Omeprazole merupakan obat golongan proton pump inhibitor (PPI) yang secara kuat mampu menghambat sekresi asam lambung sehingga kecil kemungkinan terjadinya iritasi dan inflamasi saluran pencernaan [9].
Perlu diketahui bahwa omeprazole bukan merupakan obat terapi pilihan pertama untuk pengobatan heartburn (rasa panas pada dada yang disebabkan oleh asam lambung). Obat ini juga dapat menyebabkan gejala baru lupus atau keadaan lupus yang memburuk [2].
Daftar isi
Omeprazole adalah obat saluran pencernaan terutama lambung yang mampu menangani beberapa penyakit saluran pencernaan seperti penyakit gastroesophageal reflux (GERD), tukak duodenum, esofagitis, erosif, dan gangguan terkait asam pada saluran pencernaan lainnya [7].
Guna menjadikan efek terapi omeprazole tepat guna, berikut ini akan dijelaskan beberapa informasi yang akan dibutuhkan sebelum menggunakan omeprazole [1,2,3].
Indikasi | Obat Maag (PPI) |
Kategori | OTC (Obat bebas) dan Obat resep |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Antasida, Agen Antireflux, Antiulcerant, PPI (Proton Pump Inhibitor), Benzimidazole Tersubtitusi |
Bentuk | Kapsul, Injeksi, Suspensi oral, Serbuk |
Kontraindikasi | → Penggunaan bersamaan dengan nelfinavir → Pasien yang alergi terhadap obat-obatan seperti omeprazole, seperti esomeprazole, lansoprazole, pantoprazole, rabeprazole, Nexium, Prevacid, Protonix, dan lainnya → Pasien yang mengonsumsi obat HIV yang mengandung rilpivirine (seperti Complera, Edurant, Odefsey, Juluca) |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan Omeprazole: → Pasien dengan simpanan nutrisi tubuh yang berkurang atau faktor risiko untuk penyerapan vitamin B12 yang berkurang → Pasien dengan risiko osteoporosis → Pasien dengan gangguan hati dan orang tua → Pasien hamil dan menyusui → Pasien yang memiliki metabolisme ultrarapid CYP2C19 → Pasien yang memiliki masalah atau rasa sakit saat menelan → Pasien dengan keluhan perut mulas yang telah berlangsung selama lebih dari 3 bulan → Pasien yang sering nyeri dada, mulas disertai mengi → Pasien dengan penurunan berat badan yang tidak biasa → Pasien dengan penyakit liver → Pasien dengan tingkat magnesium dalam darah yang rendah → Pasien osteoporosis atau kepadatan mineral tulang yang rendah (osteopenia) |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui PO (Diminum): Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Omeprazole dapat digunakan dalam penyakit yang berkaitan dengan pencernaan. Berikut ini merupakan contoh penyakit pencernaan yang dapat teratasi oleh pemberian omeprazole [1,2,4,6,8].
Omeprazole yang berfungsi sebagai obat saluran pencernaan ini dapat digunakan baik oleh pasien dewasa maupun anak-anak.
Berikut ini akan diberikan penjelasan mengenai dosis Omeprazole supaya efektifitas terapi obat ini menjadi maksimal [2,3].
Duodenal Ulcer / Luka Duodenum (Luka Usus 12 Jari) ⇔ Penggunaan: Pengobatan jangka pendek untuk ulkus duodenum (luka usus 12 jari) aktif → Dosis: 20 mg secara oral 1 x sehari → Durasi terapi: 4 minggu → Catatan: Jika pasien tidak sembuh total setelah 4 minggu, pemberian omeprazole dilanjutkan selama 4 minggu lagi |
Infeksi Bakteri Helicobacter pylori → Terapi ganda: 40 mg per oral 1 x sehari diminum bersamaan dengan klaritromisin → Durasi terapi: 14 hari → Terapi rangkap tiga: 20 mg per oral 2 x sehari diminum bersamaan dengan amoksisilin dan klaritomisin → Durasi terapi: 10 hari |
Gastric Ulcer (Tukak Lambung) ⇔ Penggunaan: Pengobatan jangka pendek tukak lambung jinak aktif → Dosis: 40 mg per oral 1 x sehari → Durasi terapi: 4-8 minggu |
Esofagitis Erosif → Dosis: 20 mg per oral 1 x sehari → Dosis pemeliharaan: 20 mg per oral 1 x sehari → Durasi terapi: 4-8 minggu |
Kondisi Hipersekresi Patologis → Dosis (Oral): 60 mg per oral 1 x sehari → Dosis (Injeksi): 40 mg 1 x sehari diberikan melalui infus selama 20-30 menit sampai pemberian oral memungkinkan → Dosis Maksimum: 360 mg/hari (120 mg per oral 3 x sehari) |
Gastroesophageal Reflux ⇔ Penggunaan: Pengobatan perut mulas dan gejala lain yang berhubungan dengan GERD → Dosis: 20 mg per oral 1 x sehari → Durasi terapi: Hingga 4 minggu |
Dispepsia → Dosis: Formulasi OTC (Obat Bebas) sebanyak 20 mg per oral 1 x sehari pada pagi hari → Durasi terapi: 14 hari |
Luka (Ulser) Terkait NSAID ⇔ Oral → Dosis: 20 mg 1 x sehari selama 8 minggu → Dosis pemeliharaan: 20 mg 1 x sehari |
Sindrom Zollinger-Ellison ⇔ Injeksi → Pemberian awal sebanyak 60 mg / hari via infus selama 20-30 menit, sesuaikan dosis sesuai respon → Dosis harian > 60 mg harus diberikan dalam 2 dosis terbagi ⇔ Oral → Pemberian awal 60 mg / hari, sesuaikan sesuai kebutuhan → Dosis biasa: 20-120 mg sehari → Dosis > 80 mg harus diberikan dalam 2 dosis terbagi. |
⇔ Pada Pasien Gagal Hati → 10-20 mg per hari |
Esofagitis Erosif ⇔ Usia 1 bulan hingga kurang dari 1 tahun: → Berat 3 sampai kurang dari 5 kg: 2,5 mg diminum 1 x sehari → Berat 5 sampai kurang dari 10 kg: 5 mg secara oral 1 x sehari → Berat 10 kg dan lebih: 10 mg diminum 1 x sehari → Durasi terapi: Hingga 6 minggu ⇔ Usia 1-16 tahun → Berat 5 sampai kurang dari 10 kg: 5 mg secara oral 1 x sehari → Berat 10 sampai kurang dari 20 kg: 10 mg secara oral 1 x sehari → Berat 20 kg atau lebih: 20 mg diminum 1 x sehari → Durasi terapi: 4-8 minggu ⇔ Usia 16-18 tahun → 20 mg secara oral 1 x sehari → Durasi terapi: 4-8 minggu Dosis Pemeliharaan ⇔ Usia 1-16 tahun → Berat 5 sampai kurang dari 10 kg: 5 mg secara oral 1 x sehari → Berat 10 sampai kurang dari 20 kg: 10 mg secara oral 1 x sehari → Berat 20 kg atau lebih: 20 mg diminum x sehari ⇔ Usia 16-18 tahun → 20 mg secara oral 1 x sehari |
Penyakit Refluks Gastroesofageal ⇔ Usia 1-16 tahun → Berat 5 sampai kurang dari 10 kg: 5 mg secara oral sekali sehari → Berat 10 sampai kurang dari 20 kg: 10 mg secara oral sekali sehari → Berat 20 kg atau lebih: 20 mg diminum sekali sehari → Durasi terapi: Hingga 4 minggu ⇔ Usia 16-18 tahun → 20 mg secara oral 1 x sehari → Durasi terapi: Hingga 4 minggu |
Setiap bahan kimia termasuk obat yang dirancang sesuai dengan kaidah kimia pasti memiliki efek samping pada tubuh, meskipun efek tersebut tidak diinginkan oleh para penggunanya.
Efek samping obat ini dapat terjadi apabila dosis pemakaian pada obat tidak tepat yaitu kemungkinan terjadinya underdose (dosis penggunaan kurang dari dosis tepat) atau overdose (dosis penggunaan terlalu besar) sehingga menimbulkan toksisitas.
Berikut ini akan diberikan beberapa efek samping akibat penggunaan omeprazole [2].
Efek samping yang sangat jarang terjadi (beritahu dokter segera jika anda mengalaminya):
Insiden yang tidak diketahui:
Gejala Overdosis (dapatkan bantuan darurat segera jika mengalami salah satu dari gejala overdosis berikut):
Informasi Efek Omeprazole bagi Tenaga Medis :
Berikut ini merupakan beberapa efek samping dari omeprazole yang akan diperlukan bagi tenaga medis.
Informasi yang mendetail akan sangat dibutuhkan bagi para pengguna ataupun tenaga medis yang akan menggunakan atau menyarankan penggunaan dari obat omeprazole.
Maka, berikut akan kami berikan informasi yang lebih mendetail dari obat omeprazole [2,3].
Penyimpanan | Tablet dan injeksi: → Simpan pada suhu kamar antara 20-25°C → Lindungi dari cahaya maupun suhu yang lembab |
Cara Kerja | Deskripsi: Omeprazole adalah agen antisekretori lambung benzimidazole tersubstitusi yang juga dikenal sebagai obat golongan proton pump inhibitor (PPI). Obat ini memblokir langkah terakhir dalam sekresi asam lambung dengan penghambatan spesifik sistem enzim adenosin trifosfatase (ATPase) yang ada di permukaan sekretori sel parietal lambung. Baik asam basal dan asam yang distimulasi dihambat. Onset kerja: Antisekretori: Kira-kira 1 jam. Durasi: Hingga 72 jam. ⇔ Farmakokinetik: Penyerapan: Cepat tetapi diabsorbsi secara bervariasi dari saluran gastrointestinal. Bioavailabilitas: Sekitar 30-40%. Waktu omeprazole untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: 0,5-3,5 jam. Distribusi: Memasuki ASI. Ikatan dengan protein plasma: Sekitar 95%. Metabolisme: Dimetabolisme di hati terutama oleh isoenzim CYP2C19 menjadi hidroksil-omeprazol; dan tingkat yang lebih rendah oleh CYP3A4 menjadi omeprazole sulfone. Ekskresi: Terutama melalui urin (kira-kira 77% sebagai metabolit, jumlah kecil sebagai obat tidak berubah); kotoran (jumlah kecil). Waktu paruh eliminasi: 0,5-3 jam. |
Interaksi dengan obat lain | → Penggunaan omeprazole bersamaan dengan clopidogrel menyebabkan penurunan keefektifan dari clopidogrel dalam mencegah serangan jantung atau stroke → Penggunaan omeprazole bersamaan dengan metotreksat menyebabkan peningkatan kadar darah dan efek samping metotreksat → Penggunaan omeprazole bersamaan dengan rifampin menyebabkan penurunan kadar dan efek omeprazole dalam darah → Penggunaan omeprazole bersamaan dengan acalabrutinib menyebabkan gangguan penyerapan acalabrutinib dan mengurangi efektivitasnya Penggunaan omeprazole bersamaan dengan amikasin dapat menyebabkan hipomagnesemia (kadar magnesium dalam darah rendah) → Penggunaan omeprazole bersamaan dengan cilostazol menyebabkan peningkatan kadar cilostazol dalam darah sehingga tingkat risiko dan / atau tingkat keparahan efek samping meningkat → Penggunaan omeprazole bersamaan dengan multivitamin atau mineral menyebabkan penurunan konsentrasi serum multivitamin atau mineral |
Interaksi dengan makanan | → Penggunaan dengan tanaman berbunga St. John’s wort menyebabkan penurunan konsentrasi serum |
Overdosis | ⇔ Gejala: Mual, muntah, pusing, sakit perut, diare, sakit kepala, depresi, dan kebingungan ⇔ Cara Mengatasi: Diperlukan pengobatan simptomatik atau pengobatan yang mendukung |
Pengaruh pada hasil lab | Dapat menghasilkan hasil positif palsu dalam tes diagnostik untuk tumor neuroendokrin |
Apakah setelah penggunaan omeprazole boleh melakukan pekerjaan berat dan berkendara?
Omeprazole dapat menyebabkan sakit kepala (pusing) dan atau menyebabkan penglihatan kabur. Apabila terjadi efek samping tersebut, tidak disarankan untuk berkendara maupun melakukan pekerjaan berat [2].
Apakah omeprazole termasuk antibiotik?
Omeprazole bukan merupakan antibiotik, namun dapat dikombinasikan dengan beberapa obat agar efek antibiotiknya terhadap bakteri Helicobacter pylori semakin efektif [2,5].
Bagaimana cara mengonsumsi omeprazole?
Omeprazole kebanyakan dikonsumsi sebelum makan (setidaknya 1 jam sebelum makan). Untuk informasi lebih lanjut, konsultasikan kepada dokter maupun petugas kesehatan yang berwenang [2].
Bagaimana cara menggunakan omeprazole suspensi?
Penggunaan omeprazole suspensi oral harus didahului dengan mengocok suspensinya sebelum mengukur dosis. Gunakan jarum suntik ataupun pengukur dosis obat [2].
Bagaimana jika penggunaan omeprazole terlewat satu dosis?
Apabila Anda melewatkan dosis untuk penggunaan omeprazole, segera konsumsi omeprazole tanpa menggunakan dosis ekstra dan apabila mendekati waktu dosis konsumsi berikutnya, gunakan omeprazole sesuai dengan jadwal maupun dosisnya [2].
Apakah omeprazole diperbolehkan untuk dikonsumsi pasien hamil dan menyusui?
Kategori omeprazole untuk ibu hamil dan menyusui adalah kategori C. Obat dengan kategori ini dapat memberikan efek buruk pada janin, namun penelitian pada manusia masih belum memadai. Saran yang dapat diberikan adalah sesuaikan dengan petunjuk dokter.
Apabila sulit menemui omeprazole di pasaran, berikut ini akan kami berikan informasi mengenai beberapa obat merek dagang dari omeprazole yang mengandung bahan aktif dari obat tersebut [2].
Brand Merek Dagang |
Prilosec |
Prilosec OTC |
Zegerid |
Omesec |
1. Anonim. Drugbank.ca. Omeprazole. 2020.
2. Anonim. Drugs.com. Omeprazole. 2020.
3. Anonim. Mims.com. Omeprazole. 2020.
4. Anonim. Webmd.com. Omeprazole. 2020.
5. D Jonkers, E. van den Broek, I. van Dooren, C. Thijs, E. Dorant, G. Hageman, E. Stobberingh. Antibacterial effect of garlic and omeprazole on Helicobacter pylori. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 1999.
6. Edaire Cheng, Xi Zhang, Xiaofang Huo, Chunhua Yu, Qiuyang Zhang, David H Wang, Stuart Jon Spechler, Rhonda F Souza. Omeprazole blocks eotaxin-3 expression by oesophageal squamous cells from patients with eosinophilic oesophagitis and GORD
. Gut Journal. 2013.
7. Laura Dean. Omeprazole therapy and CYP2C19. National Center for Biotechnology Information. 2016.
8. Paul Westervelt, Kihoon Chom David R. Bright, David F. Kisor. Drug-gene interactions: inherent variability in drug maintenance dose requirements. P & T : a peer-reviewed journal for formulary management vol. 39. 2014.
9. Yoshikazu Kinoshita, Norihisa Ishimura, and Shunji Ishihara. Advantages and disadvantages of long-term proton pump inhibitor use. Journal of Neurogastroenterol and Motility, Vol. 24 No. 2. 2018.