Diare merupakan sebuah kondisi ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi buang air besar (sehari bisa beberapa kali) dengan feses berair atau encer [1].
Diare terjadi karena tubuh terkena infeksi parasit, bakteri atau virus melalui asupan makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi kuman tersebut [1].
Walau diare ditandai dengan buang air besar yang lebih sering disertai tekstur encer tinja/feses, beberapa gejala lain dapat turut menyertai, seperti [2] :
- Sakit kepala
- Feses berdarah atau berlendir
- Demam
- Berat badan turun
- Dehidrasi
Asupan makanan dan minuman ketika diare harus tepat, karena segala yang masuk ke dalam tubuh bisa mengatasi diare atau justru memperburuknya [3].
Ketika diare, perut akan terasa sakit atau mulas dan tidak nyaman; oleh karena itu, rata-rata orang justru minum susu hangat.
Meski demikian, perlu diketahui apakah minum susu saat diare itu aman bagi pencernaan.
Bolehkah minum susu saat diare?
Pada beberapa orang, saat mengalami diare mereka boleh minum susu jika tingkat sensitivitas terhadap susu normal atau rendah.
Susu mengandung laktosa dan ketika seseorang mengalami diare, biasanya pencernaan tidak bekerja dengan maksimal dalam menyerna makanan atau minuman berlaktosa [4,5].
Oleh karena itu, saat diare dianjurkan untuk menghindari minuman seperti susu sementara waktu [3,4,5].
Sekalipun bukan seseorang dengan kondisi intoleransi laktosa, virus penyebab diare mampu membuat tubuh lebih sensitif terhadap susu dan produk olahannya [4].
Jadi ketika diare dan merasa bahwa tubuh akan baik-baik saja dengan meminum susu namun kemudian diare memburuk, segera hentikan konsumsinya [4].
Sensitivitas perut terhadap susu meningkat selama diare dan bahkan kira-kira sampai 6 minggu setelah diare berhenti [4].
Maka jika dapat mengganti susu dengan asupan lain yang lebih menenangkan perut, pilih makanan atau minuman yang lebih aman saja [3,4].
Tubuh membutuhkan waktu hingga 6 minggu untuk bisa kembali menikmati susu dan produk olahannya [4].
Ini karena diperlukan enzim laktase yang seharusnya tubuh produksi lebih banyak agar laktosa dapat tercerna secara normal [4].
Namun jika tidak terjadi, feses saat buang air besar akan bertekstur terlalu encer dan usus biasanya juga akan mengalami iritasi [4].
Selain karena kandungan laktosa, alasan lain mengapa minum susu sebenarnya tidak dianjurkan bagi penderita diare adalah karena susu pada beberapa kasus justru menjadi penyebab diare [4,6,7].
Susu yang tidak melalui proses pasteurisasi dapat menjadi susu berbakteri [6,7].
Maka bagi penderita diare, hindari susu yang tidak terpasteurisasi agar tidak memperburuk gejala diare [4].
Bagi ibu hamil, susu yang terpasteurisasi maupun tidak sebaiknya tetap dihindari jika mengalami diare agar kondisi kesehatan ibu maupun janin tidak terganggu [4].
Apa itu susu tanpa pasteurisasi?
Susu tidak dipasteurisasi atau susu tanpa melalui proses pasteurisasi adalah susu yang benar-benar segar [6,7].
Jenis susu ini biasanya merupakan susu hasil perahan dari sapi, domba atau kambing yang bisa langsung diminum [7].
Namun meski dikatakan susu segar langsung dari hasil perahan itu bermanfaat bagi kesehatan, risiko kandungan kuman berbahaya sangat tinggi [6,7].
Susu segar yang baru diperah mengandung berbagai jenis kuman, seperti virus, bakteri hingga parasit [4,6,7].
Proses pasteurisasi bertujuan utama membunuh kuman-kuman tersebut dengan cara memanaskannya lebih dulu [7].
Dengan kata lain, susu tanpa pasteurisasi adalah susu yang lebih membahayakan bagi tubuh, terutama dengan risiko kandungan jenis-jenis bakteri ini [6,7] :
- E. coli
- Salmonella
- Brucella
- Listeria
- Cryptosporidium
- Campylobacter
Jika imun tubuh tidak cukup kuat dan meminum susu tanpa pasteurisasi, diare adalah risiko kesehatan yang umum terjadi [6,7].
Maka saat menderita diare, susu ini bisa lebih berbahaya karena bisa menyebabkan kram perut serta muntah-muntah dalam waktu yang lama [4,7].
Susu tidak terpasteurisasi sendiri tidak berpengaruh apapun terhadap bau maupun rasa susu [8].
Hanya saja, tingkat keamanan mengonsumsi susu seperti ini sangat rendah dan proses pasteurisasi adalah cara membuat susu segar ini lebih aman dikonsumsi siapapun [6,7].
Apa yang seharusnya diminum saat diare?
Asupan yang diperlukan tubuh saat diare adalah air putih yang lebih banyak daripada biasanya [3,9].
Air putih adalah minuman terbaik untuk mengatasi maupun mencegah dehidrasi saat diare [3,9].
Selain air putih biasa, beberapa jenis cairan yang baik bagi penderita diare antara lain [3,9] :
- Kaldu asin (sodium bermanfaat mengikat air, maka hal ini akan memperlambat proses kehilangan cairan pada tubuh)
- Soda bebas kafein
- Jus buah
- Air beras (caranya: rebus secangkir beras dengan air sebanyak 2 cangkir selama 10 menit, saring airnya dan konsumsi)
- Teh herbal
Apabila air putih biasa justru memicu rasa mual, sebaiknya campurkan dengan jus buah (jus apel atau jus berry) [3].
Penyampuran air putih ke jus buah ini akan lebih mudah dikonsumsi bagi penderita diare yang tidak terbiasa minum air putih banyak-banyak karena lebih mudah menoleransinya [3].
Kesimpulan
Minum susu saat diare tidak dianjurkan karena dikhawatirkan tubuh sedang sangat sensitif terhadap laktosa [3,4].
Namun jika tubuh baik-baik saja, maka selama bukan susu tanpa pasteurisasi, susu bisa dan boleh tetap dikonsumsi [3,4,6,7].
Jika diare tidak kunjung berhenti walau sudah tidak minum susu dan sudah mengonsumsi makanan maupun minuman penghenti diare, segera ke dokter, terutama bila diikuti dengan BAB berdarah dan demam tinggi.