Terapi komplementer disebut juga sebagai pengobatan komplementer, terapi alternatif, pengobatan alternatif, terapi holistik, dan pengobatan tradisional[1].
Terapi komplementer mengacu pada serangkaian perawatan kesehatan yang biasanya bukan bagian dari pengobatan konvensional (pengobatan kedokteran)[2].
Terapi komplementer menawarkan pendekatan yang berbeda dari pengobatan konvensional. Terapi komplementer biasanya digunakan bersamaan, atau seperti, terapi konvensional[1, 3].
Beberapa terapi komplementer telah diteliti dan terbukti efektif atau dapat dibandingkan dengan pengobatan konvensional[1, 3].
Pengobatan konvensional berdasarkan proses penelitian sains dan evaluasi. Sedangkan terapi komplementer pada awalnya tidak dikembangkan berdasarkan sains dan evaluasi ilmiah[1, 2].
Meski saat ini terdapat beberapa terapi komplementer yang telah teruji dalam percobaan ilmiah berkualitas baik, meski kebanyakan belum teruji[1, 3].
Pengobatan konvensional dan terapi komplementer sering kali dapat digunakan secara bersamaan. Namun pasien perlu memberitahu pada dokter dan praktisi terapi komplementer yang digunakan[1].
Penyalahgunaan dari terapi komplementer, diagnosis yang tidak tepat, atau penundaan penggunaan penanganan konvensional dapat menimbulkan risiko lebih tinggi untuk kesehatan pasien. Beberapa terapi komplementer berpotensi menyebabkan efek samping atau berinteraksi dengan pengobatan konvensional[1].
Berikut ini beberapa jenis terapi komplementer:
Daftar isi
1. Akupuntur
Akupuntur merupakan metode pengobatan kuno dari Cina. Metode pengobatan akupuntur meliputi menusukkan jarum logam tipis pada kulit pada titik-titik tertentu tubuh untuk mempengaruhi impuls saraf[1, 2].
Dengan mengaktivasi titik spesifik, praktisi akupuntur mencoba untuk menghilangkan hambatan pada aliran energi kehidupan seseorang, yang disebut qi. Dalam pengobatan tradisional Cina, energi atau qi dipercaya bersirkulasi di sekujur tubuh. Sirkulasi atau aliran qi yang baik meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh[2].
Akupuntur merupakan salah satu terapi komplementer yang paling banyak digunakan dan telah diteliti dengan baik. Beberapa studi menunjukkan bahwa akupuntur membantu mencegah migrain dan mengatasi kondisi berikut[3]:
- Sakit kepala tensi
- Sakit leher jangka panjang
- Merasa sakit atau sakit selama menjalani kemoterapi atau setelah operasi
- Sakit punggung bagian bawah jangka panjang
Akupuntur biasanya aman dan tidak menimbulkan efek samping jika dilakukan oleh praktisi yang qualified. Namun metode akupuntur dapat tidak sesuai untuk beberapa orang. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan[3].
2. Aroma Terapi
Aroma terapi ialah penggunaan minyak esensial yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk meningkatkan kesehatan fisik atau emosi. Minyak esensial dihirup atau digosokkan pada kulit saat pijat atau ditambahkan dalam krim kulit atau air mandi[2, 3].
Contoh minyak esensial yang dapat digunakan sebagai aroma terapi antara lain. Aroma terapi umumnya digunakan untuk relaksasi, tapi dapat juga digunakan untuk[2, 3]:
- Mengurangi rasa sakit
- Meningkatkan mood
- Meringankan stres, kecemasan, dan depresi
- Meningkatkan kualitas tidur
- Membantu meringankan gangguan kognitif
Tidak terdapat bukti ilmiah bahwa aroma terapi dapat mengobati atau mencegah kondisi tertentu ataupun meningkatkan sistem imun. Namun aroma terapi dapat membantu meningkatkan kesehatan untuk penderita demensia[2, 3].
Beberapa studi menunjukkan bahwa aroma terapi dapat membantu meringankan gejala kanker, seperti mual dan kecemasan[3].
Beberapa minyak aromaterapi dapat menyebabkan efek samping dan dapat berinteraksi dengan obat konvensional. Jika sedang hamil, menggunakan obat lain atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dulu sebelum menggunakan aromaterapi[3].
3. Homoeopati
Homoeopati bertujuan untuk mengaktivasi kemampuan penyembuhan tubuh dengan memberikan dosis rendah dari subtansi yang diencerkan. Metode ini berdasarkan teori “Hukum Kemiripan”, bahwa suatu penyakit dapat disembuhkan dengan sejumlah kecil dari substansi yang menyebabkan gejala yang sama pada orang sehat[2, 3].
Makin kecil jumlah bahan aktif dalam obat hematopatik, dikatakan bahwa makin besar efek yang dihasilkan. Bahan aktif dalam obat hematopatik berasal dari tumbuhan, mineral, dan hewan[2, 3].
Obat dapat berbentuk tablet untuk ditelan atau diletakkan di bawah lidah, atau bisa juga berupa krim dan salep[3].
Homoeopati banyak digunakan untuk mengatasi[2]:
Studi ilmiah pada homoeopati menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa studi menunjukkan bahwa hemeopathy memberikan manfaat, sementara beberapa yang lain menunjukkan bahwa metode ini tidak berbeda dari placebo (tidak mendapat perawatan)[2].
Obat homoeopati yang terdaftar menggunakan bahan aktif dalam jumlah sangat kecil, sehingga kemungkinan tidak terjadi efek samping. Namun karena obat homoeopati kadang mengandung substansi yang mempengaruhi sistem imun atau menyebabkan interaksi obat, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan[2, 3].
4. Terapi Pijat (Massage)
Terapi pijat dilakukan dengan menekan, menggosok, dan memanipulasi jaringan otot tubuh. Terapis biasanya menggunakan tangan dan jari, tapi bisa juga memijat dengan lengan, siku, dan kaki[3].
Terapi pijat telah dipraktikkan sebagai terapi pengobatan selama berabad-abad di seluruh dunia. Pijat umumnya digunakan untuk relaksasi dan menjaga kebugaran tubuh secara umum, tapi beberapa orang menggunakan terapi pijat untuk mengatasi pegal dan sakit[2, 3].
Terapi pijat mempengaruhi sekujur tubuh dan memiliki manfaat seperti[2]:
- Meringankan kekencangan otot
- Meningkatkan sirkulasi darah
- Membantu membersihkan sisa metabolisme
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Mengurangi stress
- Membantu menenangkan
Pijat dapat digunakan untuk mengatasi berbagai gejala dan kondisi, meliputi[3]:
- Sakit punggung
- Sakit setelah persalinan
- Fibromialgia
- Sakit kepala
Penelitian mengenai terapi pijat tidak menunjukkan bukti yang jelas bahwa metode ini bekerja dengan baik untuk waktu yang lama. National Institute for Health and Care Excellence (NICE) menganjurkan terapi pijat digunakan untuk mengatasi sakit pada punggung bagian bawah, dengan atau tanpa sciatia, tapi hanya sebagai bagian dari rangkaian perawatan yang meliputi pendekatan lain seperti olahraga[3].
Terdapat beberapa bukti bahwa pijat juga dapat membantu meringankan gejala fibromialgia, meringankan gejala pada penderita kanker, dan meningkatkan kualitas hidup pada penderita HIV/AIDS[3].
Bagi ibu hamil sebaiknya lebih berhati-hati jika hendak menjalani terapi pijat. Untuk menjaga keamanan kehamilan, sebaiknya mencari terapis yang terlatih khusus untuk memijat ibu hamil[2].
5. Hipnosis
Hipnosis disebut juga sebagai hipnoterapi. Terapi ini menggunakan teknik untuk membantu pasien untuk berada dalam kondisi relaksasi dalam dan memasuki tingkat kesadaran yang berbeda yang disebut trance. Dalam trance, tubuh akan relaksasi sementara pikiran menjadi lebih fokus[2].
Terapis tidak mengendalikan pikiran atau tindakan pasien, namun pasien akan menjadi sangat terbuka terhadap saran (sugesti). Terapis akan membuat sugesti untuk mengubah perilaku atau meringankan gejala khusus pada situasi pasien, sebagai contoh sugesti untuk berhenti merokok[2].
Hipnosis dapat membantu pasien untuk lebih tenang, mengurangi stress, meringankan kecemasan, dan mengurangi rasa sakit. Terapi ini sering digunakan sebelum operasi atau prosedur dental saat pasien merasa tegang[2].
Hipnoterapi juga dapat digunakan untuk mengatasi[2]:
- Gangguan makan
- Adiksi
- Fobia
- Insomnia
- Masalah pencernaan
6. Pengobatan Herbal
Pengobatan herbal berasal dari budaya jaman dulu, meliputi penggunaan medis dari tumbuh-tumbuhan untuk menangani penyakit dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh secara umum[5].
Beberapa herbal mengandung bahan aktif dan perlu kehati-hatian saat digunakan sebagai obat. Bahan aktif dari sejumlah besar preparasi herbal belum diketahui dengan baik[5].
Beberapa obat konvensional berdasarkan pada bahan aktif tunggal yang diturunkan dari sumber tumbuhan. Praktisi obat herbal percaya bahwa bahan aktif dapat kehilangan efeknya atau menjadi kurang aman jika digunakan secara terpisah dari bagian tumbuhan lainnya[3, 5].
Sebagai contoh, asam salisilat ditemukan di dalam tumbuhan meadowsweet dan digunakan untuk membuat aspirin. Aspirin dapat mengakibatkan pendarahan pada dinding lambung, tapi meadowsweet secara alami mengandung senyawa lain yang mencegah iritasi akibat asam salisilat[5].
Obat herbal meliputi obat yang berbahan rempah-rempah, seperti[2, 5]:
- Echinacea: menstimulasi sistem imun dan membantu tubuh melawan infeksi. Digunakan untuk mengatasi gejala seperti bisul, demam, dan herpes
- Bawang merah: digunakan untuk menurunkan risiko penyakit jantung dengan menurunkan kadar lemak dan kolesterol darah. Bawang merah juga berperan sebagai antibiotik dan antivirus sehingga membantu melawan flu, sinusitis, dan infeksi pernapasan lain
- Jahe: banyak studi telah menunjukkan bahwa jahe bermanfaat dalam mengatasi mual, termasuk mabuk perjalanan dan gejala mual akibat kehamilan
- Ginkgo biloba: umumnya digunakan untuk mengatasi sirkulasi darah yang buruk dan tinitus (suara berdering di telinga)
- Gingseng: umumnya digunakan untuk mengatasi keletihan, misalnya selama pemulihan dari penyakit. Gingseng juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol, namun penggunaan gingseng secara berlebihan berkaitan dengan peningkatan tekanan darah
- Hypericum perforatum (St. John’s wort): berfungsi sebagai antidepresan, mengatasi depresi ringan hingga sedang. Dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan dan insomnia. Namun St John’s wort dapat berinteraksi dengan obat konvensional, sehingga terkadang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
Pengobatan dan suplemen herbal dapat berinteraksi dengan obat yang sedang digunakan, sehingga menimbulkan efek merugikan. Jika hendak menggunakan obat herbal, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu mengenai potensi efek samping dan interaksi obat[5].
7. Kiropraktik
Istilah kiropraktik (chiropractic) berasal dari Bahasa Yunani, ‘cheir’ yang berarti tangan dan ‘praktikos’ yang berarti dilakukan. Kiropraktik berfokus pada perawatan tulang belakang dengan menggunakan tangan untuk memeriksa dan mengatasi kondisi kesehatan terkait tulang, otot, dan sendi[6].
Praktisi kiropraktik dilatih untuk menganjurkan latihan untuk mengatasi dan merehabilitasi kondisi kesehatan terkait tulang, otot, dan sendi, sekaligus memberikan saran mengenai nutrisi, diet, dan gaya hidup[3, 6].
Pada kasus seperti sakit punggung bagian bawah, pengobatan kiropraktik dapat menjadi metode penanganan utama. Untuk beberapa kondisi medis, metode ini dapat tidak komplemen atau mendukung perawatan medis dengan meringankan aspek muskuloskeletal berkaitan dengan kondisi[6].
Pengobatan kiropraktik dapat membantu orang dengan kondisi berikut[6]:
- Sakit punggung
- Sakit leher
- Sakit kepala
- Cedera akibat sentakan berat di kepala
- Ketegangan otot dan keseleo akibat aktivitas harian
- Cedera akibat penggunaan otot secara berlebihan
- Cedera berkaitan dengan kerja dan olahraga
- Artritis
- Gerakan terbatas pada punggung, pundak, leher, atau tungkai
Salah satu prosedur pengobatan kiropraktik yang paling umum dan banyak dikenal ialah manipulasi tulang belakang. Tujuan dari manipulasi tulang belakang ialah untuk memulihkan mobilitas sendi dengan secara manual mengaplikasikan gaya terkontrol pada sendi yang mengalami keterbatasan gerak akibat cedera jaringan[6].
8. Pilates
Pilates dapat berupa latihan aerobik atau non aerobik. Pilates memerlukan konsentrasi dan fokus, karena tubuh digerakkan pada rentang gerak yang presisi. Pilates memanjangkan dan meregangkan semua kelompok utama otot di dalam tubuh secara seimbang[7].
Pilates memerlukan konsentrasi dalam menemukan titik pusat untuk mengendalikan tubuh selama melakukan gerakan. Setiap latihan memiliki penempatan yang ditentukan, ritme, dan pola pernapasan[7].
Dalam pilates, otot tidak akan bekerja hingga kelelahan, sehingga tubuh tidak akan berkeringat atau menegang, tapi memerlukan konsentrasi intens. Latihan terdiri dari berbagai macam gerakan yang dilakukan dalam beberapa pengulangan, biasanya 5 hingga 10 kali, selama 45 hingga 90 menit[7].
Pilates memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, antara lain[7]:
- Peningkatan fleksibilitas
- Peningkatan kekuatan dan bentuk otot, terutama otot perut, punggung bagian bawah, pinggang dan pantat
- Menyeimbangkan kekuatan otot pada kedua sisi tubuh
- Meningkatkan kontrol muskuler pada punggung dan tungkai
- Meningkatkan stabilisasi tulang belakang
- Memperbaiki postur tubuh
- Rehabilitasi atau pencegahan cedera terkait ketidakseimbangan otot
- Meningkatkan koordinasi dan keseimbangan fisik
- Peningkatan kapasitas paru-paru dan sirkulasi
- Peningkatan konsentrasi
9. Yoga
Yoga merupakan filosofi dari Indian kuno, dirancang sebagai jalur untuk pencerahan spiritual. Di era modern ini, aspek fisik dari yoga Hatha telah mendapatkan popularitas tinggi sebagai bentuk lembut dari latihan dan manajemen stress[7].
Setiap jenis yoga secara esensial bergantung pada pose yang terstruktur (asanas) yang dipraktikkan dengan kesadaran napas[7].
Studi menunjukkan bahwa mempraktikkan yoga secara teratur dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan kebugaran dan menormalkan tekanan darah. Orang yang melakukan yoga secara rutin lama kelamaan memiliki tingkat stress yang lebih rendah dan mengalami peningkatan perasaan senang dan bugar[7].
Praktik yoga mengutamakan upaya, kecerdasan, ketepatan, keseksamaan, komitmen, dan dedikasi. Kata yoga berarti ‘untuk menyatukan’. Yoga membawa tubuh dan pikiran menjadi satu, dan disusun atas tiga elemen utama, latihan, pernapasan, dan meditasi[7].
Manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dengan latihan yoga antara lain[7]:
- Meningkatkan sirkulasi dan kesehatan kardiovaskuler. Studi menunjukkan bahwa latihan yoga secara teratur menjaga tekanan darah normal.
- Membantu meningkatkan proses pencernaan dengan memperbaiki sirkulasi darah dan memberikan efek memijat pada otot di sekitar sistem pencernaan
- Peregangan pada yoga membantu mengurangi tekanan dan kekakuan pada otot dan sendi, sekaligus meningkatkan fleksibilitas.
- Menenangkan sistem saraf dengan peningkatan sirkulasi darah, mengurangi tekanan otot, dan memfokuskan pikiran pada pernapasan. Manfaat jangka panjang meliputi penurunan stress, kecemasan dan keletihan, tingkat konsentrasi dan energi yang lebih baik, dan meningkatkan perasaan tenang dan sehat.
Meskipun pilates dan yoga dikenal sebagai latihan yang lembut, orang dengan kondisi tertentu perlu lebih berhati-hati saat hendak mempraktikkan, meliputi[7]:
- Orang yang baru menjalani operasi
- Ibu hamil
- Orang berusia 40 tahun atau lebih
- Orang dengan kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung
- Orang dengan cedera atau gangguan otot dan tulang
- Orang yang sudah lama tidak berolahraga
- Orang yang mengalami obesitas berat
Penggunaan Terapi Komplementer
Terapi komplementer dan alternatif diperkirakan digunakan oleh sekitar 75% orang di Australia[1].
Menurut survei nasional tahun 2012, lebih dari 30% orang dewasa dan sekitar 12% anak-anak di Amerika Serikat menggunakan pendekatan perawatan kesehatan yang biasanya bukan bagian dari perawatan pengobatan konvensional[4].
Terapi alternatif terkadang dikelompokkan dengan terapi komplementer, tapi keduanya mengacu pada konsep yang berbeda. Terapi alternatif digunakan sebagai pengganti pengobatan konvensional Sementara terapi komplementer digunakan sebagai pendukung pengobatan konvensional[1, 4].
Beberapa terapi komplementer memiliki bukti untuk mendukung penggunaannya. Namun terapi alternatif biasanya tidak terbukti atau menunjukkan hasil yang tidak efektif[1].
Berbagai terapi komplementer yang tersedia sering kali dianggap aman karena berupa produk alami. Namun anggapan ini tidak tepat, terutama jika produk mengandung dosis yang lebih tinggi dari kadar alami dalam makanan[1].
Terapi komplementer dapat menyebabkan dampak negatif pada beberapa orang, termasuk reaksi alergi. Banyak obat komplementer mengandung bahan aktif yang mungkin tidak dikenali oleh sebagian besar orang. Selain itu, telah dilaporkan terjadinya kasus kontaminasi[1].
Sebagai pencegahan, sebaiknya tidak menggunakan pengobatan komplementer pada anak-anak atau ibu hamil, calon ibu hamil, atau menyusui. Sebelum menggunakan terapi komplementer dianjurkan menanyakan pada dokter mengenai manfaat dan bahaya potensial yang dimiliki[1].