Hipoalbuminemia : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Hipoalbuminemia merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan albumin di dalam darah. Albumin sendiri merupakan protein yang dibentuk oleh hati, dan berfungsi untuk menjaga cairan agar tetap... berada di dalam pembuluh darah dan tidak merembes keluar. Jika jumlah albumin berkurang, maka cairan dapat keluar dari pembuluh darah dan terjadilah edema, dimana cairan menumpuk di cairan atau rongga-rongga tubuh. Hipoalbuminemia bisa disebabkan oleh menurunnya produksi albumin oleh hati (misalnya pada kondisi penyakit hati), kurangnya asupan protein, meningkatnya pembungan almbumin melalui sistem pencernaan atau ginjal, dan kondisi peradangan akut atau kronik. Penanganan hipoalbuminemia bergantung pada derajat dan penyebabnya. Pada kondisi hipoalbuminemia ringan, dokter mungkin akan meminta seseorang untuk mengonsumsi lebih banyak makanan tinggi protein. Namun jika kondisi berat, maka mungkin perlu dilakukan transfusi albumin untuk mengembalikan albumin darah ke kadar normal. Read more

Apa Itu Hipoalbuminemia?

Hipoalbuminemia merupakan sebuah kondisi di mana seseorang mengalami kadar albumin yang terlalu rendah dan umumnya disebabkan oleh peradangan tubuh [1,2,6,9,11,17].

Penderita penyakit berat atau kronis umumnya berakibat pada timbulnya kondisi hipoalbuminemia.

Kadar albumin normal adalah 3,4-5,4 g/dL; namun usia seseorang menentukan kadar normal albumin dalam darah [3].

Hipoalbuminemia merpakan sebuah kondisi ketika kadar albumin di bawah angka normal, yaitu kurang dari 3,4 g/dL [3].

Apa itu albumin?

Albumin sendiri adalah salah satu jenis protein dalam darah di mana organ hati adalah yang menghasilkannya [3].

Albumin menjadi komposisi paling besar pada protein dalam darah dengan persentase 60% [3,4].

Fungsi utama albumin adalah mencegah kebocoran cairan tubuh dari pembuluh darah serta regenerasi jaringan tubuh [3].

Tak hanya itu, fungsi albumin adalah sebagai penyuplai sejumlah zat menuju seluruh tubuh agar tubuh bekerja dengan optimal.

Zat-zat yang disalurkan oleh albumin adalah lemak, bilirubin, mineral, hormon, vitamin dan obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh [5].

Tinjauan
Hipoalbuminemia merupakan kondisi kadar albumin dalam darah yang terlalu rendah dan di bawah normal; biasanya, hal ini disebabkan oleh peradangan dalam tubuh.

Fakta Tentang Hipoalbiminemia

  1. Hipoalbuminemia merupakan salah satu gangguan kesehatan paling umum yang terjadi pada pasien rawat inap kritis maupun pasien dengan penyakit kronis [1].
  2. Prevalensi hipoalbuminemia lebih tinggi terjadi pada pasien rawat inap, pasien dengan penyakit kronis, serta pasien lansia [1].
  3. Prevalensi umum hipoalbuminemia pada pasien lansia yang menjalani rawat inap di rumah sakit adalah lebih dari 70% [1].
  4. Di Indonesia prevalensi hipoalbuminemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui bahwa kasus hipoalbuminemia pada pasien pneumonia usia lanjut di RS Cipto Mangunkusumo memiliki persentase sebesar 71,1% [2].

Penyebab Hipoalbuminemia

Radang di dalam tubuh kerap menjadi penyebab utama hipoalbuminemia, baik itu radang akibat luka bakar, sepsis, atau bahkan pasca menjalani prosedur bedah [1,2].

Selain itu, radang dalam tubuh yang memicu hipoalbuminemia pun dapat dipicu oleh pemasangan alat bantu napas.

Beberapa faktor lain yang mampu menjadi faktor penyebab hipoalbuminemia antara lain adalah [1,6,7] :

  • Defisiensi vitamin, zat besi (pada penyakit Celiac), kalori dan protein.
  • Gangguan penyerapan nutrisi oleh tubuh.
  • Penyakit autoimun seperti penyakit Lupus, yakni saat sistem imun justru menyerang tubuh.
  • Diabetes atau kadar gula dalam darah yang melonjak terlalu tinggi karena produksi hormon insulin yang berkurang.
  • Sindrom nefrotik atau kebocoran protein melalui urine karena gangguan pada ginjal.
  • Hipertiroidisme atau hormon tiroid yang terproduksi secara berlebihan karena adanya gangguan kelenjar tiroid.
  • Gagal jantung.
Tinjauan
Peradangan dalam tubuh menjadi penyebab umum hipoalbuminemia, namun selain itu, efek prosedur medis tertentu dan beberapa penyakit lain mampu menyebabkan turunnya kadar albumin secara drastis.

Gejala Hipoalbuminemia

Sejumlah gejala umum yang disebabkan oleh kadar albumin terlalu rendah antara lain adalah [1,6,8] :

  • Splenomegali (pembesaran limpa)
  • Hepatomegali (pembesaran hati)
  • Pembengkakan kelenjar air liur
  • Asteriksis atau pergelangan tangan yang mengalami tremor
  • Kemerahan di telapak tangan atau palmar erythema
  • Pembuluh darah kecil yang berkumpul pada permukaan kulit
  • Ensefalopati
  • Pembesaran payudara pada pria atau ginekomastia
  • Jaundice atau menguningnya kulit sekaligus bagian putih di bola mata
  • Pertumbuhan anak yang terlalu lamban
  • Edema atau pembengkakan di tungkai atau wajah karena akumulasi cairan
  • Terdapat luka yang membutuhkan waktu sangat lama untuk sembuh
  • Kulit kasar dan kering
  • Jumlah massa otot menurun
  • Lemak di bawah lapisan kulit yang hilang
  • Berat badan turun
  • Mual yang seringkali disertai dengan muntah
  • Diare
  • Menurunnya nafsu makan
  • Makroglosia atau pembesaran lidah
  • Hipotensi atau tekanan darah rendah
  • Irama jantung yang tidak normal
  • Pembengkakan jantung
  • Sesak napas
  • Tubuh lebih cepat lelah dari biasanya

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Segera ke dokter apabila sejumlah gejala yang telah disebutkan terjadi.

Terutama ketika tubuh kecapekan secara tiba-tiba atau kesulitan bernapas, sebaiknya periksakan diri secepatnya.

Para orang tua yang mendapati bahwa perkembangan anak tidak seperti anak-anak normal seusianya, segera konsultasikan dengan dokter.

Bila perkembangan anak lebih lambat dari anak lainnya, hal ini dapat berkaitan salah satunya dengan hipoalbuminemia.

Tinjauan
- Berbagai gejala dapat terjadi pada penderita hipoalbuminemia tergantung dari penyebabnya, namun pembengkakan di beberapa organ seperti hati, limpa, lidah, kelenjar air liur, hingga edema pada tungkai dan wajah perlu diwaspadai.
- Jika sesak napas dan tubuh mengalami kelelahan ekstrem, sudah seharusnya penderita memeriksakan diri ke dokter.

Pemeriksaan Hipoalbuminemia

Dokter umumnya menggunakan sejumlah metode diagnosa untuk memastikan kondisi gejala pasien benar-benar mengarah pada hipoalbuminemia.

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Dokter mengawali pemeriksaan dengan mengecek kondisi fisik pasien lebih dulu [1,6,8,9,10].

Pembengkakan pada beberapa area tubuh serta keberadaan tanda-tanda jaundice perlu diperiksa [9,10].

Selain itu, dokter akan menanyakan seputar riwayat medis pasien berikut riwayat kesehatan keluarga pasien.

  • Tes Darah

Untuk mengetahui apakah kadar albumin dalam darah pasien lebih rendah dari normalnya, pasien perlu menempuh tes darah [1,11].

Pada prosedur ini, dokter akan mengambil sampel darah pasien yang kemudian dianalisa secara detail di laboratorium.

  • Tes Pemindaian

Untuk memastikan apakah pasien mengalami gagal jantung maupun sirosis hati, tes pemindaian yang meliputi ekokardiografi atau USG perut dapat dijalani pasien [12,13].

Sementara untuk mengidentifikasi peradangan dalam tubuh, pasien diminta untuk menempuh rontgen.

  • Tes Rasio Albumin Kreatinin

Melalui sampel urine pasien, tes ini diterapkan dokter sebagai pengukur kadar kebocoran albumin [14].

Pengambilan sampel jaringan ginjal atau hati membantu dokter dalam mengetahui kondisi kedua organ tersebut [9,10,15].

Sampel jaringan yang telah diambul kemudian dibawa ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, tes pemindaian, biopsi dan tes rasio albumin kreatinin merupakan metode diagnosa yang umumnya perlu pasien tempuh.

Pengobatan Hipoalbuminemia

Penyebab hipoalbuminemia menjadi penentu bagi dokter dalam memberikan perawatan yang tepat.

Penanganan wajib disesuaikan dengan penyebab yang mendasari hipoalbuminemia, seperti :

  • Menu makanan penuh gizi yang seimbang untuk sehari-hari apabila pasien mengalami kekurangan nutrisi. Biasanya dokter akan menganjurkan asupan produk olahan susu, ikan gabus, putih telur dan kacang-kacangan sebagai peningkat kadar albumin karena makanan-makanan tersebut kaya protein.
  • Pemberian resep obat candesartan atau captopril (golongan obat antihipertensi) dilakukan oleh dokter apabila pasien hipoalbuminemia mengalami gangguan ginjal.
  • Pemberian resep obat kortikosteroid dilakukan oleh dokter apabila pasien hipoalbuminemia mengalami peradangan dan peradangan merupakan penyebab utama kondisi penurunan kadar albumin.
  • Pemberian infus albumin kemungkinan besar pun akan dilakukan oleh dokter khusus bagi pasien hipoalbuminemia yang mengalami luka bakar serius dan dalam kondisi kritis. Beberapa pasien dengan kondisi sirosis hati pun berpotensi diberi perawatan satu ini.
  • Anjuran berhenti konsumsi alkohol diberikan oleh dokter apabila pasien mengalami hipoalbuminemia karena penggunaan alkohol berlebihan. Pembatasan asupan alkohol bertujuan untuk mencegah perburukan gejala karena alkohol akan terus-menerus menurunkan kadar protein dalam darah.
Tinjauan
Penanganan hipoalbuminemia disesuaikan dengan penyebabnya, mulai dari diet tinggi protein, pemberian obat kortikosteroid, infus albumin, obat kortikosteroid, obat antihipertensi, hingga berhenti mengonsumsi alkohol.

Kondisi Medis Lain Serupa dengan Hipoalbuminemia

Pemeriksaan secara mendalam dan rinci diperlukan tak hanya bertujuan untuk memastikan tingkat keparahan maupun penyebab hipoalbuminemia.

Beberapa metode diagnosa tersebut digunakan dokter untuk mengeliminasi berbagai kemungkinan kondisi medis serupa dengan hipoalbuminemia seperti berikut.

  • Peningkatan Katabolisme

Katabolisme adalah salah satu reaksi metabolisme tubuh selain anabolisme [1].

Setiap tubuh manusia memiliki proses pemecahan molekul besar serta kompleks menjadi bentuk yang lebih simpel dan inilah yang disebut dengan katabolisme [16].

Sebagian besar proses pemecahan molekul tersebut adalah proses pengubahan menjadi energi untuk bahan bakar yang memicu reaksi anabolisme (proses pembentukan molekul besar dari molekul-molekul kecil) [16].

Pada proses katabolisme dalam tubuh, enzim dalam sistem pencernaan akan memecah makanan yang sudah masuk ke dalam tubuh [16].

Salah satunya adalah protein yang dipecah dan menjadi asam amino melalui reaksi katabolisme maupun glikogen yang dipecah menjadi glukosa.

Proses katabolisme ini dapat meningkat, terutama pada kondisi penderita penyakit kronis yang sudah kritis dengan tanda-tanda yang serupa dengan hipoalbuminemia.

  • Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik merupakan sebuah kondisi di mana ginjal mengalami kerusakan lalu memicu peningkatan kadar protein dalam urine [1].

Tingkat keparahan gangguan ginjal menentukan seberapa besar peluang penderita penyakit ini untuk sembuh.

Pada beberapa kasus, penderita dapat sembuh dari sindrom nefrotik, namun risiko untuk kambuh lagi pun sangat tinggi.

Kambuhnya sindrom nefrotik biasanya terjadi ketika sistem imun terganggu karena stres psikis maupun fisik.

  • Sirosis Hati

Sirosis hati merupakan sebuah kondisi ketika organ hati mengalami kerusakan sebagai dampak dari jaringan parut yang terbentuk di sana [1].

Penyakit liver jangka panjang atau kronis dapat menjadi penyebab jaringan parut timbul dan terus terbentuk pada organ hati.

Penyakit liver yang dimaksud sendiri dapat disebabkan oleh alkoholisme dan infeksi virus hepatitis.

Komplikasi Hipoalbuminemia

Ketika kondisi hipoalbuminemia tak segera mendapatkan penanganan yang tepat, risiko komplikasi paling tinggi yang berpotensi terjadi adalah [1,2,10] :

  • Gangguan sirkulasi darah
  • Atrofi atau kelemahan otot
  • Efusi pleura atau penumpukan cairan di area paru
  • Pneumonia atau radang paru
  • Asites atau penumpukan cairan pada area perut

Kolaps sirkulasi atau gangguan sirkulasi udara dan darah di dalam tubuh dapat terjadi sebagai efek dari tekanan onkotik [1].

Tekanan onkotik ini sendiri berpotensi terjadi karena adanya edema dalam tubuh pasien [1].

Kolaps sirkulasi juga dapat diakibatkan oleh komplikasi dari penyakit lain yang sudah pada tahap kritis.

Pencegahan Hipoalbuminemia

Belum diketahui cara efektif dalam mencegah supaya hipoalbuminemia tidak terjadi [17].

Namun untuk meminimalisir risiko hipoalbuminemia dan komplikasinya, penanganan penyakit penyebab hipoalbuminemia perlu segera didapat oleh penderita.

Deteksi dan penanganan dini penyakit penyebab hipoalbuminemia setidaknya dapat menghambat terjadinya penurunan drastis kadar albumin.

Tinjauan
Pengobatan dini penyakit penyebab hipoalbuminemia maupun gejala awal hipoalbuminemia dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment