Salah satu masalah kesehatan pada pria seringkali terjadi pada alat reproduksi, yakni bagian penis [1].
Ketika penis mengeluarkan darah, hal ini bisa menjadi pertanda gangguan kesehatan yang buruk serta berbahaya [1].
Terdapat dua jenis kondisi penis berdarah yang perlu diwaspadai setiap pria, yaitu [1,2] :
- Darah pada sperma, yakni disebut juga dengan istilah hematospermia. Kondisi ini ditandai dengan keluarnya sperma bersama darah, nyeri saat ejakulasi, atau buang air kecil berdarah. Seringkali kondisi ini juga dapat berhubungan dengan penyakit seksual menular.
- Darah pada urine, yakni ketika buang air kecil atau penis mengeluarkan urine beserta darah yang juga disebut dengan istilah hematuria. Seringkali, hal ini disertai dengan rasa sakit setiap buang air kecil atau justru sulit buang air kecil. Urine bahkan mengalami perubahan warna, seperti menjadi lebih gelap atau terlihat sangat keruh.
Agar dapat mengatasi dengan tepat, kenali berbagai penyebab penis berdarah seperti di bawah ini.
Daftar isi
1. Olahraga Ekstrem
Para pria yang merupakan atlet dan melakukan olahraga ekstrem, seperti halnya pelari maraton memiliki risiko tinggi mengalami penis berdarah [1,2].
Meski demikian, kondisi penis berdarah ini bersifat sementara dan biasanya terjadi dalam bentuk buang air kecil berdarah [1,2].
Jika latihan keras tanpa disertai asupan cairan yang cukup, dehidrasi dapat terjadi, berikut sel-sel darah merah yang pecah sehingga hematuria terjadi [1].
Namun, kondisi ini umumnya tidak bertahan lama dan bahkan tak mencapai 72 jam untuk membaik [1].
2. Cedera Penis
Penis berdarah juga dapat disebabkan oleh cedera pada bagian penis [1,2].
Kedua jenis kondisi penis berdarah (urine dan sperma berdarah) dapat dialami oleh pria yang mengalami cedera penis [1,2].
Tidak hanya karena kecelakaan, faktor seperti cedera saat olahraga hingga cedera saat melakukan hubungan intim pun dapat menjadi penyebab [1,2].
Pada cedera penis, selain penis berdarah, area luar penis juga akan tampak memar dan terasa sakit [1,2].
Pengobatan : Tergantung dari jenis cedera yang terjadi, dokter dapat memberikan obat topikal maupun obat oral untuk penyembuhan [1].
Namun jika terjadi fraktur/patah tulang, operasi adalah tindakan medis yang perlu ditempuh penderita [1].
3. Vasektomi
Vasektomi adalah salah satu tindakan operasi yang masih merupakan metode kontrasepsi bagi pria [1,3].
Prosedur ini dilakukan dengan memotong saluran sperma ke air mani supaya sperma tidak ada pada air mani; dengan kata lain, ini merupakan tindakan pencegahan kehamilan [1,3].
Meski pada umumnya prosedur ini aman, kemungkinan bahwa efek samping dapat terjadi tetap ada dan hal itu termasuk perdarahan pada sperma ditambah pembengkakan penis dan nyeri [1,3,4].
Meski demikian, penis berdarah dan gejala-gejala yang menyertainya tidak bertahan lama; dalam beberapa hari penis penderita akan pulih seperti sedia kala [1,4].
Namun jika efek berlanjut, segera konsultasikan efek tersebut dengan dokter supaya segera mendapat penanganan yang sesuai.
4. Pembesaran Prostat
Penis berdarah juga dapat disebabkan oleh pembesaran prostat jinak yang biasanya juga ditandai dengan ketidaklancaran buang air kecil [1,5].
Pria usia 60 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi mengalami pembesaran prostat dengan gejala-gejala umum seperti [1,5] :
- Inkontinensia urine
- Melemahnya aliran urine
- Setiap buang air kecil harus mengejan
- Setiap buang air kecil di awal urine tidak mudah keluar
- Sering buang air kecil saat malam hari
- Walau sering buang air kecil, urine yang keluar serasa tidak tuntas
- Setiap mengakhiri buang air kecil urine selalu menetes
- Berpotensi mengalami retensi urine (urine sama sekali tidak keluar)
Pada tahap urine tak bisa keluar sama sekali, biasanya hematuria dan hematospermia ikut terjadi bersama dengan rasa nyeri setiap buang air kecil [5].
Pengobatan : Ketika ketiga kondisi terakhir terjadi, segera ke dokter dan dokter akan memberi obat pemudah buang air kecil seperti penghambat alfa dan obat pengempis prostat yang membesar seperti penghambat 5-alpha reductase [1,5].
Jika tak bisa diatasi dengan obat-obatan, dokter akan merekomendasikan kepada pasien tindakan operasi [5].
5. Penyakit Seksual Menular
Penis berdarah dapat pula menjadi tanda seorang pria menderita penyakit menular seksual, yaitu infeksi yang penularannya terjadi melalui hubungan seksual [1,6].
Penyakit ini bisa terjadi pada wanita maupun pria, namun pada pria, gejala dapat berupa penis nyeri, penis berdarah, dan penis beruam atau melepuh [6].
Selain itu, tanda bahwa seorang pria mengalami infeksi menular seksual adalah [6] :
- Nyeri saat buang air kecil
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Timbul sensasi panas dan gatal pada penis
- Kulit penis memerah dan kering
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang timbul di area selangkangan
- Perut bagian bawah terasa sakit
- Kencing nanah
- Demam disertai tubuh menggigil
Baik virus maupun bakteri dapat menjadi penyebab infeksi menular seksual pada pria [6].
Pengobatan : Penanganan penyakit menular seksual disesuaikan dengan penyebabnya [1,6].
Maka jika disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik (khususnya pada kasus sifilis, klamidia, dan gonore) [1,6].
Jika disebabkan oleh virus, dokter akan meresepkan antivirus (khususnya pada kasus herpes genital) [1,6].
6. Brakiterapi
Brakiterapi merupakan tindakan medis untuk penderita kanker dengan memasang bahan radioaktif di dalam tubuh [1,7]].
Proses memasukkan radiasi dilakukan oleh dokter dengan dosis tinggi, terutama pada area tubuh yang terserang kanker [1,7].
Berbeda dari radioterapi yang menggunakan mesin pemancar radiasi ke tubuh pasien, namun tujuannya adalah sama, yakni membunuh sel kanker atau setidaknya menyusutkan ukuran kanker [1,7].
Beberapa jenis kanker yang umumnya dapat diatasi dengan prosedur brakiterapi adalah [7] :
- Kanker mata
- Kanker prostat
- Kanker vagina
- Kanker serviks
- Kanker paru-paru
- Kanker kulit
- Kanker empedu
- Kanker payudara
Bila brakiterapi diterapkan pada area penis, efek samping yang berpeluang terjadi meliputi perdarahan, pembengkakan, dan nyeri pada penis [1].
Namun, efek samping karena tindakan medis biasanya hanya sementara dan akan hilang terutama setelah berhenti menempuh terapi ini [1].
7. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika kandung kemih, ginjal, ureter atau uretra mengalami infeksi [8].
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang juga kerap menginfeksi ginjal dengan tanda sakit pinggang demam, diare, mual dan muntah [8].
Penis berdarah dalam bentuk buang air kecil disertai darah dapat terjadi sebagai gejala infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal bersama dengan beberapa tanda lain, seperti [1,2,8] :
- Nyeri pinggang
- Mual
- Nyeri perut bawah
- Muntah
- Nyeri dan sensasi terbakar setiap buang air kecil
- Demam
- Tubuh menggigil dan berkeringat
- Tubuh lemas
- Perubahan warna urine menjadi keruh
- Urine berbau tak sedap dan menyengat
- Lebih sering buang air kecil namun urine keluar sedikit-sedikit
Pengobatan : Karena merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik untuk pasien, seperti cephalexin, trimethoprim, nitrofurantonin, fosfomycin, dan cetriaxone [8].
Sementara jika infeksi ginjal terjadi, antibiotik berupa levofloxacin dan ciprofloxacin akan dokter resepkan [8].
8. Prostatitis
Prostatitis atau peradangan kelenjar prostat disebabkan oleh infeksi bakteri [1,2,9].
Penis berdarah (melalui sperma atau urine) dapat menjadi salah satu gejala utama prostatitis yang disertai pula dengan beberapa gejala lain seperti [1,2,9] :
- Aliran urine setiap buang air kecil melemah
- Tubuh demam
- Buang air kecil lebih sering pada malam hari
- Nyeri di area penis, punggung bawah, pangkal paha, perut dan testis
- Nyeri saat ejakulasi, buang air kecil, dan buang air besar
- Tubuh menggigil saat demam
- Setiap buang air kecil urine yang keluar berbau tak sedap dan juga berbusa
Pengobatan : Dokter akan meresepkan antibiotik, obat pereda nyeri, dan penghambat alfa untuk pasien prostatitis [9].
Namun pada kasus prostatitis di mana terdapat batuk pada prostat, pasien perlu menempuh prosedur bedah pengangkatan kelenjar prostat (sebagian atau total) [9].
9. Epididimitis
Epididimitis adalah radang yang menyerang tabung penghubung antara testis dan saluran pembawa sperma menuju penis di mana tabung ini disebut dengan epididimis [1,10].
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, namun ada pula kasus epididimitis yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi [10].
Selain penis mengeluarkan darah, nanah atau cairan, gejala epididimitis juga meliputi [1,10] :
- Demam
- Nyeri pada salah satu testis
- Skrotum membengkak, memerah dan hangat
- Kelenjar getah bening membengkak pada selangkangan
- Nyeri perut bagian bawah
- Nyeri setiap buang air kecil
- Frekuensi buang air kecil meningkat
Pengobatan : Antibiotik adalah obat untuk penanganan utama epididimitis, namun dokter juga dapat meresepkan obat pereda nyeri demi meredakan gejala pasien [1,10].
Jika penis mengalami abses, prosedur bedah perlu ditempuh pasien supaya nanah bisa dikeluarkan [1,10].
10. Batu Ginjal
Batu ginjal juga disebut dengan istilah nefrolitiasis, yakni materi keras berasal dari garam dan mineral yang terbentuk pada ginjal [1,11].
Karena menyerupai batu, maka batu ginjal merupakan sebutan bagi kondisi ini [11].
Beberapa kondisi seperti obesitas, kurang asupan air putih, dan efek prosedur bedah pada organ pencernaan kerap menjadi faktor peningkat risiko batu ginjal [11].
Penis berdarah (buang air kecil berdarah) dapat menjadi salah satu gejala batu ginjal yang disertai dengan tanda lain seperti [1,11] :
- Nyeri pada skrotum dan testis
- Demam
- Nyeri punggung bawah
- Nyeri setiap buang air kecil
- Frekuensi ingin buang air kecil bertambah
- Jumlah urine setiap buang air kecil sedikit
- Mual dan muntah
Pengobatan : Batu ginjal perlu ditangani dengan pasien mengonsumsi air putih lebih banyak, terutama bila ukuran batu masih kecil agar bisa dikeluarkan secara alami [11].
Obat pereda nyeri dan penurun demam juga dapat pasien konsumsi [11].
Jika batu sudah berukuran cukup besar, dokter merekomendasikan prosedur bedah untuk mengeluarkan batu tersebut dari ginjal [11].
11. Orkitis
Orkitis merupakan radang yang menyerang testis, baik salah satu atau kedua testis [12].
Orkitis terjadi sebagai dampak dari infeksi virus maupun bakteri dan biasanya menyebabkan gejala berupa [1,12] :
- Penis berdarah (khususnya pada sperma yang keluar)
- Nyeri setiap ejakulasi
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Pembengkakan kelenjar getah bening (terutama pada pangkal paha) yang disertai nyeri
- Demam, mual dan muntah
- Pembengkakan di salah satu atau kedua testis
- Tubuh cepat lelah
Pengobatan : Penanganan orkitis umumnya dengan pemberian antibiotik oleh dokter [12].
Selain itu, sebagai pereda gejala nyeri, obat antiinflamasi nonsteroid juga akan dokter berikan kepada pasien [12].
12. Kanker Kandung Kemih
Kanker kandung kemih merupakan kondisi saat sel-sel abnormal tumbuh di kandung kemih sehingga penis berdarah menjadi salah satu gejala utama, terutama saat buang air kecil urine keluar bersama darah [1,2].
Gejala lain yang patut diwaspadai sebagai kanker kandung kemih adalah [13] :
- Nyeri pada penis setiap buang air kecil
- Sensasi panas terbakar setiap buang air kecil
- Peningkatan frekuensi buang air kecil
- Inkontinensia urine
- Nyeri tulang dan panggul
- Nafsu makan hilang dan berat badan turun
Pengobatan : Kanker kandung kemih dapat ditangani melalui prosedur kemoterapi, imunoterapi, radioterapi, serta operasi [1,13].
13. Kanker Prostat
Kanker prostat merupakan jenis kanker yang menyerang kelenjar prostat di mana risiko kanker ini lebih tinggi pada pria usia 65 tahun ke atas [14].
Pada awal pertumbuhan kanker, biasanya penderita tidak menyadarinya karena tak ada gejala yang nampak [14].
Namun saat kanker bertambah parah, beberapa gejala seperti penis berdarah (urine disertai darah), sulit buang air kecil, dan ketidaklancaran buang air kecil [1,14].
Pengobatan : Kanker prostat umumnya diatasi melalui metode operasi, krioterapi, kemoterapi, radioterapi, hingga terapi hormon [1,14].
Mengetahui penyebab penis berdarah secara dini akan membantu penderita dalam mendapatkan penanganan medis yang tepat sehingga mampu menurunkan risiko komplikasi.