15 Makanan yang Menyebabkan Keguguran

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Mengkonsumsi menu dengan gizi seimbang sangat penting bagi ibu hamil karena nutrisi dari makanan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Di samping berbagai makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi, terdapat beberapa pantangan makanan ibu hamil. Termasuk di antaranya ialah jenis makanan yang dapat menyebabkan keguguran[1, 2].

Jenis makanan yang sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan keguguran di antaranya ialah:

1. Telur Mentah

Ibu hamil perlu berhati-hati saat mengkonsumsi telur. Telur mentah dapat mengandung bakteri Salmonella, sehingga konsumsi telur mentah atau telur setengah matang dapat mengarah pada terjadinya infeksi Salmonella[2, 3].

Infeksi Salmonella menimbulkan masalah seperti keracunan makanan, diare, demam, muntah, mual, dan kram perut. Terkadang, infeksi dapat menyebabkan kram dalam uterus, mengarah pada kelahiran prematur, kelahiran mati, dan keguguran[2, 3].

Ibu hamil sebaiknya memastikan bahwa telur dimasak dengan benar-benar matang sebelum dikonsumsi. Proses memasak hingga matang membantu membunuh bakteri dan membuat bahan makanan lebih aman dari kontaminasi[3].

Selain telur mentah, ibu hamil sebaiknya juga menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung telur mentah, seperti[2, 3]:

  • Eggnog
  • Mayonaise buatan rumah
  • Telur orak-arik
  • Telur rebus
  • Saus hollandaise
  • Es krim buatan rumah

Produk makanan komersial lain yang mengandung telur mentah umumnya terbuat dari telur yang telah dipasteurisasi. Proses pasteurisasi berfungsi untuk menghilangkan penyebab kontaminasi sehingga makanan lebih aman dikonsumsi. Meski demikian, untuk memastikan keamanan sebaiknya mengecek label kemasan produk[2].

2. Alkohol

Konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah kecil, menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan otak janin. Alkohol juga mengakibatkan sindrom alkohol janin, yang mana meliputi deformitas fasial, cacat jantung, dan disabilitas intelektual[2, 3, 4].

Selain itu, konsumsi alkohol meningkatkan risiko keguguran dan bayi lahir mati. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa tidak terdapat jumlah konsumsi alkohol yang aman selama kehamilan dan menyusui. Sehingga ibu hamil sebaiknya menghindari alkohol sepenuhnya[4, 5].

3. Ikan Mentah atau Kurang Matang

Ikan (terutama seafood) mentah atau kurang matang memiliki risiko tinggi kontaminasi, yang mana mengarah pada terjadinya beberapa infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit seperti norovirus, Vibrio, Salmonella, dan Listeria[2, 3].

Infeksi dapat mengakibatkan dehidrasi dan kelemahan pada ibu hamil. Beberapa infeksi dapat diteruskan ke janin dalam kandungan dan mengakibatkan dampak serius atau fatal. Infeksi dapat mengarah pada terjadinya kecacatan bawaan dan keguguran bayi[2, 5].

Selama mengandung, tubuh ibu lebih rentang terhadap infeksi. Menurut CDC, ibu hamil memiliki risiko 10 kali lebih besar terkena infeksi Listeria dibandingkan populasi umum[2].

Bakteri Listeria dapat ditemukan pada tanah, air, atau tanaman yang terkontaminasi. Bahan makanan juga dapat terkontaminasi selama proses penyimpanan dan pengolahan. Infeksi bakteri ini disebut sebagai listeriosis[2, 6].

Listeriosis dapat tidak menimbulkan gejala yang jelas pada ibu hamil. Namun bakteri dapat diteruskan ke janin melalui plasenta sehingga dapat mengakibatkan infeksi serius pada janin yang mengarah pada kelahiran prematur, keguguran, dan masalah kesehatan lainnya[2].

Berikut beberapa makanan berbahan dasar ikan mentah yang sebaiknya dihindari ibu hamil[4]:

  • Sushi
  • Sashimi
  • Ceviche dan tiram mentah
  • Seafood mentah yang didinginkan, meliputi seafood yang diasap atau dendeng

4. Daging Mentah, Kurang Matang dan Olahan

Sama halnya dengan ikan mentah, daging mentah atau kurang matang juga berpotensi mengakibatkan infeksi bakteri dan parasit. Konsumsi daging mentah atau kurang matang berisiko menimbulkan infeksi Toxoplasma, E. coli, Listeria, dan Salmonella[2, 4].

Mengkonsumsi daging olahan selama kehamilan juga tidak aman karena dapat mengandung bakteri penyebab keracunan makanan. Produk daging olahan meliputi sosis, daging isi, pastei, daging cincang, salami, daging deli, dan peperoni[3].

Ibu hamil sebaiknya menghindari mengkonsumsi daging yang kurang matang atau setengah matang. Proses memasak dapat membunuh sebagian besar bakteri, namun masakan yang kurang matang kemungkinan kandungan bakteri masih banyak sehingga risiko infeksi lebih tinggi[3].

Sebaiknya ibu hamil memastikan daging dimasak hingga benar-benar matang sebelum dikonsumsi. Produk daging olahan sebaiknya juga dipanaskan terlebih dahulu[2, 3].

5. Seafood Tinggi Merkuri

Seafood dapat menjadi sumber protein yang baik. Selain itu kandungan asam lemak omega 3 dalam ikan dapat mendukung pertumbuhan otak dan mata bayi. Namun beberapa ikan dan seafood mengandung merkuri dalam kadar yang dapat menimbulkan bahaya[1, 4].

Merkuri merupakan senyawa yang sangat beracun dan umum ditemukan dalam air yang tercemar. Dalam kadar tinggi, merkuri dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, sistem kekebalan tubuh, dan ginjal[2].

Konsumsi seafood tinggi merkuri oleh ibu hamil dapat mengarah pada kerusakan otak dan keterlambatan perkembangan bayi. Kandungan merkuri juga dapat menyebabkan keguguran[1, 5].

Berikut jenis seafood tinggi merkuri yang sebaiknya dihindari ibu hamil dan menyusui[2]:

Seafood mengandung kadar merkuri yang lebih tinggi, sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah besar dapat merugikan perkembangan neuropsiologis anak. Studi menganjurkan ibu hamil untuk membatasi konsumsi seafood hingga sekitar 340 gm per minggu[1].

6. Hati

Hati hewan memiliki kandungan vitamin A yang tinggi. Namun konsumsi vitamin A dari bahan makanan hewani (berupa bentuk aktif vitamin A atau retinol) tidak dianjurkan selama kehamilan[1, 2].

Konsumsi hati hewan dalam jumlah besar menyebabkan penumpukan retinol yang dapat mengakibatkan kecacatan bawaan dan keguguran, terutama pada trimester pertama[1, 2].

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ibu sebaiknya mengkonsumsi buah dan sayuran yang mengandung vitamin A atau karotenoid karena tidak membahayakan kehamilan[1].

7. Kafein

Kafein diserap dengan sangat cepat dan dengan mudah masuk ke dalam plasenta. Karena bayi dan plasenta tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk metabolisme kafein, dapat terjadi penumpukan kafein dalam kadar tinggi[2].

Konsumsi kafein berlebihan selama kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko bayi memiliki berat badan di bawah normal saat kelahiran[2].

Bayi dengan berat badan di bawah normal (kurang dari 2,5 kg) dapat memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian janin dan risiko lebih tinggi mengalami penyakit kronis ketika dewasa[2].

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan ibu hamil untuk membatasi konsumsi kafein kurang dari 200 mg per hari[2, 4].

Sebagai pertimbangan, setiap cangkir (240 ml) kopi mengandung sekitar 95 mg kafein, sementara setiap cangkir teh (240 ml) mengandung sekitar 47 mg kafein. Minuman bersoda mengandung sekitar 33 mg kafein dalam setiap 360 ml[4].

Selain dalam kopi dan teh, kafein dapat ditemukan dalam cokelat, minuman berkarbonasi, dan beberapa minuman energi[2, 3].

Kafein juga termasuk zat diuretik, yaitu zat yang meningkatkan kehilangan cairan tubuh. Oleh karena itu orang yang mengkonsumsi kafein sebaiknya memastikan untuk memperbanyak minum air putih, jus, atau susu[5].

8. Susu dan Produk Susu yang Tidak Dipasteurisasi

Susu mentah dan produk susu yang tidak dipasteurisasi dapat mengandung berbagai bakteri berbahaya, meliputi Listeria, Salmonella, E. coli, dan Campylobacter. Infeksi bakteri tersebut dapat berpengaruh merugikan bagi bayi dalam kandungan, bahkan berisiko mengakibatkan keguguran[1, 2].

Keju yang terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi termasuk salah satu makanan yang perlu dihindari oleh ibu hamil. Keju lunak seperti brie dan feta dapat mengandung bakteri Listeria dan bakteri lain[1, 5].

Bakteri dapat terkandung secara alami di dalam bahan makanan atau akibat kontaminasi selama pengumpulan atau penyimpanan. Cara paling efektif untuk membunuh bakteri tanpa mengubah nilai nutrisi produk ialah dengan pasteurisasi.

Ibu hamil sebaiknya menghindari konsumsi produk susu yang tidak melalui proses pasteurisasi untuk meminimalisir risiko terjadinya infeksi. Sebelum mengkonsumsi sebaiknya memastikan label pasteurisasi pada kemasan. Hal yang sama hendaknya dilakukan sebelum mengkonsumsi produk minuman semacam jus[2, 4].

9. Salad atau Sayuran Mentah

Salad dan sayuran mentah atau kurang matang berisiko tinggi mengandung bakteri dan parasit lain yang dapat membahayakan kehamilan. Salad hijau mentah termasuk salah satu makanan penyebab keguguran dalam trimester kedua karena mangandung bakteri seperti Salmonella dan E. coli[1].

Kecambah mentah berisiko tinggi terkontaminasi Salmonella. Hal ini karena lingkungan lembap tempat pertumbuhan kecambah juga merupakan lingkungan ideal bagi bakteri tersebut. Ibu hamil dianjurkan untuk sepenuhnya menghindari konsumsi kecambah mentah[2].

Untuk mencegah terjadinya infeksi ibu hamil sebaiknya memastikan bahwa sayuran telah dimasak hingga matang sebelum dikonsumsi[2].

10. Buah dan Sayur yang Belum Dicuci

Permukaan dari buah dan sayur yang belum dicuci dapat dapat terkontaminasi oleh beberapa bakteri dan parasit, meliputi Toxoplasma, E. coli, Salmonella, dan Listeria[2].

Infeksi Salmonella dan Listeria dapat mengakibatkan berbagai kompilasi kehamilan hingga mengarah pada keguguran[4].

Toxoplasma merupakan salah satu parasit berbahaya yang dapat menempel pada buah dan sayur. Infeksi Toxoplasma disebut toksoplasmosis, dapat mempengaruhi bayi di dalam kandungan[5].

Umumnya, infeksi Toxoplasma tidak menunjukkan gejala. Bayi dalam kandungan yang terinfeksi juga tidak menunjukkan gejala saat lahir. Namun anak tersebut dapat mengembangkan gejala seperti kebutaan atau disabilitas intelektual di kemudian hari[2].

11. Nanas

Buah nanas sering disebut sebagai salah satu penyebab keguguran. Dugaan ini muncul karena nanas mengandung senyawa bromelain yang mana dapat memecah protein. Bromelain dapat memperhalus serviks dan memulai sebelum waktunya kontraksi melahirkan, mengakibatkan pada keguguran[3, 7].

Meski demikian, bromelain dalam nanas sebenarnya memiliki kadar rendah, sehingga konsumsi dalam jumlah kecil hingga sedang selama fase awal kehamilan biasanya aman dan tidak menimbulkan dampak negatif. Jika nanas dikonsumsi dalam jumlah berlebihan (7 sampai 10 buah utuh), dapat mengakibatkan pendarahan[3, 7].

12. Aloe Vera

Aloe vera atau lidah buaya merupakan bahan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Akan tetapi, studi menunjukkan bahwa aloe vera dapat berdampak merugikan pada ibu hamil[1, 3].

Aloe vera mengandung anthraquinone, yaitu suatu zat laksatif yang menginduksi kontraksi pada uterus yang mengarah pada terjadinya pendarahan pelvis. Akibatnya konsumsi aloe vera dapat mengakibatkan keguguran[1, 3].

13. Pepaya

Konsumsi buah pepaya matang oleh ibu hamil dikategorikan aman jika dilakukan dalam jumlah sedang. Akan tetapi buah pepaya setengah matang atau buah pepaya yang masih hijau dan mentah dapat dapat menyebabkan komplikasi pada ibu hamil[8].

Pepaya mentah mengandung lateks dalam kadar tinggi, yaitu suatu senyawa yang dapat memicu kontraksi uterus. Selain itu, pepaya mentah mengandung senyawa papain yang dapat salah dikenali tubuh sebagai prostaglandin sehingga dapat menginduksi kelahiran[8, 9].

Ibu hamil sebaiknya menghindari konsumsi buah pepaya mentah atau kurang matang karena dapat meningkatkan risiko keguguran. Risiko keguguran lebih tinggi selama fase awal kehamilan karena kandungan lateks dalam pepaya dapat memicu kontraksi tidak alami pada uterus[8].

Konsumsi buah pepaya mentah pada trimester ketiga juga sebaiknya dihindari. Hal ini dikarenakan lateks dalam pepaya dapat menstimulasi hormon yang memicu kontraksi. Selain itu, konsumsi pepaya mentah dapat mengarah pada pendarahan pada sudut plasenta[8].

14. Buah Persik

Buah persik menimbulkan panas pada tubuh. Konsumsi berlebihan buah persik selama kehamilan dapat mengakibatkan panas tubuh ekstrim dan mengarah pada terjadinya pendarahan internal[1, 3].

Sebelum dikonsumsi sebaiknya kulit buah persik dikupas terlebih dahulu karena rambut pada kulit buah dapat menyebabkan gatal dan sensasi terbakar pada tenggorokan. Pengupasan kulit buah akan menurunkan risiko iritasi tenggorokan yang dapat mengarah pada batuk berlanjut yang mana menimbulkan tekanan pada perut selama kehamilan[1, 3].

15. Rempah-Rempah

Rempah-rempah menambahkan rasa pada masakan. Namun beberapa rempah dapat menstimulasi uterus, menyebabkan kontraksi yang dapat mengarah pada kelahiran prematur dan keguguran[3, 10].

Berikut beberapa rempah yang sebaiknya dihindari ibu hamil[10]:

  • Fenugreek: konsumsi biji fenugreek menimbulkan dampak negatif pada uterus sehingga dianjurkan untuk dihindari oleh ibu hamil. Konsumsi biji fenugreek juga dapat menyebabkan perut kembung, masalah asiditas, masalah gas, dan diare. Dalam dosis yang sangat tinggi, fenugreek dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan anak.
  • Biji adas: mengandung fitoestrogen yang memiliki fungsi serupa estrogen dan menstimulasi kontraksi uterus. Konsumsinya selama kehamilan sebaiknya dibatasi atau dihindari.
  • Peppermint: teh peppermint dapat merelaksasi uterus dan menyebabkan keguguran. Mengaplikasikan minyak peppermint selama kehamilan dapat memicu menstruasi. Penggunaan peppermint oleh ibu hamil dalam berbagai bentuk sebaiknya diwaspasdai.
  • Bawang putih: berpotensi toksik dan tidak dianjurkan untuk dikonsumsi selama kehamilan. Bawang putih dapat merugikan bagi ibu hamil maupun bayinya karena penggunaannya dapat menyebabkan pendarahan dan mulas.
  • Asafetida: konsumsi dapat mengarah pada kehilangan darah dan pada ibu hamil dapat memicu keguguran
  • Biji wijen: dapat menstimulasi otot uterus memicu kontraksi dan mengarah pada expulsion sel telur yang telah difertilisasi. Konsumsi biji wijen kering dapat mengakibatkan keguguran.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment