik rentan mengalami kejang, bahkan menurut sebuah penelitian 3-17 persen penderita mengalami kejang pada dua minggu pertama dan sebanyak 30 persen penderita mengalami kejang listrik pada pemantauan EEG. Untuk mengatasi hal tersebut maka penderita stroke hemoragik diberi obat antiepilepsi, baik yang mengalami kejang klinis maupun kejang elektrografis.

Kejang pada penderita stroke hemoragik terjadi akibat hematoma lobaris dan pembesaran hematoma yang berkaitan dengan memburuknya neurologis. Oleh karena itu, penderita stroke hemoragik yang mengalami kejang harus segera mendapat benzodiazepin, seperti lorozepam atau diazepam, untuk mengontrol kejang.

Selain itu, penderita juga harus diberi fenitoin dan fosfenitoin untuk mengontrol kejang dalam jangka panjang[1,2].

  • Pembedahan

Pengobatan paling efektif untuk stroke hemoragik adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila penderita stroke hemoragik mengalami pendarahan serebelar yang menyebabkan penurunan kesadaran penderita dan hidrosefalus atau kompresi batang otak.

Prosedur pembedahan dilakukan apabila penderita mengalami volume hematoma 20-50 ml, Glasgow Coma Scale(GCS) 9-12, usia pasien 50-69 tahun, dan pembedahan dilakukan dalam jangka waktu 8 jam setelah ictus. Jenis perawatan bedah untuk penderita stroke hemoragik di antaranya adalah kraniotomi, kraniektomi dekompresi, aspirasi stereotaktik, aspirasi endoskopik, dan aspirasi kateter[1,2,3].

Orang yang Rentan Mengalami Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik memang tidak dialami oleh semua orang. Namun, pada beberapa orang yang menderita penyakit ini dipengaruhi oleh kesehatan dan gaya hidup yang tidak sehat.

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke hemoragik pada seseorang di antaranya:

  1. Merokok dan mengonsumsi alkohol dalam jumlah sedang maupun berat
  2. Penyakit hati kronis karena berkaitan dengan koagulopati dan trombositopenia
  3. Penurunan kolesterol lipoprotein dan trigliserida rendah
  4. Terapi antiplatelet ganda
  5. Simpatomimetik seperti kokain, heroin, amfetamin, efedrin, dan fenilpropanolamin yang dapat meningkatkan perdarahan otak
  6. Microbleeds serebral(CMBs) yang berkaitan dengan diabetes melitus dan hipertensi
  7. Stroke hemoragik meningkat setelah usia 55 tahun pada orang dengan jenis kelamin laki-laki dan berusia lanjut
  8. Tumor yang lebih mudah berdarah, seperti glioblastoma, limfoma, metastatis, meningioma, dan lain-lain[1,4].
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment