Doxofylline adalah bronkodilator. Obat ini digunakan untuk merawat pasien asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).[1]
Selain bronkodilator, doxofylline juga memiliki sifat sebagai antiradang dan dikenal sebagai turunan xantin.[2,3]
Daftar isi
Apa Itu Doxofylline?
Untuk mengetahui doxofylline, disajikan tabel di bawah yang berisikan data mengenai doxofylline:[4]
Indikasi | Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Bronkodilator |
Bentuk | Tablet |
Kontraindikasi | Serangan jantung akut, hipotensi (tekanan darah rendah). Ibu menyusui. |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan doxofylline: → Pasien penyakit jantung (aritmia jantung, angina pektoris, gagal jantung kongestif, luka jantung akut, hipertensi). → Pasien dengan ulkus peptikum (tukak saluran pencernaan). → Pasien yang hipertiroidisme (aktivitas kelenjar tiroid berlebihan). → Pasien yang mengalami hipoksemia (rendahnya kadar oksigen dalam darah, khusunya di arteri). → Pasien dengan cor pulmonale kronik (gagal jantung bagian kanan kronik). → Pasien dengan gangguan kejang. → Pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal. → Anak-anak, ibu hamil, dan lansia. |
Manfaat Doxofylline
Doxofylline digunakan untuk mengobati pasien dengan kondisi berikut:[3,4]
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK): penyakit yang menghambat aliran udara di dalam paru-paru sehingga menyebabkan sulit bernapas.
- Asma
Dosis Doxofylline
Berikut merupakan dosis yang dianjurkan untuk diberikan pada orang dewasa, anak-anak, dan lansia:[4]
Dosis Dewasa
Diminum ⇔ Penyakit paru obstruktif kronik: → 400 mg. → Diberikan dua kali sehari atau tiga kali sehari. → Dosis maksimum: 1200 mg per hari. |
Dosis Anak-Anak
Diminum ⇔ Penyakit paru obstruktif kronik ⇔ Usia di bawah 12 tahun: → 6-9 mg/kg. → Diberikan dua kali sehari. ⇔ Usia di atas 12 tahun: → 400 mg. → Diberikan dua kali sehari atau tiga kali sehari. → Dosis maksimum: 1200 mg per hari. |
Dosis Lansia
Diminum ⇔ Penyakit paru obstruktif kronik: → 200 mg → Diberikan dua kali sehari atau tiga kali sehari. |
Efek Samping Doxofylline
Selain memiliki efek yang menguntungkan, doxofylline memiliki efek samping:[4]
- Gangguan Jantung
- Palpitasi (jantung berdebar kencang, tidak teratur).
- Takikardia (jantung berdenyut cepat).
- Ekstrasistol (denyut jantung prematur sebelum denyut jantung kembali normal).
- Gangguan Metabolisme
- Hiperglikemia (tingginya kadar gula darah).
- Gangguan Pencernaan
- Mual
- Muntah
- Nyeri perut bagian bawah
- Nyeri di bagian ulu hati
- Gangguan Umum
- Irritabilitas (perasaan mudah marah)
- Gangguan Sistem Saraf
- Sakit kepala
- Gugup
- Pusing
- Gangguan Psikiatri
- Insomnia
- Gugup
- Gangguan Ginjal dan Saluran Kemih
- Albuminuria (terdapatnya albumin pada urine)
Adapun gejala overdosis yang dialami dapat dilihat pada daftar di bawah ini:[4]
- Mual
- Muntah
- Perdarahan perut
- Asidosis metabolisme (tingginya kadar asam dalam tubuh yang diakibatkan oleh metabolisme)
- Hipokalemia (rendahnya kadar kalium)
- Hipotensi
- Aritmia jantung
- Kejang-kejang
Detail Doxofylline
Untuk memahami doxofylline secara lebih rinci, berikut ini diberikan data mengenai doxofylline:[4]
Penyimpanan | Tablet: → Simpan di bawah 30°C. |
Cara Kerja | → Deskripsi: Doxofylline merupakan turunan metilxantin yang memiliki sifat bronkodilator yang ampuh. Obat ini bekerja dengan menghambat enzim fosfodiesterase sehingga meningkatkan kadar adenosin monofosfat siklik 3,5 (AMP siklik). Peningkatan AMP siklik menyebabkan otot berelaksasi dengan lancar. ⇔ Farmakokinetik: Peyerapan: Ketersedian hayati obat sekitar 62,6%. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak adalah 30-60 menit. Penyebaran: Volume distribusi sekitar 1 L/kg. Sekitar 48% terikat pada protein plasma. Ekskresi: Dikeluarkan melalui urine (kurang dari 4% sebagai bentuk awal obat). Waktu paruh eliminasi lebih dari 6 jam. |
Interaksi Dengan Obat Lain | → Mengurangi laju ekskresi ginjal terhadap xantin jika diberikan bersama simetidin, allopurinol, propranolol, antibiotik (misal eritromisin, linkomisin, siprofloksasin) dan vaksin anti flu. → Meningkatkan laju ekskresi ginjal terhadap xantin jika diberikan bersama antikolvusan (fenitoin). → Mampu menyebabkan hipokalemia jika diberikan bersama obat agonis beta-2. |
Overdosis | ⇔ Gejala: Mual, muntah, perdarahan perut, asidosis metabolisme (tingginya kadar asam dalam tubuh yang diakibatkan oleh metabolisme), hipokalemia (rendahnya kadar kalium), hipotensi, aritmia jantung, kejang-kejang. ⇔ Cara Mengatasi: Penanganan berdasarkan gejala. Bisa diberikan obat emetik atau lakukan pompa perut diikuti dengan pemberian arang aktif dan obat katartik. Mengamankan jalan napas yang sesuai. Jika terjadi kejang-kejang berikan IV diazepam dan/atau fenobarbital. |
Pertanyaan Seputar Doxofylline
Apakah doxofylline aman diberikan pada anak-anak?
Ya, doxofylline aman diberikan pada anak-anak.[4]
Apakah doxofylline aman digunakan oleh ibu hamil?
Penelitian tentang keamanan penggunaan doxofylline selama kehamilan belum diketahui. Sebaiknya konsultasikan kepada dokter.[5]
Apakah kegunaan doxofylline sama dengan teofilin?
Ya, hanya saja doxofylline memiliki efek samping yang lebih sedikit.[2,3]
Apakah doxofylline termasuk antibiotik?
Bukan. Doxofylline adalah obat bronkodilator yang juga memiliki manfaat sebagai antiradang.[1]
Bisakah doxofylline menyebabkan insomnia?
Ya, bisa. Salah satu efek samping menggunakan doxofylline adalah kesulitan tidur (insomnia).[4]
Contoh Obat Doxofylline (Merek Dagang) di Pasaran
Di bawah ini adalah beberapa merek dagang dari doxofylline:[6]
Brand Merek Dagang | |
Abidox | Dilatair |
Maxivent | Dofilin |
Asima | Rexipin |