Kedutan ialah gerakan otot tanpa disadari pada salah satu atau kedua bagian bibir. Kedutan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan menimbulkan rasa malu[1, 2].
Bibir kedutan umumnya merupakan kondisi yang tidak berbahaya. Akan tetapi terkadang dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang cukup serius[3].
Bibir kedutan terjadi akibat adanya kesalahan komunikasi antara saraf bibir dan otot yang dikendalikan. Kedutan biasanya terjadi pada bibir atas atau bibir bawah secara terpisah[2].
Bibir kedutan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Sebagian besar penyebab bibir kedutan dapat diatasi dengan mudah[1, 3].
Berikut faktor-faktor yang dapat menyebabkan kedutan:
Daftar isi
- 1. Konsumsi Kafein Berlebihan
- 2. Penggunaan Obat Tertentu
- 3. Defisiensi Kalium
- 4. Neuropati Alkoholik
- 5. Stres dan Keletihan
- 6. Bell’s Palsy
- 7. Spasme Hemifasial
- 8. Trauma
- 9. Defisiensi Hormon
- 10. Sindrom Tourette
- 11. Penyakit Parkinson
- 12. Amyotrophic Lateral Sclerosis
- 13. Sindrom DiGeorge
- Cara Mengatasi Bibir Kedutan
- Cara Mencegah Bibir Kedutan
1. Konsumsi Kafein Berlebihan
Kafein merupakan stimulan yang dapat mempengaruhi kerja sistem saraf dan otot. Konsumsi kafein secara berlebihan dapat mengarah pada terjadinya kedutan. Kafein dapat terkandung dalam berbagai obat, atau ditemukan dalam kopi, teh, soft drink, dan cokelat[1, 2].
Orang yang mengkonsumsi lebih dari tiga gelas kopi per hari berisiko lebih tinggi mengalami bibir kedutan[3].
Selain bibir kedutan, konsumsi kafein berlebih dapat ditandai dengan gejala berikut[2, 3]:
- otot berkedut
- rangsangan
- energi berlebihan
- merasa tidak kunjung letih
- sulit tidur (insomnia)
- lebih banyak buang air kecil
- kegugupan
- cara bicara yang tidak beraturan
- wajah memerah
- sakit perut, mual, atau diare
- detak jantung cepat atau abnormal
- agitasi psikomotor, seperti mengetuk atau mondar-mandir
2. Penggunaan Obat Tertentu
Beberapa obat yang dijual bebas atau diresepkan dokter dapat menimbulkan efek samping berupa kedutan otot, di antaranya ialah kortikosteroid[2, 3].
Obat jenis diuretik dan estrogen juga dapat menyebabkan spasme otot yang biasanya berlangsung lebih lama[3].
Jika bibir kedutan disebabkan oleh penggunaan obat tertentu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengganti obat[2, 3].
3. Defisiensi Kalium
Kalium memiliki peran penting dalam menjaga kelancaran pengiriman sinyal oleh sel saraf. Defisiensi atau kekurangan kalium menimbulkan dampak negatif bagi otot, menyebabkan spasme dan kram hampir di seluruh tubuh, termasuk bibir[2, 3].
Defisiensi kalium dapat diatasi dengan menghindari makanan atau obat yang menyebabkan penurunan kadar kalium tubuh. Selain itu, penderita dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan yang tinggi kandungan kalium[2, 3].
4. Neuropati Alkoholik
Konsumsi obat-obatan berbahaya dan alkohol dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada saraf dan mempengaruhi fungsi otak. Kedutan dapat mengindikasikan iritasi saraf akibat obat yang digunakan[2, 3].
Orang yang mengkonsumsi narkoba atau alkohol dalam jumlah banyak dan jangka waktu panjang, serta mengalami spasme otot wajah, seperti bibir kedutan dapat mengalami neuropati alkoholik[3].
Penderita neuropati alkoholik mengalami kerusakan saraf perifer. Saraf perifer menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang dengan otot, tungkai, dan organ-organ sensorik. Saraf ini juga berperan dalam memungkinkan otak untuk mengendalikan tubuh dan menerima informasi[4].
Penderita dapat mengalami gejala seperti kram, tidak dapat bergerak, atropi otot, spasme atau kontraksi otot, kelemahan otot, mati rasa, dan kesemutan[4].
5. Stres dan Keletihan
Stress, kecemasan, dan keletihan ekstrim dapat mengakibatkan bibir kedutan[2].
Saat mengalami stress secara terus menerus, tubuh dapat berada pada status fight or flight response, yaitu respon tubuh ketika berada dalam tekanan[2].
Kondisi ini dapat memicu pengeluaran hormon stress, peningkatan detak jantung dan laju pernapasan. Respon fight or flight juga menyebabkan otot-otot di wajah mengencang tanpa disadari[2].
6. Bell’s Palsy
Penderita Bell’s palsy mengalami kelumpuhan otot sementara pada satu sisi wajah[2, 3].
Kondisi ini dapat menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap penderita. Beberapa penderita Bell’s palsy mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot-otot pada wajah. Sementara penderita lainnya dapat mengalami bibir kedutan dan kelemahan pada satu sisi wajah[2, 3].
Penyebab pasti dari Bell’s palsy tidak diketahui. Tapi kondisi ini diduga berkaitan dengan virus herpes oral[2, 3].
7. Spasme Hemifasial
Spasme hemifasial, disebut juga tic convulsive, ialah spasme otot yang terjadi pada satu sisi wajah. Spasme paling umum dialami oleh wanita berusia lebih dari 40 tahun dan orang Asia. Spasme hemifasial bukan kondisi yang berbahaya tapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu[3].
Kondisi ini terjadi akibat kerusakan pada saraf kranial ketujuh, yang mana mempengaruhi otot wajah. Kerusakan otot dapat disebabkan oleh adanya kondisi lain atau akibat adanya pembuluh darah yang menekan saraf[2, 3].
Spasme hemifasial termasuk kondisi langka. Diagnosis kondisi dilakukan menggunakan tes imaging dan pemeriksaan neurologis[2].
8. Trauma
Bibir kedutan dapat disebabkan oleh trauma yang dialami sebelumnya. Cedera pada batang otak dapat merusak saraf wajah, yang mana dapat menyebabkan otot wajah berkedut[2].
Cedera pada otot wajah juga dapat mengakibatkan kerusakan saraf, yang mana dapat mengarah pada terjadinya gangguan sinyal pada otak dan kedutan di sekitar bagian yang cedera[2].
9. Defisiensi Hormon
Bibir kedutan dapat mengindikasikan adanya ketidakseimbangan hormonal. Defisiensi hormon dalam tubuh dapat terjadi akibat faktor usia atau akibat kondisi tertentu seperti hipoparatiroidisme[2].
Hipoparatiroidisme ialah kondisi di mana kelenjar paratiroid memproduksi terlalu sedikit hormon paratiroid, yang mana dapat menyebabkan rendahnya kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh[3].
Hipoparatiroidisme dapat menimbulkan gejala seperti kedutan pada sekitar mulut, tenggorokan, dan tangan, kelemahan otot, dan rambut rontok[2, 3].
10. Sindrom Tourette
Sindrom Tourette merupakan kondisi yang menyebabkan penderita membuat suara atau gerakan berulang tanpa disadari. Kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan beraktivitas, tapi tidak berakibat fatal[2, 3].
Pria memiliki risiko 3-4 kali lebih tinggi mengalami sindrom Tourette daripada wanita. Gejala sindrom Tourette biasanya muncul di masa anak-anak[3].
Penyebab dari sindrom Tourette tidak diketahui, tapi diduga merupakan kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan[2].
11. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu kelainan otak yang menyebabkan tremor, kekakuan, dan gerakan lambat. Penyakit ini bersifat degeneratif, yaitu bertambah buruk seiring waktu[3].
Gejala awal penyakit Parkinson biasanya meliputi bibir kedutan bersama dengan tremor pada dagu, tangan, atau kaki[2, 3].
Penyebab penyakit Parkinson tidak diketahui dan hingga saat ini belum terdapat cara pengobatan untuk menyembuhkan penderita. Penderita penyakit Parkinson memiliki potensi lebih tinggi untuk mempertahankan sebanyak mungkin fungsi tubuh dengan diagnosis dini dan perawatan[2, 3].
12. Amyotrophic Lateral Sclerosis
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) ialah suatu penyakit otak yang mempengaruhi saraf dan sumsum tulang belakang. Kondisi ini terutama mempengaruhi saraf yang mengendalikan otot pada gerak disadari[2, 3].
Saraf berfungsi untuk mengirimkan sinyal dari otak ke otot sehingga memungkinkan dilakukan gerak. Pada penderita ALS, sel-sel saraf mulai mengalami kematian. Kondisi tersebut mengarah pada kelemahan otot dan kedutan, serta bicara cadel[2].
Penyakit ALS akan bertambah buruk seiring waktu. ALS merupakan kondisi yang berakibat fatal. ALS dapat didiagnosis dengan spinal tap dan elektromiografi. Hingga saat ini belum diketahui cara menyembuhkan ALS[2, 3].
13. Sindrom DiGeorge
Penderita sindrom DiGeorge kekurangan bagian dari kromosom 22, akibatnya beberapa sistem tubuh berkembang dengan buruk. Kondisi ini disebut juga sebagai sindrom delesi 22q11.2[3].
Sindrom DiGeorge dapat menyebabkan karakteristik fasial terbelakang, yang mana dapat mengarah pada kedutan di sekitar mulut, langit-langit mulut sumbing, kulit pucat, dan kesulitan menelan[3].
Biasanya sindrom DiGeorge didiagnosis saat kelahiran. Kondisi ini tidak dapat dicegah ataupun diobati. Akan tetapi, penanganan dapat dilakukan untuk mengatasi gejala[3].
Cara Mengatasi Bibir Kedutan
Bibir kedutan yang terjadi sebentar dan segera sembuh biasanya tidak mengindikasikan kondisi yang memerlukan penanganan medis. Namun jika bibir kedutan disertai dengan gejala lain seperti tremor, atau tidak menghilang setelah menghindari kafein dan mengurangi stress, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter[1, 2].
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek ada tidaknya gejala lain. Dokter juga dapat mengajukan pertanyaan ke pasien mengenai gaya hidup dan pilihan makanan, seperti apakah pasien mengkonsumsi kopi atau alkohol[2, 3].
Jika tidak terdapat gejala lain, dokter dapat meminta pasien menjalani beberapa tes untuk diagnosis, seperti[2, 3]:
Bibir kedutan memiliki banyak metode pengobatan, bergantung pada penyebab kondisi[3]. Pada beberapa pasien, bibir kedutan dapat diatasi dengan banyak mengkonsumsi pisang dan makanan lain yang tinggi kandungan kalium[2, 3].
Beberapa pasien dapat memerlukan injeksi botox untuk mengatasi bibir kedutan dan tremor. Untuk pasien dengan kondisi tertentu, penanganan bibir kedutan dapat dilakukan dengan mengobati gejala penyakit[3].
Cara Mencegah Bibir Kedutan
Beberapa langkah berikut dapat mencegah kambuh atau terjadinya bibir kedutan[3]:
- mengurangi konsumsi kopi harian hingga kurang dari 3 gelas, atau menghindari makanan yang mengandung kafein sepenuhnya
- mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol
- memperbanyak konsumsi makanan dengan kandungan kalium tinggi, seperti brokoli, bayam, pisang, dan alpukat
- mengaplikasikan tekanan pada bibir menggunakan jari dan kain hangat, ulangi 4-5 kali