Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Abciximab adalah obat yang digunakan untuk mencegah agregasi trombosit sehingga mencegah pembentukan gumpalan darah. Obat ini dipakai sebagai adjuvan dalam melakukan prosedur kateterisasi jantung untuk... mencegah terjadinya komplikasi iskemik jantung. Obat ini merupakan golongan obat keras dan tidak dijual bebas, sehingga penggunaannya harus berdasarkan instruksi dan resep dokter. Jika dokter meresepkan obat ini pada Anda, jangan merekomendasikan obat ini kepada orang lain yang mungkin memiliki gejala yang sama dengan Anda. Selalu informasikan kepada dokter jika Anda memiliki alergi obat, sedang dalam kondisi hamil atau menyusui, riwayat penyakit dan konsumsi obat apa saja yang Anda miliki. Read more
Abciximab adalah obat yang diberikan melalui intravena untuk mencegah terjadinya hambatan pada pembuluh darah bagi pasien yang menjalani perawatan penyakit jantung, seperti Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Abciximab merupakan obat dari kelas antikoagulan, antiplatelet, dan fibrinolisis (trombolisis). [1][2]
Daftar isi
Apa Itu Abciximab?
Di bawah ini merupakan beberapa informasi mengenai Abciximab yang perlu diketahui. [1][2]
Indikasi | Mencegah pembekuan darah pada pasien yang mendapat intervensi penyakit jantung, Percutaneous Coronary Intervention (PCI) |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Dewasa |
Kelas | Antikoagulan, antiplatelet, dan fibrinolisis (trombolisis) |
Bentuk | Bolus, infus |
Dosis | Diberikan melalui intravena Dewasa : ⇔ Untuk stabilisasi pasien dengan angina tidak stabil → Serangkaian dengan heparin dan aspirin : → Pasien yang mempunyai jadwal PCI dalam waktu 24 jam : → 250 mcg/kg sebagai injeksi bolus selama 1 menit diikuti infus kontinyu 0.125 mcg/kg/menit → Injeksi bolus diikuti infus sebaiknya dimulai 24 jam sebelum kemungkinan PCI dan diakhiri 12 jam setelahnya. ⇔ Sebagai tambahan pada profilaksis komplikasi iskemik akut pada PCI → Serangkaian dengan heparin dan aspirin : → 250 mcg/kg sebagai injeksi bolus selama 1 menit, diberikan 10-60 menit sebelum PCI diikuti infus kontinyu 0.125 mcg/kg/menit (maksimal 10 mcg/menit) selama 12 jam |
Kontraindikasi | → Pasien yang mempunyai gangguan ginjal berat yang membutuhkan hemodialisis. → Pasien yang mempunyai gangguan hati berat. → Pasien yang mengalami perdarahan internal aktif atau belum lama terjadi (dalam enam minggu) → Pasien yang mengalami perdarahan signifikasi klinis gastrointestinal atau genitourinari. → Pasien dengan riwayat cerebrovascular accident (CVA) / stroke dalam 2 tahun atau cerebrovascular accident dengan residu defisit neurologi yang signifikan. → Pasien dengan kelainan pembekuan darah. → Pasien yang mengalami trombositopenia (jumlah trombosit di bawah normal). → Pasien yang mengalami vaskulitis (radang pembuluh darah). → Pasien yang mengalami trauma atau operasi pada intrakranial atau intraspinal dalam dua minggu terakhir. → Pasien yang menjalami operasi besar dalam 2 bulan terakhir. → Pasien yang mengalami neoplasma intrakranial, malformasi arteri vena, atau aneurisma. → Pasien yang diketahui mengalami perdarahan diatesis atau pasien dengan hipertensi berat dan tidak terkontrol. → Pasien yang mengalami hipertensi retinopati. → Pasien yang menggunakan antikoagulan oral dalam waktu 7 hari kecuali jika waktu protombin ≤ 1.2 kali niai PT kontrol. → Pasien yang menggunakan infus dextran sebelum PCI atau berencana menggunakannya selama tindakan intervensi. |
Peringatan | Sebaiknya menjadi perhatian lebih pada pasien dengan kondisi berikut: → Pasien dengan retinopati hemoragik → Pasien dengan perikarditis akut → Pasien dengan diseksi aorta → Pasien dengan gangguan ginjal berat → Ibu hamil dan menyusui |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Kategori C: Studi pada hewan percobaan menunjukkan adanya pengaruh buruk pada janin dan belum ada studi pada wanita atau studi pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat kategori ini dapat diberikan jika manfaatnya lebih besar daripada risiko terhadap janin. |
Manfaat Abciximab
Abciximab diberikan melalui intravena. Abciximab diberikan dalam terapi penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) untuk mencegah terjadi pembekuan darah atau sumbatan pada pembuluh darah.
Penyakit kardiovaskuler dapat mempengaruhi struktur jantung dan fungsinya. Beberapa hal yang dapat terjadi akibat penyakit ini adalah:[6]
- Detak jantung tidak normal
- Penyakit aorta dan sindrom marfan yang dapat menyebabkan aorta melebar atau sobek
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Penyakit jantung bawaan
- Penyakit arteri koroner
- Trombosis vena dalam, yaitu bekuan darah pada vena dalam. Kemudian, kondisi ini dapat menyebabkan emboli paru
- Penyakit otot jantung
- Penyakit perikardial
- Penyakit jantung rematik
- Stroke
- Penyakit pembuluh darah
Terdapat banyak jenis penyakit jantung dan pembukuh darah. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mencari tahu tanda dan gejalanya. Pengobatan dan terapi penyakit jantung dan pembuluh darah dapat berbeda tergantung kondisi pasien. [6]
Terkadang, seseorang yang mempunyai penyakit jantung dan pembuluh darah membutuhkan prosedur yang dinamakan Percutaneous Coronary Intervention atau PCI.
Prosedur PCI dilakukan oleh dokter jantung atau kardiologis. Tindakan ini adalah tindakan nonbedah yang digunakan untuk membuka jalan pada pembuluh arteri koroner. Aliran arteri koroner dapat menyempit atau terhambat karena aterosklerosis. [3]
Lemak, kolesterol, kalsium, dan zat lain dapat menyebabkan penumpukan plak pada pembuluh arteri. Kondisi inilah yang dinamakan aterosklerosis. Penumpukan plak menjadikan terhambatnya aliran darah. Aliran darah yang terhambat menyebabkan terhambat juga pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh darah. [4]
Beberapa faktor seperti merokok, tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah, tekanan darah tinggi, tingginya kadar gula dalam darah dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan dalam pembuluh darah. Hal inilah yang disinyalir sebagai awal dari aterosklerosis . [4]
Plak kemungkinan muncul pada pembuluh arteri yang rusak. Plak mengeras dan menyebabkan penyempitan arteri. Area yang terdapat plak dapat pecah. [4]
Jika hal tersebut terjadi, komponen darah yang disebut platelet akan bekerja untuk melakukan pembekuan darah. Terjadinya pembekuan darah menyebabkan jalan pembuluh arteri menyempit. [4]
Pengobatan antiplatelet mempunyai peran penting dalam tindakan PCI. Antiplatelet mencegah terjadinya komplikasi pada tindakan PCI. [5]
Platelet bekerja dengan jalur tertentu yang mengaktifkan glikoprotein IIb/IIIa. Hal ini menyebabkan terjadi agregasi platelet, yaitu terjadinya penggumpalan dalam darah. [5]
Obat yang termasuk ke dalam kelas penghambat glikoprotein IIb/IIIa bekerja untuk menghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Telah dikenal beberapa jenis obat yang termasuk ke dalam kelas inhibitor glikoprotein IIb/IIIa. Salah satu jenis obat ini adalah Abciximab. [5]
Penggunaan obat dari kelas glikoprotein IIb/IIIa menyebabkan obat tersebut berikatan dengan glikoprotein IIb atau IIIa. Hal ini menghambat terjadi agregasi platelet. [1]
Dosis Abciximab
Abciximab diberikan melalui intravena, dengan bolus dan infus. Pemberian Abciximab diawali dengan injeksi bolus, kemudian diikuti infus intravena kontinyu. Abciximab digunakan pada pasien yang akan menjalani prosedur PCI. Dosis Abciximab dibagi menjadi dua berdasarkan kondisi. [1]
Berikut ini adalah dosis Abciximab: [1]
Dosis Dewasa
Untuk stabilisasi pasien dengan angina tidak stabil → Serangkaian dengan heparin dan aspirin : → Pasien yang mempunyai jadwal PCI dalam waktu 24 jam : → 250 mcg/kg sebagai injeksi bolus selama 1 menit diikuti infus kontinyu 0.125 mcg/kg/menit → Injeksi bolus diikuti infus sebaiknya dimulai 24 jam sebelum kemungkinan PCI dan diakhiri 12 jam setelahnya. |
Untuk tambahan pada profilaksis komplikasi iskemik akut pada PCI → Serangkaian dengan heparin dan aspirin: → 250 mcg/kg sebagai injeksi bolus selama 1 menit, diberikan 10-60 menit sebelum PCI diikuti infus kontinyu 0.125 mcg/kg/menit (maksimal 10 mcg/menit) selama 12 jam. |
Berikut ini beberapa hal yang perlu dipantau pada pasien terkait pemberian Abciximab: [1]
- Jumlah platelet pada keadaan dasar, 2-4 jam setelah infus bolus, dan pada 24 jam
- Waktu protombin
- Masa tromboplastin parsial teraktivasi
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Fibrinogen
- Fibrin split product
- Kebutuhan transfusi
- Tanda reaksi hipersensitif
- Guaiac stool
- Hemastix® urine.
Penyesuaian dosis mungkin diperlukan pada keadaan-keadan tertentu. Misalnya, pada pasien yang mempunyai faktor risiko tertentu atau pasien yang menggunakan obat tertentu.
Efek Samping Abciximab
Kondisi berikut mungkin terjadi pada pasien yang menggunakan Abciximab: [1][2]
- Mual
- Muntah
- Hipertensi
- Nyeri punggung
- Nyeri dada
- Nyeri pada perut
- Bradikardi (kondisi denyut jantung melambat di bawah normal)
- Sakit kepala
- Hematoma (kumpulan darah yang berada di luar pembuluh darah)
- Demam
- Tamponade jantung
- Trombositopenia
- Sakit pada lokasi tusukan
- Edema periferal
Abciximab juga dapat menyebabkan efek samping berupa hipotensi atau tekanan darah di bawah normal. Hal ini terjadi pada 14% pasien dan biasanya berhubungan dengan komplikasi hemoragik. [2]
Pada keadaan yang lebih serius, pasien dapat mengalami efek samping berupa perdarahan selama 36 jam pertama.
Risiko perdarahan pada pasien wanita lebih besar daripada risiko pada pasien laki-laki. Berat badan pun mempengaruhi risiko perdarahan, seperti pasien dengan berat badan kurang. [1][2]
Abciximab juga mempunyai risiko efek samping reaksi hipersensitif berupa anafilaksis, yaitu alergi yang dapat mengancam nyawa.
Reaksi hipersensitif memang perlu diwaspadai pada penggunaan obat yang melibatkan larutan protein, termasuk Abciximab).
Jika reaksi hipersensitif terjadi, kemungkinan diperlukan terapi kortikosteroid, antihistamin, dopamin, teofilin, dan epinefrin. [1][2]
Detail Abciximab
Beberapa informasi tambahan mengenai Abciximab berikut mungkin diperlukan. [1][2]
Penyimpanan | → Simpan antara 2°C sampai 8°C → Jangan dibekukan → Jangan dikocok |
Cara Kerja | → Abciximab bekerja dengan cara berikatan dengan glikoprotein IIb/IIIa sehingga mencegah fibrinogen, faktor von Willebrand, dan molekul adesif lainnya berikatan dengan lokasi reseptor. Hal menghambat agregasi platelet sehingga darah tidak cepat menggumpal. |
Interaksi dengan obat lain | → Dengan ado-trastuzumab emtansine, meningkatkan risiko mayor perdarahan, termasuk hemoragik yang fatal. → Dengan argatroban, meningkatkan risiko perdarahan secara moderat. → Dengan bromfenac ophthalmic meningkatkan risiko perdarahan secara moderat. Obat anti inflamasi nonsteroid termasuk yang digunakan secara topikal dapat mengganggu pembekuan darah, terutama jika digunakan dalam waktu lama. → Antiplatelet atau trombolitik yang digunakan bersama Abciximab meningkatkan risiko perdarahan. → Risiko perdarahan yang fatal pada penggunaan Abciximab juga dapat terjadi jika diberikan bersama antikoagulan oral atau dextran intravena. |
Interaksi dengan makanan | → Hipertensi meningkatkan risiko penggunaan Abciximab sehingga sangat penting untuk menjaga perilaku untuk menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan tekanan darah tinggi. |
Overdosis | ⇔ Hubungi petugas medis jika terjadi reaksi overdosis |
Pertanyaan Seputar Abciximab
Apakah Abciximab dapat digunakan pada ibu menyusui?
Abciximab tidak muncul pada Air Susu Ibu. Namun demikian, perlu kehatian-hatian dalam pemberian Abciximab kepada ibu menyusui. Ibu menyusui sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai penggunaan obat ini. [2]
Apakah Abciximab menyebabkan terjadi trombositopenia?
Seperti disebutkan pada bagian efek samping, Abciximab dapat menyebabkan trombositopenia atau keadaan di mana jumlah keping darah (trombosit) berada di bawah normal. Walaupun begitu, banyak faktor yang mempengaruhi risiko terjadi trombositopenia. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberi tahu dokter mengenai keadaan pasien dan riwayat kesehatannya. [2]
Apakah Abciximab boleh digunakan pada anak-anak?
Belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan Abciximab pada anak-anak. Penelitian yang sudah dilakukan mengenai Abciximab berkisar pada orang dewasa. [2]
Apakah Abciximab boleh digunakan bagi pasien lanjut usia?
Pasien yang sudah lanjut usia mempunyai risiko perdarahan yang lebih besar dibanding dengan pasien yang masih berusia di bawah lansia. Namun demikian, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini. [2]
Berikut ini merupakan contoh merek dagang Abciximab adalah ReoPro.