Kardiomiopati Dilatasi; Definisi, Gejala, dan Perawatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kardiomiopati adalah penyakit di mana otot jantung mengalami kelainan struktural. Sedangkan kardiomiopati dilatasi adalah suatu kondisi di mana otot jantung menjadi melemah dan membesar. Akibatnya, jantung... tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Ada banyak jenis kardiomiopati, dan kardiomiopati dilatasi adalah bentuk yang paling umum. Kardiomiopati dilatasi dapat disebabkan oleh penyakit jantung, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, penyalahgunaan alkohol atau kokain, dan diabetes. Kondisi ini bisa mengenai siapa saja di usia berapapun, namun paling sering terjadi pada pria dewasa. Gejala dapat berupa nyeri atau rasa tertekan di dada, batuk, kelelahan, lemah, pingsan, denyut nadi yang terasa tidak teratur atau cepat, sesak napas saat beraktivitas atau setelah berbaring, pembengkakan pada kaki. Pengobatan untuk penyakit ini akan disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Read more

Kardiomiopati dilatasi adalah suatu gangguan kesehatan dimana kemampuan jantung untuk memompa darah menurun karena bilik utama yang bertugas untuk memompa, yaitu ventrikel kiri, membesar dan melemah.

Mengenal Kardiomiopati Dilatasi

Kardiomiopati dilatasi adalah jenis noniskemik kardiomiopati yang paling umum dan kebanyakan terjadi pada orang berusia 20 hingga 60 tahun. Kondisi ini menyerang ventrikel dan atrium jantung, yaitu bilik bagian bawah dan atas. [2]

Pada beberapa kasus, kondisi ini membuat jantung tidak bisa terisi oleh darah secara normal. Seiring waktu, bilik-bilik jantung lainnya juga akan terdampak.

Penyakit ini berawal di ventrikel kiri, bilik pompa utama jantung. Otot jantung mulai mengalami dilatasi, yang artinya ia meregang dan menjadi lebih tipis. Akibatnya, bagian dalam bilik jantung membesar.

Respon ini terjadi agar jantung bisa menampung lebih banyak darah untuk dipompa ke seluruh tubuh, dan membantu memperkuat kontraksi jantung serta menjaga agar darah bisa tetap mengalir untuk sementara waktu.

Seiring waktu, otot dinding jantung akan melemah dan tidak bisa memompa secara normal. Ginjal akan meresepon dengan menahan cairan (air) dan sodium. Jika cairan menumpuk di tungkai, pergelangan kaki, kaki, paru-paru atau organ lainnya, tubuh akan mengalami penyumbatan dan ini bisa mengarah pada gagal jantung. [1, 2, 3, 4]

Kardiomiopati dilatasi juga bisa mengarah pada masalah katup jantung, aritmia (detak jantung tidak beraturan), serta penggumpalan darah di jantung. [1, 2, 3, 4]

Gejala-Gejala Kardiomiopati Dilatasi

Kebanyakan pasien kardiomiopati dilatasi tidak mengalami gejala apapun. Sebagian ada yang mengalami gejala ringan dan bisa tetap beraktivitas seperti biasa. Sementara sisanya mengalami gejala yang kemudian memburuk dengan semakin menurunnya fungsi jantung. [1, 2, 4]

Gejala-gejala kardiomiopati dilatasi bisa terjadi di usia berapapun dan termasuk: [1, 2, 3, 4]

  • Nafas menjadi lebih pendek (sesak)
  • Tungkai membengkak
  • Kelelahan, tidak bisa berolahraga atau melakukan aktivitas harian
  • Berat badan bertambah
  • Batuk
  • Pingsan (akibat ritme jantung yang tidak teratur, respon abnormal dari pembuluh darah saat berolahraga, atau tanpa sebab yang jelas)
  • Palpitasi (debaran di dada akibat ritme jantung yang tidak normal)
  • Pusing atau berkunang-kunang
  • Penggumpalan darah di ventrikel kiri yang mengalami dilatasi akibat menggenangnya darah. Jika gumpalan darah pecah, ia bisa masuk ke arteri dan mengganggu aliran darah ke otak dan menyebabkan stroke. Gumpalan darah juga bisa masuk ke paru-paru (pulmonary emboli), ginjal (renal emboli), atau tungkai (emboli periferal)
  • Nyeri dada atau terasa seperti ditekan
  • Kematian mendadak

Penyebab Kardiomiopati Dilatasi

Seringkali, penyebab kardiomiopati dilatasi tidak diketahui, dan sekitar sepertiga pasien penyakit ini mengalaminya karena keturunan dari orangtuanya. [2, 4]

Beberapa penyakit dan konsumsi obat-obatan juga bisa menyebabkan kondisi ini, misalnya: [1, 2, 3, 4]

  • Penyakit jantung koroner, serangan jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit tiroid, hepatitis akibat virus serta HIV
  • Infeksi, terutama akibat virus yang menyebabkan peradangan pada otot jantung
  • Konsumsi alkohol, terutama bila disertai pola makan yang buruk
  • Komplikasi di bulan terakhir kehamilan atau dalam 5 bulan setelah melahirkan
  • Keracunan zat tertentu misalnya kobalt
  • Konsumsi obat-obatan tertentu (misalnya kokain dan amphetamine) serta dua jenis obat yang digunakan untuk mengobati kanker (doxorubicin dan daunorubicin) [1]

Bila penyebab kondisi ini tidak diketahui, maka disebut kardiomiopati dilatasi idiopatik. Sekitar sepertiga pasien yang mengalami kondisi ini memiliki riwayat kardiomiopati dilatasi dalam keluarganya.

Kardiomiopati dilatasi familial adalah keadaan yang bersifat genetik. Pada kasus yang jarang terjadi, bila kedua orangtua memiliki kondisi ini, maka anak-anaknya memiliki kemungkinan 50 persen untuk juga mengalaminya. [4]

Diagnosa

Kardiomiopati dilatasi didiagnosa berdasarkan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan tes-tes lainnya. Tes yang dilakukan termasuk tes darah, elektrokardiogram (EKG), X-ray dada, ekokardiogram, tes stress olahraga, kateterisasi jantung, CT scan, MRI scan, dan studi radionuklide. [2, 4]

Kadang-kadang biopsi miokardial juga diperlukan untuk menentukan penyebab kardiomiopati yang dialami pasien. Untuk prosedur ini, sedikit contoh jaringan akan diambil dari jantung kemudian diperiksa dengan mikroskop.

Orang dengan riwayat kardiomiopati dilatasi dalam keluarganya harus menjalani pemeriksaan untuk kondisi ini. Tes yang dilakukan sama seperti yang telah disebutkan diatas (riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, EKG, dsb.) juga bisa dilanjutkan dengan tes genetik.

Perawatan dan Pengobatan

Pada kasus kardiomiopati dilatasi, tujuan perawatan dan pengobatan adalah membuat jantung lebih kuat dan menyingkirkan gangguan dalam aliran darah yang menyebabkan pembesaran jantung serta menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat. [1, 2, 3, 4]

Pemberian obat: Untuk mencegah terjadinya gagal jantung, sebagian besar pasien perlu minum obat, seperti:

  • Beta blocker
  • ACE inhibitor
  • Diuretik

Jika pasien mengalami aritmia (detak jantung tidak teratur), dokter mungkin akan memberi obat untuk mengendalikan irama jantung atau mengurangi ketidakteraturan. Pengencer darah juga bisa digunakan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah.

Perbaikan gaya hidup: Jika pasien mengalami gagal jantung, maka ia harus mengurangi konsumsi sodium, berdasarkan anjuran dokter. Pasien juga akan diminta untuk melakukan latihan aerobik, namun tidak boleh berlatih menggunakan beban atau angkat berat.

Pasien yang mengalami kondisi kardiomiopati yang berat mungkin perlu melakukan prosedur pembedahan seperti berikut:

Pemasangan pacemaker untuk sinkronisasi ulang jantung. Bagi beberapa pasien, rangsangan pada ventrikel kanan dan kiri menggunakan pacemaker bisa membantu memperkuat kontraksi jantung. Perawatan ini bisa mengurangi gejala-gejala yang timbul dan pasien bisa lebih banyak berolahraga.

Pacemaker juga bisa membantu pasien yang bermasalah dengan sistem kelistrikan di jantungnya atau yang mangalami bradikardias (detak jantung lambat).

Pemasangan ICD (implantable cardioverter defibrillator). Alat ini disarankan bagi pasien yang memiliki risiko kematian mendadak akibat serangan jantung atau aritmia berat. ICD akan terus menerus memonitor ritme jantung. Jika terlalu cepat atau tidak normal, ICD akan mengejutkan otot jantung agar kembali berdetak normal.

Pembedahan. Dokter mungkin akan menyarankan pembedahan bagi pasien yang mengalami penyakit ateri koroner atau katup jantung. Pembedahan biasanya dilakukan untuk memperbaiki ventrikel kiri atau pemasangan alat untuk memperbaiki kerja jantung.

Transplantasi jantung. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien dengan gagal jantung stadium akhir. Pasien yang lolos seleksi boleh menjalankan transplantasi. Prosedur ini sangat ketat karena jantung yang tersedia untuk cangkok atau transplantasi jumlahnya terbatas.

Bisakah Kardiomiopati Dilatasi Dicegah?

Beberapa kasus kardiomiopati dilatasi bisa dicegah, misalnya dengan tidak mengonsumsi alkohol atau menggunakan obat-obatan ilegal. Penanganan dini penyakit penyebab kardiomiopati dilatasi juga bisa mencegah berkembangnya kondisi ini.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment