Sarkopenia: Gejala – Penyebab – Pencegahan dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Sarkopenia?

Sarkopenia dapat diartikan secara lansgung sebagai kekurangan daging. Sarkopenia adalah sebuah kondisi dimana terjadinya degenerasi otot akibat penuaan yang umumnya terjadi pada orang berusia lebih dari 50 tahun. [3]

Setelah melewati usia 50, lansia mengalami penurunan kekuatan otot sebesar rata-rata 3% setiap tahunnya. Kondisi ini akan membatasi kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari. [3]

Sarkopenia dapat ditandai dengan adanya penurunan massa dan kekuatan otot yang dapat disertai dengan penurunan fungsi kerja otot. Kakesia adalah penyebab lain dari penurunan massa otot yang terjadi pada beberapa penyakit seperti kanker atau penyakit imunodefisiensi. [2]

Gejala Sarkopenia

Gejala dari sarkopenia sangat beragam menurun seberapa banyak massa otot yang telah hilang. Gejala tersebut dapat berupa [1] :

  • Penurunan ukuran otot
  • Kelemahan
  • Penurunan ketahanan tubuh
  • Keseimbangan yang buruk
  • Kesulitan naik turun tangga

Penurunan massa otot terlihat sebagai hal yang sederhana pada beberapa orang. Walaupun demikian, penurunan massa otot dapat menjadi hal yang signifikan karena dapat menyebabkan kelemahan, peningkatan risiko terjatuh, dan membatasi kemampuan kerja seseorang. [2]

Sarkopenia juga dapat menyebabkan seseorang mengalami penurunan aktivitas fisik dan olahraga. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan massa otot yang lebih besar dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. [2]

Penyebab Sarkopenia

Menurut The International Osteoporosis Foundation (IOF), massa otot mulai mengalami penurunan sekitar usia 40 tahun. Penurunan jaringan otot ini dapat semakin cepat saat seseorang mencapai usia 60 dan 70 tahun. [1]

Walaupun persentase kemungkinan massa otot yang hilang sangat bervariasi, seseorang dapat mengalami penurunan massa otot sebesar 3 hingga 8 persen per dekadenya. [1]

Penurunan massa otot terjadi karena ada reduksi jumlah serat otot dan penurunan ukuran. Kombinasi dari penurunan dan pengecilan serabut otot ini menyebabkan terjadinya atrofi otot. [1]

Saat seseorang menua, beberapa perubahan juga mempengaruhi perkembangan penyakit sarkopenia ini. Sebagai contoh, saat seseorang bertambah tua, kemampuan tubuh untuk memproduksi protein yang diperlukan otot menjadi menurun. Saat produksi protein ini turun, otot seseorang akan menjadi lebih kecil. [1]

Perubahan hormonal yang terkait dengan pertambahan usia juga dapat menyebabkan penurunan massa otot. Kadar testosteron dan insulin-like growth factor (IGF-1) adalah dua hormon yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan massa otot. [1]

Faktor Risiko Sarkopenia

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sarkopenia adalah [2] :

  • Tidak bergerak

Penurunan kerja otot merupakan salah satu faktor yang paling memicu terjadinya sarkopenia, menyebabkan penurunan otot yang cepat dan meningkatkan kelemahan. Istirahat total yang terlalu lama akibat cidera atau penyakit tertentu dapat menyebabkan penurunan otot yang cepat. [3]

Walaupun tidak terlalu dramatis, penurunan gerakan berjalan dan aktivitas lainnya selama 2 hingga 3 minggu saja dapat menyebabkan penurunan massa dan kekuatan otot. [3]

  • Asupan Makanan yang Tidak Seimbang

Mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori dan protein rendah dapat menyebabkan penurunan berat badan dan massa otot.

Sayangnya, pola makan dengan kalori atau protein rendah sering terjadi pada orang lansia. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pada indra pengecap, masalah gigi dan gusi, serta kesulitan untuk berbelanja dan memasak. [3]

  • Inflamasi

Setelah mengalami cidera atau penyakit tertentu, inflamasi akan mengirimkan sinyak ke tubuh untuk melakukan perombakan dan pembangunan ulang pada area sel yang mengalami kerusakan. [3]

Penyakit kronis atau penyakit yang berlangsung lama juga dapat menyebabkan inflamasi yang mengganggu keseimbangan tubuh dalam perombakan dan penyembuhan. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan otot. [3]

Sebagai contoh, sebuah studi pada pasien obstruksi paru kronis jangka panjang menunjukkan bahwa pasien tersebut mengalami penurunan massa otot. [3]

Beberapa penyakit lain yang juga menyebabkan inflamasi jangka panjang adalah artritis rematoid, penyakit pencernaan seperti Crohn atau kolitis ulseratif, lupus, vaskulitis, luka bakar berat, dan TBC. [3]

Sebuah studi yang melibatkan 11.249 orang dewasa mengatakan bahwa kadar protein C-reactive, indikator inflamasi, sangat dapat memprediksi penyakit sarkopenia. [3]

Sarkopenia juga sering terjadi pada pasien yang mengalami stres akibat penyakit tertentu. Sebagai contoh, penderita penyakit hati kronis, ginjal kronis, dan 20% gagal jantung kronis mengalami sarkopenia. [3]

Kanker dan pengobatan kanker juga bermain peran dalam peningkatan stres dalam tubuh, dan dapat mengarah kepada sarkopenia. [3]

Obesitas adalah sebuah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan cadangan lemak dalam tubu dan memilikiri risiko tinggi terhadap penyakit metabolik, CVD, dan kematian. [2]

Obesitas dapat menyebabkan sarkopeniadengan cara mengubah metabolisme lemak otot, resistensi insulin, dan alur inflamasi. Obesitas mendorong penumpukan lemak ektopik pada otot rangka, dimana memiliki dampak buruk yaitu sarkopenia. [2]

Jaringan lemak diantara otot dan metabolisme lemak di dalam otot dapat menyebabkan peningkatan oksidasi asam lemak mitokondrial, oenungkatan lipolisis, dan peningkatan stres oksidatif. Kondisi ini dapat meningkatkan lipotoksisitas, resistensi insulin, dan inflamasi pada otot rangka dan menyebabkan penurunan massa otot dan kemampuan otot rangka dalam berkontraksi. [2]

Diagnosis Sarkopenia

Dokter dapat mendiagnosis sarkopenia berdasarkan gejala yang dialami seseorang. Pada beberapa kasus, dokter dapat menyarankan seseorang untuk melakukan Dual Energy X-ray Absoptiometry (DXA) dan melakukan tes berjalan cepat untuk menentukan diagnosis. [1]

Pada beberapa kasus lainnya, dokter juga dapat melakukan tes tambahan, seperti tes kekuatan memegang dan menggenggam benda. [1]

Pengobatan Sarkopenia

Saat ini, tidak ada pengobatan yang diresmikan oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk mengatasi sarkopenia. [1]

Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk menginvestigasi penggunaan terapi hormon menjadi salah satu cara menambah massa otot. [1]

Para peneliti juga sedang mempelajari penggunaan testosteron dan hormon pertumbuhan untuk membantu seseorang dalam menjaga massa otot saat sudah berusia lanjut. Namun, masih diperlukan beberapa studi lanjutan untuk menerapkan terapi hormon ini pada penderita sarkopenia. [1]

Pencegahan Sarkopenia

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah penurunan massa otot adalah [1] :

  • Olahraga

Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC), orang dewasa harus melakukan aktivitas kekuatan otot sebanyak 2 kali dalam seminggu. Anda dapat melakukan gerakan pada kelompok otot mayor yaitu otot kaki, lengan, dada, bahu, punggung, dan perut. [1]

Olahraga kekuatan dan ketahanan otot dapat meningkatkan ukuran dan kekuatan otot serta menjadi salah satu cara menjaga kesehatan otot. Olahraga ini juga dapat menguatkan tulang, ligamen, dan tendon. [1]

  • Nutrisi

Nutrisi yang baik dapat berperan penting dalam mengatasi dan mencegah kondisi sarkopenia. The IOF merekomendasikan untuk seorang dewasa mengonsumsi 1 hingga 1.2 protein per kilogram berat badan setiap harinya. [1]

The United States Department of Agriculture (USDA) juga merekomendasikan seseorang untuk mengonsumsi daging unggas tanpa kulit dan daging sapi tanpa lemak untuk dijadikan sumber protein utama. [1]

  • Suplemen Harian

Mengonsumsi suplemen harian dapat menjadi cara lain untuk mencegah sarkopenia. Sebagai contoh, mengonsumsi suplemen creatine dapat meningkatkan kekuatan dan massa otot pada orang dewasa. [1]

Hal yang serupa juga terjadi saat seseorang menjaga kadar vitamin D di dalam tubuh dengan baik. Anda dapat memenuhi kebutuhan vitamin D harian melalui makanan atau suplemen tambahan. [1]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment