Daftar isi
- Apa Itu Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik?
- Fakta Tentang Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
- Penyebab Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
- Gejala Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
- Pemeriksaan Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
- Pengobatan Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
- Komplikasi Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
Apa Itu Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik?
Neuralgia glosofaringeal idiopatik merupakan sebuah keadaan nyeri yang dirasakan pada area telinga, lidah, tenggorokan, rahang dan amandel [1,4,5,6,7].
Kondisi nyeri ini bersifat kambuhan atau terus terjadi berulang, namun tergolong sebagai penyakit langka.
Sekalinya nyeri timbul, penderita akan merasakannya selama beberapa detik hingga beberapa menit dengan nyeri yang hampir sama dengan nyeri pada neuralgia trigeminal.
Neuralgia glosofaringeal idiopatik adalah kondisi nyeri yang umumnya terjadi karena saraf glosofaringeal yang rusak atau terluka [4].
Saraf tersebut adalah saraf kranial ke-9 dan berlokasi pada batang otak atau bagian dalam tengkorak.
Nyeri yang dirasakan berasal dari sana, namun penyebaran dapat terjadi hingga ke tenggorokan belakang serta telinga dan lidah.
Tinjauan Neuralgia glosofaringeal idiopatik adalah kondisi nyeri yang berpusat utamanya di area rahang, tenggorokan, lidah, amandel dan telinga karena kerusakan saraf.
Fakta Tentang Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
- Neuralgia glosofaringeal merupakan jenis penyakit langka di mana dari seluruh jenis kondisi neuralgia kranial hanya 0,2-1,3% saja prevalensinya [1].
- Kasus neuralgia glosofaringeal idiopatik 100 kali lebih jarang daripada neuralgia trigeminal menurut hasil studi pada tahun 1998 [2].
- Belum terdapat data global yang jelas mengenai angka kasus neuralgia glosofaringeal idiopatik sehingga sulit mendapatkan laporan insiden secara spesifik, begitu juga di Indonesia [2]
Penyebab Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
Kerusakan atau cedera pada saraf glosofaringeal merupakan sebab utama neuralgia glosofaringeal idiopatik ini terjadi [1,4,5,6,7].
Seperti telah disebutkan, saraf kranial ke-9 yang timbul pada batang otak di dalam tengkorak disebut dengan saraf glosofaringeal.
Namun perlu diketahui, terdapat sejumlah faktor lain yang mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami neuralgia glosofaringeal idiopatik, yaitu antara lain [1] :
- Penyakit multiple sclerosis atau kondisi saraf otak yang terganggu, begitu juga saraf tulang belakang dan saraf mata sehingga gerakan tubuh dan fungsi penglihatan terpengaruh.
- Sindrom Sjogren atau gangguan pada sistem daya tahan tubuh yang memengaruhi fungsi kelenjar penghasil kerin air mata maupun air liur; sindrom ini merupakan jenis penyakit autoimun yang umumnya dialami oleh wanita dengan usia lebih dari 40 tahun.
- Eagle syndrome, yaitu kondisi yang langka ketika nyeri dengan sensasi menusuk tajam terjadi tiba-tiba pada bagian belakang tenggorokan, dasar lidah, hingga sendi dan tulang rahang. Sebagai dampaknya, biasanya penderita kesulitan hanya untuk menggerakkan leher, menelan, maupun menggerakkan rahang.
- Kanker lidah, yaitu sel kanker yang terus tumbuh serta berkembang pada jaringan lidah (seringkali kondisi ini ditandai dengan bercak kemerahan atau putih pada lidah maupun kondisi sariawan).
- Fossa posterior, atau kondisi medulloblastoma yang perkembangannya terjadi pada bagian otak dan dapat menjalar melalui cairan serebrospinal hingga sampai pada sumsum tulang belakang atau otak.
- Infeksi peritonsil, atau kondisi infeksi bakteri pada area peritonsul (amandel atau tonsil).
Faktor usia turut berpengaruh pada kondisi ini, sebab usia 50 tahun ke atas jauh lebih rentan mengalami neuralgia glosofaringeal idiopatik [2,7].
Meski begitu, tak menutup kemungkinan siapa saja dan usia berapapun untuk mengalami penyakit ini.
Tinjauan Kerusakan saraf menjadi penyebab utama neuralgia glosofaringeal idiopatik. Namun, terdapat sejumlah faktor lain berupa kondisi medis tertentu yang dapat meningkatkan risikonya, begitu pula faktor usia (lansia lebih berisiko tinggi menderita penyakit ini).
Gejala Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
Rasa nyeri dengan sensasi tajam menusuk, tersengat listrik atau terbakar adalah gejala utama yang dirasakan oleh penderita neuralgia glosofaringeal idiopatik [1,4,5,6,7].
Nyeri seperti ini terjadi dalam waktu beberapa detik atau bisa sampai beberapa menit.
Rasa nyeri akan timbul setiap kali penderita menguap, berbicara, mengunyah, menelan, tertawa, dan batuk.
Rasa nyeri ini juga digambarkan sebagai kondisi ketika suatu benda tersangkut di dalam tenggorokan dengan sejumlah gejala lain yang turut menyertai seperti berikut :
- Rasa nyeri timbul pada area tonsil, telinga, bagian belakang lidah, bagian belakang hidung, dan laring.
- Rasa nyeri timbul terlalu sering dan bahkan dapat berakibat pada kelumpuhan pada area yang terkena.
- Rasa nyeri yang timbul semula hanya beberapa detik dan menit lama-kelamaan dapat terjadi selama beberapa hari atau minggu. Ada pula yang mengalami nyeri ini selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun walau tergolong jarang.
- Rasa nyeri biasanya timbul pada salah satu sisi tenggorokan saja.
Pada beberapa kasus (sekitar 10% kasus) neuralgia glosofaringeal idiopatik, gejala dapat berkembang menjadi lebih buruk sehingga diperlukan penanganan yang tepat secepatnya [4].
- Tubuh kejang-kejang.
- Tekanan darah mendadak drop.
- Denyut nadi melemah.
- Kehilangan kesadaran atau pingsan.
Tinjauan Gejala utama neuralgia glosofaringeal idiopatik adalah rasa nyeri menusuk pada area mulut bagian dalam (meliputi tonsil, tenggorokan, dan belakang lidah). Namun, terdapat beberapa gejala lain yang menyertai seperti denyut nadi yang lemah, pingsan, tubuh kejang dan tekanan darah turun drastis tiba-tiba.
Pemeriksaan Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
Ketika memeriksakan gejala, beberapa metode pemeriksaan berikut perlu ditempuh oleh pasien untuk mengonfirmasi kondisi neuralgia glosofaringeal idiopatik.
Pemeriksaan lengkap sangat diperlukan karena rata-rata kondisi ini sering disalahartikan sebagai neuralgia trigeminal [1,2,3,4,5,6,7].
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menjadi metode diagnosa awal yang dokter perlu lakukan dan terapkan pada pasien.
Pemeriksaan palpasi leher dan tenggorokan adalah metode diagnosa yang sangat penting dilalui pasien.
- Tes Laboratorium
Setelah pemeriksaan fisik, tes laboratorium biasanya direkomendasikan oleh dokter untuk mendukung penegakan diagnosa.
Tes laboratorium yang perlu dijalani pasien meliputi tes tingkat metabolisme, hitung darah lengkap, tes antibodi anti-nuklear (pengukuran aktivitas antibodi dalam darah), serta tes tingkat sedimentasi eritrosit (kecepatan endap darah).
Dari tes laboratorium, dokter mampu mengeliminasi berbagai kemungkinan penyebab lain seperti artritis temporal, peradangan, atau infeksi.
- Sinar-X / Rontgen
Pemeriksaan dengan sinar-X atau rontgen diperlukan sebagai tes penunjang untuk mengetahui kondisi tulang belakang leher pasien.
Tes pemindaian berupa CT scan adalah metode diagnosa yang membantu dokter dalam proses identifikasi proses styloid yang mengeras atau memanjang pada gambar aksial.
- MRA dan MRI Scan
MRA (magnetic resonance angiogram) dan MRI (magnetic resonance imaging) merupakan dua metode pemeriksaan lain yang juga diperlukan untuk mendeteksi adanya tekanan pada neurovaskular.
MRI scan juga biasanya bermanfaat dalam menunjukkan adanya tumor, lesi, atau malformasi apapun di area otak pasien.
Kondisi Serupa dengan Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
Pada beberapa kasus, pasien neuralgia glosofaringeal idiopatik seringkali mengalami salah diagnosa.
Beberapa kondisi yang memiliki kemiripan dengan neuralgia glosofaringeal idopatik sehingga dokter memiliki kemungkinan menghasilkan evaluasi diagnosa yang salah adalah [1,2,3] :
- Neuralgia Trigeminal
Kondisi paling mirip dengan neuralgia glosofaringeal idiopatik adalah neuralgia trigeminal karena rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita benar-benar menyerupai satu sama lain.
Bahkan keduanya merupakan kondisi golongan neuralgia kranial dengan penanganan yang juga hampir sama.
Hanya saja, yang membedakan keduanya sebenarnya adalah lokasi nyerinya.
Pada kasus neuralgia trigeminal, rasa nyeri lebih dirasakan pada wajah, terutama saat wajah disentuh lembut, saat menyikat gigi, dan saat mencuci wajah.
Sementara itu, neuralgia glosofaringeal idiopatik menyebabkan rasa nyeri pada amandel dan tenggorokan ditandai dengan sulit mengunyah dan menelan karena rasa sakit tersebut.
Pasien neuralgia glosofaringeal idiopatik juga cukup kerap mendapatkan salah diagnosa karena dokter mengira gejala mengarah pada arteritis temporal.
Arteritis temporal merupakan kondisi ketika pembuluh darah arteri temporal mengalami peradangan atau inflamasi granulomatosa yang ditandai dengan sel pembuluh darah yang membesar.
Kondisi ini lebih rentan terjadi pada orang-orang yang telah berusia 50 tahun lebih.
Pada daerah temporal, sakit kepala adalah keluhan utama yang dirasakan begitu juga saat mengunyah, terutama ketika menyentuh area tersebut akan timbul rasa nyeri di kulit kepala.
- Neuralgia Jacobson
Kondisi lainnya yang memiliki kemiripan dengan neuralgia glosofaringeal idiopatik adalah neuralgia Jacobson.
Bila pada kondisi neuralgia glosofaringeal idiopatik fungsi pendengaran penderitanya dapat mengalami penurunan atau hilang, seringkali hal ini disalahartikan sebagai kondisi neuralgia Jacobson atau neuralgia intermedius.
Tinjauan Pemeriksaan fisik menjadi metode awal pemeriksaan pasien. Dokter akan melakukan juga sejumlah tes penunjang, seperti tes laboratorium, sinar-X, CT scan, MRA dan MRI scan untuk menghasilkan diagnosa lebih akurat.
Pengobatan Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
Perawatan untuk neuralgia glosofaringeal idiopatik dibagi menjadi beberapa metode, terutama pemberian obat-obatan serta prosedur operasi jika memang diharuskan.
1. Pemberian Obat
IASP (International Association for the Study of Pain) merekomendasikan beberapa jenis obat yang memang diperuntukkan bagi penderita nyeri neuropati.
Berikut ini adalah deretan obat menurut IASP yang terbaik untuk menangani neuralgia glosofaringeal idiopatik [1,2,4,5,6,7].
- Carbamazepine, dengan dosis per hari 200 mg yang dapat dibagi hingga menjadi dua dosis sehari atau empat dosis tergantung bentuk obat yang diberikan dan juga kondisi pasien.
- Topiramate, dengan dosis per hari 50-1000 mg yang dapat dibagi hingga menjadi dua dosis jika perlu, tergantung tingkat keparahan kondisi pasien.
- Phenytoin, dengan dosis per hari 200-600 mg yang dapat dibagi hingga tiga dosis sehari jika perlu, tergantung kondisi pasien.
- Lamotriglne, dengan dosis per hari 50-500 mg yang dapat dibagi hingga dua dosis sehari jika perlu, tergantung dari kondisi pasien.
- Valproic acid, dengan dosis per hari 125-2500 mg yang dapat dibagi hingga dua dosis sehari jika perlu, tergantung kebutuhan kondisi pasien.
- Gabapentin, dengan dosis per hari 100-5000 mg yang dapat dibagi hingga empat dosis sehari jika perlu, tergantung kebutuhan kondisi pasien.
- Pregabalin, dengan dosis per hari 75-500 mg yang dapat dibagi hingga dua dosis sehari jika perlu, tergantung tingkat keparahan kondisi pasien.
- Baclofen, dengan dosis per hari 10-80 mg yang dapat dibagi hingga empat dosis sehari jika perlu, tergantung kondisi pasien.
- Clonazepam, dengan dosis per hari 0,5-8 mg.
- Duloxetine, dengan dosis per ahri 20-90 mg.
Umumnya, pemberian obat tersebut dilakukan dalam dosis kecil lebih dulu.
Menurut perkembangan kondisi pasien, efek samping yang mungkin terjadi, efektivitas obat, hingga tingkat toleransi tubuh pasien terhadap obat, jika diperlukan maka dokter akan meningkatkan dosisnya [1].
Pasien sebaiknya mengikuti anjuran resep dokter dan tidak mengurangi maupun menambah dosis sendiri.
Pada beberapa pasien, dokter dapat mempertimbangkan kombinasi obat agar mampu meredakan gejala yang dirasakan oleh pasien secara lebih efektif.
Selama penggunaan obat resep dokter, beberapa metode perawatan lain seperti terapi fisik, konseling psikologis serta kompres panas dingin dapat dilakukan untuk mendukung efektivitas obat.
2. Operasi
Operasi merupakan tindakan medis yang dianjurkan dokter ketika neuralgia glosofaringeal idiopatik disebabkan oleh tumbuhnya sel kanker.
Kondisi dekompresi mikrovaskular juga merupakan kondisi penyebab neuralgia glosofaringeal idiopatik yang membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasinya [1,2,3,4,5,6,7].
- Teknik Ekstrakranial : Untuk pasien yang tidak dapat menempuh reseksi intrakranial terbuka, maka biasanya teknik bedah lain seperti ekstrakanial akan direkomendasikan oleh dokter. Stylectomy (opsi terapeutik) juga merupakan solusi yang dokter berikan kepada pasien untuk yang menderita Eagle syndrome sebagai pemicu neuralgia glosofaringeal idiopatik.
- Teknik Intrakranial : Reseksi akar intrakranial atau rhizotomy merupakan teknik intrakranial yang juga digunakan bila kondisi pasien memungkinkan dan tingkat toleransi tubuh terhadap metode perawatan ini.
- Stereotactic Radiosurgery : Teknik bedah ini merupakan tindakan bedah yang memanfaatkan penggunaan pisau gamma dan sebenarnya tingkat efektivitas serta keamanannya masih perlu diteliti lagi karena metode ini dikenal kurang invasif.
Efektivitas metode perawatan neuralgia glosofaringeal idiopatik tergantung dari tingkat keparahan kondisi tubuh pasien dan penyebab kondisi tersebut [1].
Namun pada kebanyakan kasus ini, langkah pembedahan dapat menyelamatkan pasien yang tidak dapat menggunakan obat-obatan maupun yang tidak merasakan manfaat obat resep dokter.
Tinjauan Pemberian obat-obatan akan diberikan oleh dokter tergantung kondisi pasien dan jenis penyebab kondisi neuralgia glosofaringeal idiopatik. Dosis rendah akan diberikan di awal dan ditingkatkan jika perlu. Bila sudah cukup serius, kondisi gejala perlu ditangani dengan langkah operasi.
Komplikasi Neuralgia Glosofaringeal Idiopatik
Pada episode nyeri, komplikasi terkait kardiovaskular akan timbul. Bahkan masalah kardiovaskular berpotensi terjadi setelah gejala nyeri telah diatasi [1].
Selain itu, kerusakan arteri karotid dan kesulitan dalam menelan dan bicara secara jangka panjang dapat terjadi pada penderita [7].
Komplikasi berupa masalah jantung dain sistem kardiovaskular hingga kehilangan kesadaran biasanya dapat ditangani dengan obat-obatan yang dokter resepkan untuk menangani neuralgia glosofaringeal idiopatik [1,5].
Tinjauan Komplikasi dapat terjadi pada penderita neuralgia glosofaringeal idiopatik dalam bentuk kehilangan kesadaran, gangguan kardiovaskular/masalah jantung, kesulitan bicara dan menelan dalam jangka panjang, dan juga kerusakan arteri karotid.