7 Jenis Penyakit Eksim dan Cara Pengobatannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Eksim atau yang juga dikenal sebagai dermatitis atopik, merupakan bentuk paling umum dari dermatitis. Eksim merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi, iritasi kulit atau faktor genetik. Orang yang mengidap penyakit ini cenderung memiliki kulit kering dan gatal yang rentan terhadap infeksi. Eksim sangat identik dengan gatal dan ruam yang biasanya akan muncul pada bagian wajah atau pipi, leher, lipatan siku, lutut dan juga pergelangan kaki [1].

Mereka yang seringkali mengidap penyakit ini merupakan anak-anak namun juga ditemukan pada orang dewasa. Dilansir dari jurnal NCBI terkait eksim, menyatakan bahwa tingkat penyebaran dari dermatitis atopik adalah sekitar 15-30% pada anak-anak dan 2-10% pada orang dewasa, dan sekitar 50% pasien dengan dermatitis atopik berat akan berkembang menjadi asma kemudian 75% menjadi rintis alergi[1].

Eksim tidaklah menular namun pada kasus tertentu banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria khal ini disebabkan karena wanila lebih sering terpapar dengan pekerjaan rumah, dimana lingkungan ini sendiri memungkinkan untuk terkena paparan debu rumah, tungau, bakteri dari air [1].

Gejala utama yang seringkali dirasakan oleh penderitanya ialah gatal yang berlebihan disertai dengan kulit yang memerah, bersisik dan pecah-pecah sehingga mengakibatkan timbulnya gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah. Berikut 7 jenis eksim dan penanganannya [2]:

1. Dermatitis Atopik

Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa dermatitis atopic merupakan bentuk paling umum dari dermatitis/eksim. Jenis eksim yang satu ini termasuk ke kategori kondisi kronis dimana penyakit ini bisa diidap selama bertahun-tahun atau sepanjang hidup serta dapat tumpang tindih dengan jenis eksim lainnya [4].

Ciri khas dari penyakit ini adalah gatal yang mengganggu dan dapat mengakibatkan kulit menjadi sakit atau nyeri serta kurang tidur akibat gatal-gatal tersebut. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan ataupun mengatasi dermatitis atopik ini diantaranya[4]:

  • Menghindari pemicu atau penyebab dari munculnya eksim tersebut
  • Menjaga kebersihan misalnya dengan menjaga rutinitas mandi
  • Menggunakan pelembab yang membantu melembabkan kulit, memakan makanan sehat
  • Menjaga pola tidur yang baik serta mengelola tingkat stress

Jika beberapa metode tersebut sudah dijalankan dan belum cukup dalam penanganan, penderita penyakit ini bisa menggunakan obat-obatan yang mengandung kortikosteroid topikal, topical nonsteroid atau langsung berkonsultasi dengan dokter kulit [4].

2. Dermatitis Kontak

Tidak seperti dermatitis atopik, jenis eksim yang satu ini bukanlah eksim yang sulit diobatai dan bukan juga faktor genetic atau keturunan. Dermatitis kontak terjadi biasanya karena kulit bersentuhan dengan zat yang memicu alergi, namun memiliki beberapa gejala yang sama dengan enam jenis eksim lainnya. Ada dua jenis utama dermatitis kontak diantaranya [5]:

  • Dermatitis kontak iritan

Jenis ini diakibatkan oleh kontak antara kulit dengan sesuatu iritan, dimana iritan tersebut merupakan zat yang memicu peradangan atau gejala iritasi pada tubuh, seperti paparan dengan deterjen, sabun, pemutih atau perhiasan yang mengandung nikel, pewarna rambut atau bahkan memakai pakaian yang berbahan wol [5].

  • Dermatitis kontak alergi

Sesuai dengan namanya dermatitis kontak alergi, merupakan reaksi alergi pada kulit akibat paparan dengan benda-benda tertentu yang disebut dengan allergen. Dimana setelah terpapar tubuh akan mengalami ruam dan gatal selama satu hingga dua hari[5].

Wewangian, nikel dan pengawet thimerosal, yang ditemukan dalam beberapa antibiotil topical merupakan penyebab umum dari dermatitis kontak alergi. Untuk mengobati gejala dermatitis kontak, sangatlah penting berkonsultasi dengan dokter kulit. Selain itu obat-obatan yang mengandung steroid topical atau kortikosteroid (untuk ruam yang meluas) dapat menyembuhkan eksim ini [5].

3. Neurodermatitis

Neurodermatitis adalah rasa gatal yang hebat dimana penderitanya akan menggaruk terus menerus dan menyebabkan bercak kulit yang gatal menjadi kering, kasar dan menebal, selain itu menggaruk terus menerus dapat mengiritasi ujung saraf dikulit dan meningkatkan rasa gatal dan memicu keinginan agar terus menggaruk. Hal ini disebut sebagai likenifikasi dan neurodermatitis juga dikenal sebagai lichen simpleks kronikus [6].

Tidak seperti dermatitis atopik yang dapat menyebar luas, jenis eksim satu ini biasanya terbatas pada satu atau dua bercak kulit namun akan sulit menghilang tanpa adanya pengobatan. Bercak neurodermatitis yang tebal dan kasar dapat mengembangkan garis kulit, sisik, serta seringkali adanya perubahan warna yang jelas seperti menjadi merah, coklat atau abu-abu. Efek samping lain dari penyakit ini ialah menyebabkan luka karena seringnya menggaruk, infeksi, dan menyebabkan kerontokan rambut serta dapat mengganggu kualiatas tidur dan menggaunggu fungsi seksual [6].

Neurodermatitis dapat terjadi dimana saja pada bagian tubuh namun sering kali ditemukan pada bagian kaki, pergelangan kaki, tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, leher dan kulit kepala. Selain itu juga ditemukan pada kelopak mata juga area genital dan anal [6].

Untuk penanganan pada neurodermatitis, selain berkonsultasi dengan dokter kulit, penderita dapat mengkonsumsi atau memakai obat-obtan atau krim oles yang mengandung kortikosteroid untuk membantu meredakan peradangan dan gatal[6].

Penyakit ini juga dapat dilakukan dengan perawatan sendiri seperti, melembabkan setiap hari kulit yang terpapar dengan cara mengompres menggunakan air dingin atau bisa mandi dengan oatmeal koloid kemudian mengenakan pakaian yang longgar dan tidak mengiritasi sehingga dapat meredakan gatal, selain itu bisa memotong kuku dan menjaganya agar tetap pendek untuk mengatasi kerusakan akibat garukan [6].

4. Eksim dyshidrosis

Eksim dyshidrosis atau eksim dishidrotik ialah eksim yang menyababkan lepuh kecil dan sangat gatal ditelapak tangan, telapakak kaki dan jari tangan ataupun kaki. Bentuk umum eksim ini juga disebut pompholyx atau gelembung. Eksim ini paling sering terjadi pada orang dewasa awal yaitu antara usia 20-40 tahun [7].

Pemicu dari munculnya eksim dyshidrosis adalah benda yang mengandung nikel, alergi musiman seperti demam dan pengaruh cuaca (panas dan lembab), serta stres juga dapat menjadi pemicu. Untuk mencegah atau merawat kulit dari eksim dyshidrosis dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut [7]:

  • Cuci kuit/bagian yang terkena dengan pembersih ringan kemudian keringkan dengan lembut;
  • Oleskan krim yang mengandung bahan-bahan seperti caramide;
  • Jangan stres dan;
  • Jaga kuku agar tetap pende untuk membantu mencegah goresan.
    Selain itu, bisa berkonsultasi langsung dengan dokter kulit untuk penanganan lebih lanjut dan khusus.

5. Eksin numularis

Eksim numularis atau eksim mummular juga dikenal sebagai eksim discoid dan dermatitis nummular, eksim ini memiliki bercak melingkar yang tersebar, gatal dan terkadang keluar nanah. Sesuai dengan namanya yaitu nummular yang berarti koin dalam bahasa Latin, eksim ini mirip atau berbentuk koin pada kulit [8].

Eksim nummular dapat menyerang usia berapapun dan biasanya lebih sering menyering pria daripada wanita tanpa ada alasan yang jelas. Pemicu dari eksim ini bisa karena kulit yang sangat kering, kulit sensitife, trauma pada kulit akibat gigitan serangga, goresan atau luka bakar kimia. Eksim ini juga dapat berkembang menjadi beberapa jenis eksim lain seperti dermatitis kontak dan nikel [8].

Gejala yang dirasakan penderita eksim nummular diantaranya [8]:

  • Terdapat lesi berbentuk koin pada lengan, kaki, batang tubuh dan/atau tangan gatal yang seperti terbakar;
  • Kemudian pada sekitaran lesi akan mengeluarkan cairan atau mengeras;
  • Warna lesi atau bentuk koin tersebut pada kulit bewarna merah, merah mudah, coklat serta bersisik dan meradang.

Seperti dermatitis atopik, eksim nummular sering terinfeksi staphylococcus aureus (staph), yang perlu diobato bersama dengan peradangan kulit untuk membersihkan kondisinya [8].

Pengobatannya sendiri dapat menggunakan kortikosteroid topikal potensi sedang atau tinggi bersama dengan antibiotic topikal. Sedangkan jika bercak eksim sangat berair dan mengeluarkan cairan, dapat ditangani dengan mengaplikasikan kompres astringen untuk membantu mengeringkan area tersebut dan mengusir infeksi staph [8].

6. Dermatitis seboroik

Merupakan bentuk eksim kronis, dermatitis seberoik dapat muncul dibeberapa bagian tubuh dimana terdapat banyak kelenjar penghasil minyak, seperti pada punggung bagian atas, hidung dan kulit kepala. Pemicu dari munculnya dermatitis seboroik sendiri adalah reaksi inflamasi terhadap ragi Malassezia berlebih, hal ini menyebabkan respon peradangan yang mengakibatkan perubahan kulit [9].

Pada kondisi tertentu ini dapat meningkatkan risiko seorang terken dermatitis serboroik, termasuk psoriasis, HIV, jerawat, rosacea, penyakit Parkinson, epilepsy, alkoholisme, depresi, gangguan makan dan pemulihan dari stroke atau serangan jantung [9].

Ciri dermatitis seboroik sendiri pada bayi biasanya muncu dikulit kepala berupa bercak bersisik dan berminyak, atau akan muncul pada pantat bayi yang biasanya disalah artikan sebagai ruam popok suatu bentuk dari dermatitis kontak. Dan pada remaja atau orang dewasa biasanya ditemukan pada kulit kepala, di sisi hidung, didalam dan disekitar alis, di dada tengah, punggung atas, ketiak dan daerah selangkangan, dimana akan muncul kemerehan, pembengkakakn dan sisik berminyak [9].

Untuk penanganannya sendiri, pada bayi menggunakan emolien seperti minyak mineral atau petroleum jelly gunanya untuk mengendurkan sisik dengan lembut. Begitu juga dengan orang dewasa pengobatannya ditujukan untuk menghilangkan sisik, mengurangi rasa gatal dan menenangkan peradangan yang menyebabkan kemerahan dan pembengkakan [9].

Untuk pengobatan kasus ringan dokter kulit sendiri biasanya menyarankan dengan krim anti jamur topikal atau menggunakan sampo obat/anti jamur, namun jika sudah parah maka akan menggunakan intermiten kortikosteroid topikal atau inhibitor kalseneurin sesuai dengan resep dokter kulit [9].

7. Dermatitis statis

Dikenal atau disebut juga dengan dermatitis grativasi, eksim vena dan dermatitis statis vena dimana penyebab terjadinya ialah Ketika ada insufisiensi vena atau sirkulasi yang buruk di kaki bagian bawah, Ketika katup di vena kaki yang membantu mendorong darah kembali ke jantung melemah dan mengeluarkan cairan [10].

Insufisiensi vena dapat disebabkan oleh penuaan, tetapi juga dapat menandakan kondisi medis serius seperti penyakit jantung atau ginjal [10].

Dermatitis statis biasanya menyerang orang yang berusia diatas 50 tahun dan seringkali penderitanya merupakan wanita. Faktor risiko lain yang menyebabkan dermatitis statis diantaranya: pembuluh mekar, tekanan darah tinggi, obesitas, operasi vena, kehamilan ganda, riwayat penggumpalan darah di kaki, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan faktor gaya hidup tertentu seperti jarang melakukan aktivitas fisik atau melakukan pekerjaan yang hanya berdiri dan/atau duduk berjam-jam [10].

Untuk perawatannya sendiri dapat dilakukan dengan mengobati akar penyebabnya serta mengendalikan berbagai gejalanya. Tes yang dilakukan sendiri selain memeriksa pada bagian kulit juga menjalankan tes untuk memeriksa aliran darah untuk mengidentifikasi penyebab sirkulasi yang buruk [10].

Perawatan lain yang dapat dilakuka diantaranya: melakukan stoking kompresi untuk mengurangi pembengkakan, meninggikan kaki diatas jantung setiap dua jam sekali untuk mengurangi pembengkakan, mengindari makanan yang tinggi kandungan garam, meminum suplemen vitamin C secara rutin, serta bisa menggunakan obat yang mengandung kortikosteroid topikal untuk menenangkan peradangan [10].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment