Analgesik: Manfaat dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Analgesik adalah obat-obatan yang digunakan untuk meredakan nyeri. Obat ini juga dikenal dengan sebutan painkiller atau pereda nyeri. Secara teknis, istilah analgesik merujuk pada obat yang bisa mengurangi nyeri tanpa menyebabkan penggunanya kehilangan kesadaran seperti anestesi atau obat bius. [1, 2, 3, 4]

Manfaat Analgesik

Banyak jenis obat memiliki kemampuan untuk meredakan nyeri, dan para ahli biasanya memasukkan obat-obatan yang memili cara kerja yang sama ke dalam satu kelompok yang sama. Dua kelompok pereda nyeri yang paling umum adalah nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dan opioid (narkotik). Diluar dua kelompok ini masih ada banyak lagi.

Kadang-kadang, para ahli akan mengelompokkan analgesik berdasarkan potensinya, atau seberapa kuat efeknya. Pengelompokan ini dicontohkan dalam tangga analgesik dari WHO (World Health Organization).

  • Analgesik yang termasuk non-opioid seperti acetaminophen dan NSAIDs disarankan untuk nyeri ringan hingga menengah.
  • Opioid ringan, seperti codeine, dihydrocodeine atau tramadol diberikan untuk nyeri menengah hingga berat
  • Opioid yang lebih kuat, seperti oxycodne dan morfin, untuk nyeri yang sangat berat.

Nyeri adalah pengalaman yang kompleks dan unik bagi setiap orang. Pengalaman ini melibatkan berbagai faktor dan jalur fisiologis dan persepsi. Nyeri juga dideskripsikan sebagai “suatu pengalaman emosional dan sensor yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial.” [4]

Rasa nyeri yang kita rasakan secara umum bisa dibagi menjadi empat langkah: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

  • Transduksi melibatkan stimulasi nociceptor di bagian jaringan dengan berbagai stimuli noxious.
  • Transmisi membawa tindakan induksi potensial melalui Fast A-delta dan serat C yang lebih lambat ke dorsal horn di tulang belakang, kemudian lebih jauh lagi ke thalamus dan akhirnya tiba di cerebral cortex.
  • Modulasi sinyal nociceptive terjadi karena stimulasi turun melalui jalur inhibitor dari otak dan batang otak, sehingga mengubah sinyal yang akhirnya mencapai otak untuk kemudian diterjemahkan sebagai rasa sakit atau nyeri.

Tiap jenis analgesik bekerja dengan cara yangberbeda dalam meredakan nyeri: [5]

  • Opioid mengurangi sinyal rasa sakit yang dikirim oleh sistem syaraf dan reaksi otak terhadap sinyal tersebut.
  • Acetaminophen bekerja dengan cara mengubah cara tubuh merasakan nyeri.
  • NSAIDs menutup efek prostaglandin (zat kimia dalam tubuh dengan kualitas seperti hormon), sehingga mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.

Analgesik bisa digunakan untuk meredakan nyeri yang disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk:

Yang harus dicatat, jenis analgesik yang digunakan untuk tiap-tiap nyeri tidak sama.

Jenis-Jenis Analgesik dan Perbedaannya

Analgesik dibedakan berdasarkan cara kerjanya dan seberapa kuat efeknya (potensi). Ada juga perbedaan-perbedaan dari cara masing-masing obat diserap, disebarkan, dimetabolisasi dan dihasilkan dalam tubuh.

Di dalam kelas analgesik yang sama (misalnya NSAIDs), ada beberapa perbedaan dari sisi efek samping, potensi, dan cara penggunaannya (misalnya, diminum, dioles, atau disuntikkan). [1, 2, 3, 4]

Berikut adalah kelas-kelas analgesik yang berbeda tersebut: [1, 3, 4]

1. Analgesik kombinasi, termasuk analgesik narkotik kombinasi

Mengandung analgesik yang digabungkan dengan analgesik lainnya, atau dengan zat lain yang meningkatkan efek analgesik (misalnya kafein) atau merangsang rasa kantuk atau efek lainnya yang diperlukan.

Beberapa contoh kombinasi tersebut adalah:

  • Acetaminophen + aspirin
  • Acetaminophen + aspirin + kafein
  • Acetaminophen + kafein
  • Hydrocodone + ibuprofen
  • Ibuprofen + diphenhydramine
  • Tramadol + acetaminophen

2. Agen antimigrain

Obat-obatan dalam kelas ini digunakan untuk meredakan nyeri yang terjadi akibat sakit kepala migrain. Ada beberapa kelas obat yang bisa meredakan migrain seperti ergot, triptan, dan NSAIDs. Beberapa obat ini tersedia dalam kombinasi dengan kafein (kafein bisa meningkatkan efektivitas bahan-bahan lain dan memiliki sifat analgesik).

Analgesik yang termasuk kelas ini, misalnya:

3. Inhibitor COX-2

Inhibitor cox-2 adalah jenis NSAID yang secara spesifik menghalangi enzim COX-2. Enzim COX-2 bertanggung jawab dalam hal melepaskan prostaglandin setelah terjadinya infeksi atau cedera. NSAID yang mendukung enzim COX-2 memiliki risiko lebih tinggi akan efek kardiovaskular (jantung) tetapi lebih rendah efeknya pada gastrointestinal (pencernaan).

Contoh analgesik dari kelas ini adalah celecoxib.

4. Analgesik lain-lain

Analgesik pada kelas ini adalah yang cara kerjanya unik. Contohnya adalah acetaminophen, yang masih dianggap bekerja pada enzim COX, tetapi berbeda dari NSAIDs.

5. Analgesik narkotik

Obat dari kelas ini bekerja dengan mengikat pada reseptor opioid, yang membentuk bagian dari sistem opioid yang mengontrol rasa nyeri, kenikmatan dan sikap kecanduan. Reseptor opioid utama yang diikat oleh analgesik narkotik adalah reseptor mu.

Contoh-contoh jenis obatnya adalah:

6. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)

Analgesik jenis ini bekerja menghalangi enzim COX yang bertanggung jawab atas produksi prostaglandin. NSAIDs yang mendukung enzim COX-1 cenderung menyebabkan efek samping pada pencernaan, sementara yang mendukung enzim COX-2 memiliki risiko efek samping terhadap jantung.

Contoh-contoh analgesik dari kelas ini adalah:

7. Salisilat

Obat-obatan dalam kelas ini mengandung zat yang secara alami bisa ditemukan dalam tumbuhanatau diambil dari asam salisilat. Tidak semua obat dalam kelas ini memiliki efek pereda nyeri, beberapa digunakan sebagai pengawet makanan dan antiseptik. Namun, yang bekerja sebagai pereda nyeri sifatnya mirip dengan NSAIDs.

Contoh-contohnya:

8. Parasetamol

Salah satu jenis analgesik yang paling banyak digunakan secara umum dan dijual bebas adalah parasetamol. Penelitian menunjukkan bahwa parasetamol bisa menghambat produksi prostaglandin, tetapi hanya bila radang ringan terjadi. [3, 4]

Pada penggunaan klinis, parasetamol biasanya efektif untuk nyeri yang berhubungan dengan inflamasi ringan hingga menengah, seperti keseleo atau terbentur, tetapi tidak efektif bagi pasien yang mengalami inflamasi yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis atau asam urat. [3, 4]

Parasetamol digunakan secara luas untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang dengan hasil yang baik serta toksisitas rendah pada dosis terapi.

Apakah analgesik aman untuk digunakan?

Sebagian besar analgesik dianggap aaman bila digunakan hanya dalam jangka waktu pendek dan sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan atau petunjuk dokter. Beberapa jenis analgesik, misalnya ibuprofen dan acetaminophen, dianggap lebih aman dibanding analgesik lainnya [1, 3]

Analgesik kelas narkotik dan kombinasi narkotik telah terbukti berhubungan dengan beberapa risiko serius seperti depresi pernafasan (nafas yang pendek dan lambat), gangguan penggunaan opioid, dan potensi overdosis yang fatal. Analgesik jenis ini memiliki potensi menyebabkan kecanduan dan hanya boleh digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu dan dibawah pengawasan yang ketat. [1, 3, 4]

NSAIDs juga berhubungan dengan beberapa efek samping serius, seperti meningkatnya risiko terkena serangan jantung dan stroke. Beberapa jenis NSAIDs, seperti diclofenac dan celecoxib, cenderung meningkatkan risiko-risiko tersebut dibandingkan NSAIDs jenis lain dan tidak boleh digunakan sebelum atau sesudan operasi bypass jantung.

NSAIDs lain, seperti aspirin, ketorolac dan indomethacin, berkaitan dengan efek samping terhadap pencernaan.

Sebagian besar NSAIDs tidak cocok untuk anak-anak atau remaja dibawah usia 18 tahun. Ibuprofen adalah satu-satunya NSAID yang diperbolehkan untuk anak-anak usia 3 bulan atau lebih.

Efek Samping Analgesik

Semua jenis obat memiliki efek samping, tetapi seberapa rentan seseorang terhadap obat yang digunakannya tergantung dari beberapa faktor seperti usia, kondisi genetik, fungsi ginjal dan gender.

Analgesik narkotik memiliki banyak efek samping, meskipun pasien kanker atau penyakit terminal lain yang menggunaan narkotik dalam jangka panjang bisa menjadi toleran terhadap beberapa efek samping ini.

Mengantuk dan pusing adalah efek samping umum dari kebanyakan analgesik narkotik sehingga bisa membahayakan bila digunakan sebelum berkendara atau mengoperasikan mesin.

NSAIDs juga bisa menyebabkan efek samping, terutama bila digunakan dalam dosis yan lebih tinggi dari yang dianjurkan dalam jangka waktu lama.

Efek samping terhadap pencernaan termasuk:

NSAIDs juga bisa mempengaruhi fungsi ginjal dan mengurangi aliran darah yang melewati ginjal. Hal ini bisa menyebabkan retensi sodium dan air yang akan mengakibatkan edema dan naiknya kadar potassium. Kadang-kadang, analgesik juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment