Vagina Gatal Saat Haid: Penyebab, Pengobatan dan Cara Mencegah

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Cukup umum bagi wanita mengalami gatal saat haid. Terkadang vagina gatal juga dirasakan sebelum dan setelah haid. Vagina gatal dalam istilah medis dikenal sebagai pruritus vagina[1, 2].

Gatal dapat dirasakan pada bagian dalam vagina atau pada bagian vulva, yang berarti di sekitar vagina, labia, dan bagian pubic secara umum[3].

Gatal vagina saat haid dapat disebabkan oleh perubahan hormon, infeksi, inflamasi, atau penggunaan produk tertentu[4].

Penyebab Vagina Gatal Saat Haid

Vagina gatal saat haid dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Perubahan Hormon

Pada vagina terdapat berbagai bakteri dan jamur dalam keseimbangan yang sesuai. Terjadinya perubahan hormon saat haid atau menstruasi dapat mengarah pada perubahan tingkat relatif dari mikroba yang terdapat di vagina dan menyebabkan rasa gatal[1].

Selain ketika menstruasi, perubahan hormon yang menimbulkan rasa gatal juga dapat terjadi selama kehamilan dan menopause[1].

2. Kekeringan Vagina

Sekitar waktu ovulasi, hormon estrogen mencapai kadar tertinggi. Kadar estrogen selanjutnya turun secara drastis pada hari-hari menjelang haid. Penurunan estrogen dapat menyebabkan kekeringan vagina, yang mana membuat vagina terasa sakit dan gatal, terutama ketika berhubungan[4].

Kekeringan vagina juga dapat dialami oleh wanita menjelang menopause dan setelah melahirkan[4].

3. Inflamasi

Selama menstruasi wanita mengalami peningkatan sensitivitas kulit[4].

Suatu studi menunjukkan bahwa pada hari pertama haid, wanita lebih berisiko mengalami iritasi kulit ketika tubuh terpapar stimulus iritan dibandingkan dengan waktu lain[4].

Hal ini diduga diakibatkan oleh inflamasi. Tingkat inflamasi mengalami fluktuasi selama siklus menstruasi[4].

Pada orang yang memiliki suatu alergi, iritasi kulit, atau kondisi kulit tertentu, kemungkinan tingkat inflamasi sebelum haid dapat membuat gejala bertambah buruk dan menyebabkan gatal[4].

4. Penggunaan Produk Tertentu

Gatal pada vagina dapat terjadi akibat sensitivitas atau alergi terhadap suatu produk yang terpapar kontak dengan kulit di sekitar vagina. Penggunaan produk tertentu dapat menimbulkan iritasi yang mengarah pada gatal[1, 4].

Contoh produk yang dapat menyebabkan vagina gatal selama haid ialah pembalut, tampon, sabun dan spray deodoran[1].

Tampon dapat menyerap pelumasan vagina alami, membuat vagina terasa kering dan gatal. Untuk mencegahnya, sebaiknya tampon sering diganti dan menghindari penggunaan tampon dengan kemampuan penyerapan tinggi, kecuali benar-benar diperlukan[3, 4].

Produk seperti sabun dan gel dengan kandungan pewangi dapat mempengaruhi tingkat pH pada vagina. Kandungan pewangi dan aditif dalam produk juga dapat mengiritasi kulit sensitif di area kemaluan. Hal ini dapat mengarah pada gejala gatal dan tidak nyaman[3].

Produk-produk berikut juga dapat menyebabkan gatal vagina secara lebih umum[1]:

  • Celana dalam yang terbuat dari serat sintetik
  • Celana dalalm yang dicuci dengan detergen kasar atau pelembut kain
  • Pelumas
  • Kondom lateks
  • Spermisida

Vagina gatal dapat bertambah buruk dengan paparan berulang dengan produk yang menyebabkan sensitivitas atau iritasi[1].

Jika iritasi hanya terjadi ketika wanita sedang haid, berarti kemungkinan produk yang digunakan saat haid merupakan penyebabnya. Sebagai alternatif dapat mencoba mengganti produk dengan pad tanpa pewangi atau cangkir menstruasi silikon. Produk-produk ini berisiko lebih kecil menyebabkan kekeringan atau reaksi kulit[4].

5. Infeksi Jamur

Perubahan hormon yang terjadi saat haid menstruasi dapat mengubah pH vagina dan membuat lingkungan vagina dapat ditumbuhi oleh jamur dalam jumlah besar[2].

Adanya sejumlah jamur pada kulit merupakan kondisi normal dan tidak berbahaya, tapi jumlah jamur yang terlalu banyak dapat menyebabkan infeksi[4].

Infeksi jamur termasuk kondisi yang umum terjadi. Infeksi dapat terjadi pada setiap fase selama siklus menstruasi[4].

Gatal pada vagina yang disebabkan oleh infeksi jamur dapat disertai gejala seperti[1, 2, 4]:

  • Sakit atau menyengat selama buang air kecil atau berhubungan seksual
  • Keluar cairan putih dari vagina yang memiliki kekentalan seperti keju lembut
  • Pembengkakan dan kemerahan

Infeksi jamur dapat dipicu oleh beberapa faktor tertentu, meliputi[1, 4]:

6. Vulvovaginitis Siklik

Vulvovaginitis siklik merupakan suatu yang kambuh sebelum atau selama haid. Wanita yang mengalami vulvovaginitis siklik dapat mengalami gejala seperti[4]:

  • Gatal, sensasi terbakar, atau menyengat sebelum haid
  • Gejala yang memburuk setelah berhubungan seksual
  • Saat tidak sedang haid hanya timbul beberapa gejala atau tidak timbul gejala

Vulvovaginitis siklik disebabkan oleh infeksi jamur, sering kali akibat pertumbuhan berlebih jamur Candida. Dalam kondisi normal, pertumbuhan Candida dikendalikan oleh ‘bakteri baik’ Lactobacillus[1].

Selama menstruasi, terjadi perubahan kadar hormon. Kondisi ini dapat mempengaruhi keseimbangan pH vagina dan mempengaruhi pertumbuhan mikroba yang terdapat pada vagina. Saat pertumbuhan bakteri terganggu, pertumbuhan Candida mengalami peningkatan signifikan[2].

Beberapa faktor dapat memicu kondisi ini meliputi hal yang mengubah keseimbangan bakteri kompleks pada vagina, seperti[4]:

  • Antibiotik
  • Kontraseptif hormonal
  • Produk kimiawi
  • Penyakit kronis tertentu

7. Vaginosis Bakterial

Vaginosis bakterial ialah infeksi bakteri pada vagina. Kondisi ini merupakan jenis paling umum dari infeksi vagina pada wanita berusia 15-44 tahun[4].

Vaginosis bakterial terjadi ketika keseimbangan pH pada vagina berubah. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan berlebih dari bakteri buruk yang menyebabkan infeksi[3].

Vaginosis bakterial menimbulkan gejala menyerupai infeksi jamur. Perbedaan utama ialah bahwa vaginosis bakterial sering kali ditandai dengan bau busuk dan amis[3].

Selain menyebabkan gatal pada vagina, vaginosis bakterial dapat menimbulkan gejala berikut[1, 2, 4]:

  • Rasa tidak nyaman saat buang air kecil
  • Keluarnya cairan encer atau berbusa dari vagina
  • Cairan vagina berwarna putih atau abu-abu dan berbau amis
  • Sensasi terbakar atau rasa sakit

Vaginosis bakterial dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui pemakaian bersama peralatan yang digunakan pada daerah genital[3].

Penyebab vaginosis bakterial tidak selalu diketahui dengan pasti. Akan tetapi, perubahan flora vagina dan kegiatan seperti membersihkan vagina dengan vaginal douche dapat meningkatkan risiko mengalami kondisi ini[4].

8. Trichomoniasis

Trichomoniasis merupakan suatu infeksi yang menular secara seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis[1, 2].

Para ahli mengestimasikan trichomoniasis mencakup sekitar 15-20% kasus vaginitis (inflamasi dan iritasi vagina)[1].

Sekitar 70% dari penderita trichomoniasis tidak mengalami gejala. Jika timbul gejala, biasa terjadi antara 5 dan 28 hari setelah infeksi[1, 3].

Trichomoniasis dapat menimbulkan gejala seperti[1, 3]:

  • Gatal, sensasi terbakar, dan sakit pada area genital
  • Kemerahan atau perubahan warna lain di sekitar alat genital
  • Rasa tidak nyaman ketika buang air kecil
  • Peningkatan volume cairan yang keluar dari vagina
  • Cairan vagina berbau amis yang tampak berbusa
  • Keluar bercak darah atau pendarahan vagina
  • Sering buang air kecil

9. Gangguan Disforia Pramenstruasi (GDP)

Gangguan disforia pramenstruasi ialah sekumpulan gejala fisik dan mental yang dimulai sekitar seminggu sebelum haid dan sering kali berlangsung hingga akhir haid[3].

GDP sering kali disebut sebagai PMS (premenstrual syndrome) ekstrim. GDP menimbulkan gejala menyerupai PMS, tapi lebih berat[3].

Gejala emosional GDP meliputi[3]:

Gejala fisik GDP meliputi[3]:

10. Dermatitis

Dermatitis merupakan istilah medis untuk sekumpulan kondisi yang menyebabkan inflamasi kulit[1].

Suatu studi review tahun 2014 menunjukkan bahwa sekitar 50% dari seluruh kasus gatal vulvovaginal disebabkan oleh dermatitis kontak iritan atau alergik[1].

Jenis dermatitis ini dapat terjadi akibat kurang terjaganya kebersihan atau paparan terhadap zat kimia berbahaya dan iritan lain[1].

11. Psoriasis

Psoriasis merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan sel-sel kulit membelah dan memperbanyak diri dalam kecepatan tinggi. Sel-sel ini berkumpul pada kulit, mengakibatkan petak-petak atau iritasi[1].

Psoriasi dapat berkembang di bagian tubuh mana saja, termasuk vulva dan bagian dalam vagina. Terdapat dua jenis psoriasis yang dapat mempengaruhi daerah genital, yaitu psoriasis plak dan psoriasis terbalik[1].

12. Lichen Sclerosis

Lichen sclerosis merupakan suatu kondisi inflamasi kulit yang menyebabkan belang putih gatal pada bagian genital atau anus. Kondisi ini dapat mempengaruhi orang pada semua usia, tapi paling umum terjadi pada wanita berusia lebih dari 50 tahun[1].

Penyebab pasti dari lichen sclerosis belum diketahui. Biasanya penanganan gatal dan gejala lain dilakukan dengan krim steroid topikal[1].

13. Lichen Planus

Lichen planus merupakan suatu kondisi autoimun di mana sel-sel sel radang menyerang suatu protein di dalam kulit dan membran mukosa. Kondisi ini mempengaruhi bagian tubuh yang lembap, seperti mulut, vagina, dan sekitar vulva[1].

Lichen planus pada vulva vagina dapat menimbulkan gejala seperti berikut[1]:

  • Ruam gatal
  • Pola garis putih berenda
  • Luka yang sakit dan tidak kunjung sembuh
  • Keluarnya cairan vagina kuning atau ternoda darah
  • Hubungan seksual yang menyakitkan

14. Vulvovaginitis Atrofi

Vulvovaginitis atrofi merupakan suatu kondisi di mana jaringan vagina menjadi kering, lembut, dan mudah mengalami inflamasi. Kondisi ini terjadi akibat kadar estrogen rendah dan umum terjadi di antara wanita yang telah menopause[1].

Vulvovaginitis atrofi dapat menimbulkan gejala seperti[1]:

  • Gatal pada vagina atau vulva
  • Kekeringan pada vagina atau vulva
  • Sensasi terbakar pada vagina
  • Bercak darah
  • Sakit selama berhubungan
  • Pecahnya kulit pada bagian lubang vagina

15. Kanker

Gatal pada vagina juga dapat merupakan gejala dari jenis kanker tertentu, seperti kanker vagina, kanker vulva, atau kanker serviks[1].

Jika gatal pada vagina disebabkan oleh kanker, gatal kemungkinan tidak akan menghilang setelah haid selesai[1].

16. Penggunaan Obat

Penggunaan beberapa obat dalam jangka panjang dapat mengarah pada terjadinya vagina gatal pada kasus tertentu[1].

Obat yang berpotensi menyebabkan gatal pada vagina meliputi[1]:

  • Antibiotik
  • Steroid
  • Obat penekan sistem imun

Kapan Sebaiknya ke Dokter?

Sering kali gatal pada vagina saat haid akan sembuh dengan sendirinya selama beberapa hari. Tapi jika tidak terjadi peningkatan kondisi setelah beberapa minggu, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter[1].

Wanita juga sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika gatal pada vagina disertai dengan gejala lain, seperti[1, 3]:

  • Serangan berulang dari vagina gatal
  • Keluar cairan vagina dengan bau tidak sedap
  • Cairan vagina berwarna hijau, kuning, atau abu-abu
  • Cairan vagina menyerupai busa atau keju lembut
  • Kulit terluka atau mengalami peradangan di sekitar vagina atau vulva
  • Vulva bengkak
  • Sakit atau sensasi terbakar selama buang air kecil atau berhubungan
  • Adanya kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes

Pengobatan Vagina Gatal Saat Haid

Dokter dapat melakukan permeriksaan pada vagina atau vulva untuk mengecek adanya iritasi, luka, atau cairan vagina. Pasien dapat diminta melakukan tes dengan swab vagina untuk mengidentifikasi jenis infeksi[3, 4].

Jika tidak terdapat tanda jelas adanya infeksi atau luka, dokter dapat menganjurkan pasien untuk mencatat gejala yang dialami dalam jurnal harian dan faktor gaya hidup yang mungkin berperan dalam terjadinya kondisi[4].

Pengobatan vagina gatal saat haid bergantung pada penyebab gatal[1].

Pengobatan Medis

Berikut beberapa opsi pengobatan vagina gatal saat haid[1, 4]:

  • Antibiotik: untuk mengatasi gatal yang disebabkan infeksi bakteri
  • Krim anti jamur dan pessaries: untuk mengatasi infeksi jamur
  • Steroid topikal: untuk mengatasi gejala dermatitis iritan
  • Estrogen topikal: untuk mengatasi gejala atrophic vulvovaginitis
  • Antihistamin: untuk mengatasi gejala dermatitis kontak dan psoriasis

Perawatan Mandiri

Vagina gatal saat haid dapat dikurangi dengan melakukan beberapa perawatan mandiri. Metode yang dapat membantu mengatasi gejala gatal bergantung pada penyebabnya[1, 4].

Berikut beberapa perawatan mandiri yang dapat membantu mengatasi vagina gatal saat haid[1, 4]:

  • Penggunaan probiotik: tersedia dalam bentuk oral atau topikal. Probiotik mengandung bakteri yang menguntungkan
  • Pelumas dan pelembap vagina: membantu meredakan dan meringankan gatal akibat kekeringan vagina dan inflamasi
  • Mandi dengan air hangat untuk menghindari mengiritasi kulit sensitif di sekitar vagina
  • Berendam dalam air hangat dengan 4-5 sendok makan baking soda untuk membantu menenangkan vagina yang gatal

Cara Mencegah Vagina Gatal Saat Haid

Beberapa cara berikut dapat membantu mengurangi risiko mengalami vagina gatal saat haid[1, 3, 4]:

  • Mengenakan celana dalam berbahan katun yang berukuran longgar dan menghindari penggunaan celana ketat
  • Menghindari penggunaan vaginal douches (sabun antiseptik khusus vagina) karena dapat menyebabkan gangguan keseimbangan mikroba pada vagina
  • Tidak menggunakan sabun yang mengandung pewangi dan iritan lainnya
  • Mencuci baju menggunakan detergen yang tidak mengandung pewangi dan menghindari pelembut pakaian
  • Menggunakan pembalut tanpa wewangian, pembalut yang bisa dicuci, pakaian dalam penyerap, atau menstrual cup alh-alih tampon
  • Menangani kondisi yang dapat meningkatkan risiko infeksi vagina, seperti diabetes
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment