Shishito: Manfaat – Efek Samping dan Tips Konsumsi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Cabai termasuk bahan umum yang terdapat dalam berbagai olahan makanan di berbagai budaya di seluruh dunia. Varietas dan karakteristiknya pun sangat beragam. Salah satunya cabai Jepang, shishito.

Hal yang paling istimewa dari shishito adalah meskipun termasuk dalam jenis cabai, namun tidak terasa panas atau pedas sama sekali. Kandungan nilai gizi shishito cukup tinggi sehingga manfaatnya untuk kesehatan tubuh tidak diragukan lagi.

shishito
Shishito (Capsicum annuum var. annuum)

Tentang Shishito

Shishito merupakan salah satu jenis cabai yang berasal dari Jepang dan tumbuh sangat baik di musim panas yang terik. Namun saat ini shishito sudah menjadi lebih populer di kawasan Amerika Serikat dan muncul di pasar petani serta restoran.[1,22]

Shishito memiliki polong yang kecil, tipis, panjang dan agak melengkung dengan tampilan keriput. Warnanya hijau cukup cerah dan berubah menjadi merah ketika matang, ramping, panjangnya tumbuh sekitar 2-4 inci. Tetapi biasanya dipanen ketika panjangnya sekitar 10cm dan masih hijau.[2,3]

Kulit shishito halus dan mengkilap. Dagingnya tipis, segar, encer, dan merah pucat, menutupi rongga tengah yang dipenuhi selaput dan biji kecil yang bulat dan pipih berwarna krem.[4]

Shishito dipanen selama musim panas dan biasanya saat buahnya masih dalam keadaan muda. Butuh waktu sekitar 60 hari hingga warnanya menjadi hijau cerah dan sekitar 80 hari hingga warnanya berubah menjadi merah.[1,22]

Fakta Menarik Seputar Shishito :

  • Shishito juga dikenal secara luas sebagai “Dragon Roll Pepper” atau “Lion chile pepper“. Dan sering disebut mirip dengan Pimento de Padrón pepper.[2,3,4]
  • Di Korea shishito juga dikenal sebagai Kkwarigochu.[22]
  • Shishito memiliki rasa yang manis, gurih, dan pedas. Rentang panas shishito berkisar antara 50 – 200 Unit Panas Scoville (SHU) pada Skala Scoville, yang artinya tidak terlalu panas sama sekali.[3,4]
  • Shishito lebih sering dimakan dan diolah ketika masih muda dan berwarna hijau.[3]

Kandungan Gizi Shishito

Berikut informasi nilai gizi yang terkandung dalam 100 gram dalam sajian shishito.[5]

NamaJumlahSatuan Unit
Total kalori203kJ
Total karbohidrat5.2g
Serat makanan3.3g
Lemak total2.9g
Total Omega-327.5mg
Total Omega-6485mg
Protein1.6g
Vitamin A332IU
Vitamin C80.6mg
Vitamin E0.7mg
VItamin K9.3mcg
Thiamin0.1mg
Riboflavin0.1mg
Niacin1.2mg
Vitamin B60.3mg
Folat28.3mcg
Vitamin B120.0mcg
Asam pantotenat0.3mg
Kolin8.3mg
Kalsium13.7mg
Zat besi0.4mg
Magnesium16.6mg
Fosfor31.2mg
Kalium250mg
Natrium16.4mg
Zinc0.2mg
Selenium0.3mg

Shishito rendah akan kadar kolesterol dan natrium. Sementara itu, shishito merupakan sumber vitamin A, thiamin, niasin, folat dan kalium yang baik, dan sumber yang sangat baik untuk serat makanan, vitamin C, vitamin K dan vitamin B6.[5]

Kandungan Senyawa Dalam Shishito

  • Buah dari spesies Capsicum dikenal sebagai sayuran tidak berdaun yang kaya akan karotenoid.[7]
  • Komponen bioaktif yang bermanfaat lainnya dari cabai shishito adalah kandungan flavonoid. Selain itu, alkaloid dan tanin juga merupakan senyawa bioaktif penting lainnya yang terkandung di dalamnya.[6]
  • Shishito juga memiliki kadar folat yang sangat tinggi (maks. 265,2 μg / 100 g), bahkan lebih tinggi dari bayam mentah.[8]
  • Pada awal saat buahnya berwarna hijau, shishito penuh dengan kloroplas mengandung kurang lebih 68% klorofil, sedangkan karotenoid pada 32% berada pada kadar paling rendah.[7]
  • Shishito merah memiliki keunikan karena kandungan dan komposisi xantofilnya yang diketahui cukup tinggi.[7]

Manfaat Shishito Untuk Kesehatan

Dengan mengonsumsi capsicum yang ditambahkan dalam makanan harian, mungkin dapat memberikan manfaat kesehatan terhadap banyak penyakit.

  • Berpotensi Menurunkan Resiko Kanker

Sebuah studi penelitian yang diterbitkan dalam Anticancer Research 2016 menyatakan bahwa capsaicin, salah satu komponen aktif yang ada dalam shishito (capsicum), telah terbukti mampu menghentikan pertumbuhan sel kanker, dan penyebaran pertumbuhan sel kanker ke jaringan lain.

Capsaicin telah dilaporkan efektif melawan pertumbuhan sel kanker prostat yang memicu sel kanker mati secara terprogram, dari kedua jalur penerima sel kanker prostat positif dan negatif, dengan peningkatan antibodi p53, p21, dan Bax 31.[10]

Capsaicin diketahui memiliki efek anti kanker pada kanker usus besar manusia dan dipelajari pada garis sel HCT 116, LoVo, SW480, dan Colo 205.[10]

Selain itu, aktivitas capsaicin sebagai antikanker pada kanker payudara manusia juga telah dipelajari pada jalur sel MCF-7, T47D, BT-474, SKBR-3 dan MDA-MB231 yang menghasilkan kerusakan fungsi inti sel kanker, peningkatan kematian sel kanker yang terprogram dan menahan pertumbuhan siklus sel. [10]

Hasil tersebut cukup menjanjikan untuk penelitian kanker yang akan datang. Masih lebih banyak dibutuhkan penelitian, terutama yang melibatkan pengujian manusia, diperlukan untuk mengkonfirmasi keefektifan dan potensi anti-kanker.[9]

  • Meredakan Peradangan (Anti-Inflamasi)

Beberapa penulis telah menunjukkan bahwa capsaisin memiliki sifat anti-inflamasi, seperti penghambatan produksi mediator yang dapat memicu peradangan seperti IL-6, TNF, PGE2 dan oksida nitrat.[10]

Selain itu, senyawa fenolik dan flavonoid yang terdapat dalam shishito telah dilaporkan positif sebagai agen anti-inflamasi. Senyawa capsaisinoid dan capsinoid juga telah dilaporkan menunjukkan aktivitas anti inflamasi.[10]

Aktivitas anti inflamasi Capsicum annuum dinilai dengan cara menghambat enzim lipoxygenase (LOX). Hasil penelitian menunjukkan persentase penghambatan LOX yang lebih tinggi oleh capsicum hijau (46,12%) diikuti oleh kuning (44,09%) dan capsicum merah (32,18%).[10]

Contoh lain dari aksi peradangan adalah meredakan nyeri atau gatal pada kulit. Produk seperti krim dan balsem dari Capsicum bisa dioleskan ke kulit secara hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri. Sensasi terbakar akan terasa saat krimnya dioleskan ke kulit, yang disebabkan oleh respons peradangan pada ujung saraf tepi.[10]

Cabai shishito merupakan penambah daya ingat yang menjanjikan.[12] Mekanisme kerja yang mendasari cabai ini tampaknya berkaitan pada peningkatan memori, peningkatan pembersihan radikal bebas dan penghambatan enzim AChE.[10,12]

AChE merupakan penghantar rangsangan saraf (neurotransmitter) yang meneruskan rangsangan syaraf atau impuls ke reseptor sel-sel otot dan kelenjar. Jika impuls berlangsung secara terus menerus, maka akan menyebabkan gangguan pada tubuh, sehingga perlu dihambat.[23]

  • Melegakan Gejala Pernapasan

Kemampuan refleks batuk yang lebih peka akibat capsaicin telah diuji dan diamati dalam penelitian farmakologis dan klinis manusia.[10,13]

Pada manusia, capsaicin mengurangi alergi pada selaput hidung atau nyeri yang disebabkan oleh agen selain alergen (yang memicu timbulnya respon alergi).[10]

Kelancaran saluran pernapasan melibatkan kemampuan untuk batuk melalui saraf yang sensitif terhadap capsaisin. Sehingga kemampuan untuk batuk mungkin meningkat setelah terpapar capsaicin.[10]

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa capsaicinoid memiliki efek menguntungkan pada jantung untuk mengobati beberapa penyakit jantung seperti stroke, darah tinggi dan penyumbatan aliran darah akibat plak.[14]

Pada anjing yang dibius suntikan capsaicin melalui pembuluh darah vena (10-300 μg / kg) menyebabkan peningkatan sementara pada tekanan darah sistemik rata-rata diikuti oleh penurunan tekanan darah yang berkelanjutan, sedangkan pada kelinci yang dibius capsaicin hanya menyebabkan penurunan tekanan darah.[15]

Studi lain mengamati capsaicin yang diberikan bersama dengan diet yang mengandung kolesterol kepada tikus albino betina, hasil menunjukkan pencegahan peningkatan kadar kolesterol di hati secara signifikan.[16]

Studi tentang flavonoid juga menunjukkan bahwa flavonoid mungkin bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung koroner.[17]

Shishito, seperti cabai lainnya, merupakan sumber capsaicin. Capsaicin diketahui memiliki efek positif pada obesitas dan diabetes.[10, 18, 19]

Diet capsaicin meningkatkan ekspresi hormon yang berperan dalam mengatur kadar glukosa serta pemecahan asam lemak beserta sel penerimanya, sehingga mengurangi kekacauan regulasi metabolik pada tikus diabetes obesitas.[10]

Konsumsi capsaicin dikaitkan dengan peningkatan pengeluaran energi melalui aktivasi jaringan adiposa sehingga meningkatkan oksidasi lemak dan meningkatkan pemecahan lemak.[10]

Efek Samping Shishito

Sejauh ini tidak ada efek samping yang terlihat dari cabai jenis shihito. Namun efek sampingnya bisa saja berkaitan dengan jenis cabai pada umumnya.[20]

  • Berpotensi Menyebabkan Alergi

Pertama kali kontak dengan capsaicin mungkin bisa saja menghasilkan iritasi hebat pada kulit atau selaput lendir diikuti respon alergi pada kontak berikutnya.[10]

Keluhan umumnya meliputi sensasi nyeri terbakar secara akut, kesemutan, bintik-bintik kemerahan, bengkak berisi cairan, dan gatal-gatal.[10]

Dalam paparan yang lama dan dalam kasus yang parah, peradangan dengan gatal yang terus menerus diikuti kemerahan parah dan atau pembentukan lepuh dapat terjadi.[10]

  • Berpotensi Mengganggu Fungsi Obat

Selain itu juga dilaporkan, bahwa interaksi obat dapat terganggu jika diberikan bersamaan dengan Capsicum annuum, seperti senyawa aspirin dan salisilat. Ini juga menurunkan aksi bloker α-adrenergik, klonidin dan metildopa.[10]

Tips Konsumsi Shishito

Seluruh bagian shishito bisa dimakan bersama bijinya, dan disajikan sebagai hidangan pembuka.[20]

Masakan Jepang umumnya menggunakan cabai shishito dalam pembuatan tempura yang dilakukan dengan cara mencelupkannya ke dalam adonan dan menggorengnya.[20]

Sebelum mengolahnya, petik shishito saat panjangnya 5 sampai 7 cm. Pilih shishito yang polongnya masih hijau dan empuk, dengan biji yang lembut dan lentur.[21]

Ide Penyajian Shishito

Penting untuk diperhatikan bahwa sebelum mengolahnya, sebaiknya buat lubang kecil di dalam shishito agar tidak pecah saat dimasak.[22]

  • Shishito sangat populer untuk disajikan secara ditumis, dibakar, digoreng atau sebagai tempura.[2,21,22]
  • Shishito bisa ditambahkan ke kari dengan sayuran lain atau dibuat menjadi acar.[20,22]
  • Setelah shishito melepuh, dapat dipotong dan digunakan pada pizza dan pasta, diaduk menjadi kari, dimasak menjadi omelet, dicampur ke dalam salad, atau disajikan bersama saus dan rempah-rempah untuk dicelupkan.[22]
  • Shishito hijau cocok dengan rempah-rempah seperti basil Thailand dan ketumbar, jeruk seperti lemon dan yuzu, tomat, bawang putih, minyak zaitun, mentega kecokelatan, garam laut, kecap, kerang, teri, serpihan bonito, keju kambing, dan saus berbahan dasar krim.[22]
  • Sedangkan shishito merah blistered biasa disajikan dengan berbagai macam saus seperti shoyu, bawang putih, wijen jahe, lemon tahini, kecap, dan kaldu dashi, dan di atasnya diberi serpihan bonito, garam sriracha, atau furikake, yang merupakan bumbu khas Jepang.[4]

Saat dimasak, rasa pedas pada shishito menghasilkan rasa yang lebih kaya dan menjadi sedikit berasap, sehingga sangat cocok untuk melengkapi saus asin dan gurih.[22]

Tips Penyimpanan Shishito

Shishito bukan jenis cabai yang bisa bertahan lama. Cabai hijau Shishito dikenal karena kulitnya yang tipis, yang melepuh dan berkarakter lebih cepat daripada banyak varietas cabai.[22]

Simpan shishito yang belum dicuci di lemari es di dalam wadah yang tertutup rapat. Dan gunakan sebelum satu minggu.[1,22]
Shishito adalah salah satu jenis cabai yang berasal dari Jepang. Mengandung berbagai vitamin, mineral serta senyawa bioaktif membuat shishito baik untuk dikonsumsi dan mencegah dari beberapa penyakit. Shishito belum dilaporkan menghasilkan efek samping yang merugikan, namun sebaiknya tidak mengonsumsi secara berlebihan.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment