13 Penyebab Kolesterol Tinggi Selain Makanan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Kolesterol tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Kadar kolesterol tinggi umumnya dikaitkan konsumsi makanan dengan kadar kolesterol, lemak jenuh, dan lemak trans secara berlebihan[1].

Faktor gaya hidup lainnya seperti kurangnya aktivitas fisik juga dapat berperan dalam tingginya kadar kolesterol darah. Selain itu, kolesterol tinggi dapat disebabkan oleh faktor genetik dan adanya kondisi medis tertentu[1, 2].

1. Terlalu Lama Duduk

Duduk selama berjam-jam dalam sehari berdampak buruk bagi kesehatan. Terlalu lama duduk berkaitan dengan obesitas, penyakit jantung, dan kolesterol tinggi[3, 4].

Saat kita duduk terlalu lama, enzim yang mengubah kolesterol jahat LDL menjadi kolesterol baik HDL mengalami penurunan hingga 95%[3].

Suatu analisis dari 13 studi mengenai waktu duduk dan tingkat aktivitas menemukan bahwa mereka yang duduk lebih dari 8 jam sehari tanpa aktivitas fisik memiliki risiko kematian yang sama dengan risiko kematian orang obesitas dan perokok[4].

Akan tetapi, data analisis dari lebih dari 1 juta orang menemukan bahwa aktivitas fisik sedang selama 60-75 menit per hari dapat melawan efek terlalu banyak duduk[4].

Bagi orang-orang dengan pekerjaan yang mengharuskan duduk dalam waktu lama dianjurkan untuk sering istirahat dari duduk sesekali. Istirahat dapat berupa berdiri setidaknya setiap 30 menit sekali dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan berjalan sekitar 5 menit setiap 1 jam[3].

2. Stres

Stress kronis dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kolesterol tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa stress meningkatkan risiko LDL (kolesterol jahat) tinggi dan menurunkan kadar HDL (kolesterol baik)[3].

Saat kita mengalami stress, kelenjar hipotalamus memicu pelepasan dua hormon (kortisol dan adrenaline) yang memicu bertambah cepatnya detak jantung, menstimulasi pelepasan energi dan meningkatkan aliran darah ke otak[3, 5].

Hormon kortisol dan adrenalin memicu produksi kolesterol, yang mana diproduksi hati untuk menyediakan energi bagi tubuh dan memperbaiki kerusakan sel. Fungsi hormon stress ialah mempersiapkan energi tubuh untuk situasi darurat[5].

Akan tetapi jika energi ini tidak digunakan karena penyebab stress tidak memerlukan respon fisik, kolesterol akan menumpuk secara bertahap, menyebabkan kadarnya menjadi tinggi dan dapat berakumulasi membentuk jaringan lemak[5].

Efek lain kortisol ialah membentuk lebih banyak gula, yang mana merupakan sumber energi jangka pendek. Jika situasi stress terjadi berulang-ulang, gula secara berulang tidak digunakan dan lama kelamaan diubah menjadi trigliserida atau asam lemak lainnya[5].

3. Kehamilan

Selama kehamilan, tubuh akan menggunakan kolesterol untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan janin. Sehingga kadar kolesterol darah ibu hamil dapat meningkatkan hingga 50% dalam trimester kedua dan ketiga[3].

Kadar kolesterol tinggi selama kehamilan disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme hormon steroid seks, hepatik, dan adiposa. Selama kehamilan terjadi peningkatan produksi steroid seks. Kolesterol tinggi selama kehamilan tidak memerlukan penanganan[6].

Kadar kolesterol dapat tetap tinggi hingga satu bulan setelah melahirkan. Peningkatan sementara kadar kolesterol selama kehamilan biasanya tidak berbahaya bagi ibu atau janin. Tapi jika sebelum hamil ibu telah memiliki kolesterol tinggi, dapat diperlukan pemantauan medis[3].

4. Menopause

Studi yang dipublikasikan pada Journal of the American College of Cardiology menunjukkan bahwa semua wanita mengalami peningkatan kadar kolesterol secara signifikan saat mendekati menopause[7].

Hormon kelamin wanita estrogen mempengaruhi kadar kolesterol darah. Ketika kadar estrogen mengalami penurunan drastis setelah menopause, wanita akan mengalami peningkatan kadar kolesterol[3].

Penelitian menunjukkan bahwa dalam 2 tahun sekitar periode menstruasi terakhir, kadar LDL rata-rata pada wanita meningkat hingga sekitar 10,5 poin atau sekitar 9%. Kadar kolesterol total juga meningkat secara substansial hingga sekitar 6,5%[3, 7].

Tidak hanya itu, setelah menopause wanita akan mengalami peningkatan berat badan sekitar 3,6-4,5 kg serta cenderung berhenti melakukan olahraga secara rutin. Hal ini meningkatkan risiko kolesterol tinggi[3].

5. Kurang Berolahraga

Olahraga membantu meningkatkan kadar HDL yang mana berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskuler yang lebih rendah. Olahraga juga dapat membantu tubuh menghilangkan LDL, memindahkannya dari darah ke hati sehingga dapat dimetabolisme atau dikeluarkan[8].

Melakukan olahraga rutin dan mengkonsumsi diet sehat seimbang merupakan perubahan gaya hidup yang sering dianjurkan untuk mereka yang ingin menjaga berat badan sehat dan menurunkan LDL[2].

Kurang berolahraga dalam jangka waktu lama dapat mengarah pada obesitas, yang mana dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol secara signifikan. Dilansir dari Everly Well, hingga 70% pasien dengan obesitas mengalami abnormalitas dalam kadar kolesterol dan trigliserida darah mereka[2].

Di samping itu, obesitas yang menyebabkan kadar kolesterol tubuh menjadi tinggi sering kali disertai kadar LDL tinggi dan kadar HDL rendah[2].

6. Merokok

Merokok dapat menurunkan kadar HDL dan menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh yang rusak dapat menangkap partikel kolesterol sehingga dapat terjadi penumpukan kolesterol dan pembentukan plak[8].

Plak kemudian akan mengakibatkan penyempitan arteri dan pembatasan aliran darah, kondisi ini disebut sebagai aterosklerosis. Aterosklerosis berpotensi menyebabkan serangan jantung dan stroke[8].

Rokok mengandung berbagai zat beracun, termasuk senyawa yang sangat reaktif yang disebut acrolein. Acrolein dapat diserap dengan mudah ke dalam aliran darah melalui paru-paru dan mempengaruhi metabolisme kolesterol tubuh[9].

Penurunan kadar HDL akibat merokok terjadi karena acrolein mempengaruhi kemampuan membersihkan HDL dengan menyerang protein. Hal ini mengarah pada terjadinya akumulasi lebih banyak lemak di dalam aliran darah dan seluruh tubuh[9].

Acrolein juga mempengaruhi LDL dengan menghambat enzim protektif yang berfungsi menjaga kolesterol LDL tetap utuh. Tanpa enzim tersebut LDL menjadi rentan terhadap oksidasi, suatu proses kimiawi kompleks yang mengubah struktur molekuler LDL[9].

Perubahan struktur menyebabkan sistem imun tidak dapat mengenali LDL, sehingga mengarah pada terjadinya inflamasi dan penumpukan lebih banyak LDL[9].

7. Penggunaan Obat

Penggunaan obat tertentu berdampak pada kadar kolesterol, seperti pil KB, retinoid, anti virus, dan anti konvulsan. Kadar kolesterol juga dapat meningkat akibat penggunaan beberapa obat untuk tekanan darah tinggi, seperti diuretik dan bentuk lama dari beta bloker[3].

Jika kadar kolesterol meningkat disebabkan oleh obat yang digunakan, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Dokter dapat memberikan resep dengan dosis yang berbeda atau mengganti obat yang digunakan[2].

8. Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 dapat menyebabkan gula darah tinggi. Saat kadar gula dalam darah yang terlalu banyak, gula dapat menempel pada protein seperti molekul kolesterol[3].

Diabetes tipe 2 cenderung menurunkan kadar kolesterol baik HDL dan meningkatkan kadar LDL dan trigliserida. Pada penderita diabetes, kondisi dengan kadar HDL rendah, LDL tinggi, dan trigliserida tinggi disebut sebagai dislipidemia diabetik. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit jantung dini[8].

9. Ukuran Pinggang Besar

Ukuran ukuran pinggang berpengaruh terhadap kesehatan baik pada orang dengan berat badan berlebih atau berat badan rata-rata. Pada pria, risiko kolesterol tinggi meningkat jika lingkar pinggang mencapai 101 cm atau lebih. Sedangkan pada wanita risiko kolesterol tinggi meningkat jika lingkar pinggang 90 cm[8].

Lingkar pinggang dapat mengindikasikan resistensi insulin. Suatu studi menemukan bahwa 50% dari orang-orang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 1 meter meter menunjukkan hasil positif pada tes resistensi insulin[10].

Resistensi insulin termasuk bagian dari kelompok faktor risiko yang disebut sebagai sindrom metabolik. Faktor risiko tersebut meliputi kadar lemak darah tinggi, kadar HDL rendah, kadar LDL yang sangat tinggi, tekanan darah tinggi, lemak tubuh berlebihan pada sekitar pinggang, dan abnormalitas pembekuan[10].

10. Genetik

Beberapa orang dapat memiliki bentuk kolesterol tinggi turunan. Gen tertentu yang diturunkan dari orang tua memberi instruksi mengenai pemrosesan kolesterol dan lemak di dalam tubuh. Anak dari orang tua yang memiliki kolesterol tinggi, berisiko lebih besar mengalami kondisi yang sama[1, 8].

Pada kasus langka, kolesterol tinggi disebabkan oleh hiperkolesterolemia familial, yaitu suatu kelainan genetik yang mencegah tubuh menghilangkan LDL. Kondisi ini mempengaruhi sekitar 1 dari setiap 500 orang[1, 11].

Menurut National Human Genome Research Institute, kebanyakan orang dewasa dengan hiperkolesterolemia familial memiliki kadar kolesterol total lebih dari 300 mg/dl dan kadar LDL lebih dari 200 mg/dl[1].

Hiperkolesterolemia familial secara umum lebih berat daripada kasus hiperlipidemia non genetik. Penderita umumnya akan memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi serta mengalami penyakit jantung pada usia yang lebih muda[11].

Kondisi genetik ini dapat menyebabkan peningkatan kolesterol bahkan jika penderita mengkonsumsi diet yang sehat seimbang dan rutin melakukan aktivitas fisik[2].

11. Gangguan Tiroid

Hormon tiroid (terutama T3) berperan penting untuk membantu hati dalam memproses dan mengeluarkan kolesterol berlebih yang tidak dibutuhkan tubuh[3, 12].

Jika kelenjar tiroid kurang aktif (hipotiroidisme) sehingga tidak memproduksi cukup hormon tiroid, hati tidak dapat memproses kolesterol sebanyak biasanya. Sehingga tubuh hanya dapat menghilangkan lebih sedikit LDL dari darah. Kondisi ini dapat mengarah pada kadar kolesterol LDL dan total kolesterol tinggi[12].

Menurut studi, hingga 13% orang yang memiliki kolesterol darah tinggi juga memiliki tiroid yang kurang aktif[12].

12. Gangguan Hati

Hati berfungsi untuk membuat, memproses, dan memecah kolesterol. Saat hati mengalami gangguan dan tidak dapat berfungsi dengan normal, kadar kolesterol tubuh dapat terpengaruh[3, 13].

Salah satu kondisi yang umum ialah penyakit hati berlemak non alkoholik, yang mana terjadi ketika lemak berlebih disimpan di dalam hati. Kondisi ini mempengaruhi hampir seperempat dari populasi orang dewasa[3, 13].

Bentuk lebih berat dari kondisi disebut sebagai steatohepatitis nonalkohol. Kondisi ini menyebabkan hati membengkak dan terluka, mengarah pada sirosis hati[3, 13].

13. Gangguan Ginjal

Kolesterol mempengaruhi kerja ginjal. Penelitian menunjukkan bahwa kolesterol tinggi dapat mengganggu fungsi ginjal dan meningkatkan risiko penyakit ginjal[3].

Sebaliknya, gangguan pada ginjal dapat meningkatkan kadar kolesterol. Penelitian menunjukkan bahwa sindrom nefrotik mengakibatkan peningkatan kadar LDL dan total kolesterol. Penyakit ginjal kronis juga menyebabkan kadar HDL menurun[3].

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa insidensi penyakit ginjal kronis berkaitan dengan peningkatan plasma trigliserida dan kolesterol VLDL (very low density lipoprotein), serta penurunan kadar kolesterol HDL[14].

Selain itu, penyakit ginjal kronis berdampak merugikan bagi reverse cholesterol transport (proses untuk membersihkan kolesterol berlebih pada aliran darah)[14].

Penyakit ginjal kronis juga berkaitan dengan perubahan dalam fraksi HDL. Dalam kondisi normal, HDL berperan untuk mencegah aterosklerosis melalui reverse cholesterol transport. Terjadinya perubahan pada fraksi HDL mengarah pada gangguan fungsi[14].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment