Dexmedetomidine adalah sebuah obat sedatif.[1,2,3,4] Obat ini digunakan untuk menenangkan pasien sebelum prosedur bedah dilakukan.[1,3]
Selain diberikan pada pasien yang akan menjalani prosedur bedah, dexmedetomidine juga diberikan kepada pasien kritis yang memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan.[1]
Daftar isi
Apa Itu Dexmedetomidine?
Untuk mengenal apa itu dexmedetomidine, di bawah ini disajikan uraian singkat:[4]
Indikasi | Sedasi yang digunakan pada keadaan kritis |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Dewasa |
Kelas | Hipnosis dan sedasi |
Bentuk | Intravena |
Kontraindikasi | – Pasien dengan atrioventricular (AV) blok tingkat 2 dan 3 (kecuali yang telah dipasang alat pacu jantung). – Hipotensi yang tak terkendali. – Gangguan serebrovaskular akut. |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan dexmedetomidine: → Pasien dengan gangguan saraf parah, bradikardia (detak jantung lambat), penyakit jantung koroner, cedera saraf tulang belakang, malignant hyperthermia (meningkatnya suhu tubuh yang berakibat fatal akibat anestesi). → Pasien dengan gangguan hati dan ginjal. → Ibu hamil dan menyusui. |
Kategori Obat Pada Kehamilan & Menyusui | ↔ Melalui Intravena. Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Manfaat Dexmedetomidine
Dexmedetomidine digunakan pada kondisi:[1,2,3]
- Sedasi pasien yang akan menjalani bedah dan tindakan prosedural medis lainnya (Procedural Care).
- Sedasi pasien yang membutuhkan penangan intensif dan alat bantu pernapasan (Intensive Care).
Dosis Dexmedetomidine
Dexmedetomidine hanya digunakan pada orang dewasa. Berikut ini dosis yang diberikan kepada pasien:[1,4]
Dosis Dexmedetomidine Dewasa
Intravena ⇔ Intensive Care: → Dosis Awal: 1 mikrogram/kg selama 10 menit infusi intravena. → Dosis Selanjutnya: 0,2-0,7 mikrogram/kg/ jam infusi intravena. Untuk mendapatkan hasil klinis yang diinginkan atur laju infusi. |
Intravena ⇔ Procedural Care: → Dosis Awal (termasuk intubasi sadar): 1 mikrogram/kg selama 10 menit infusi intravena. → Dosis Selanjutnya: awali dengan 0,6 mikrogram/kg/jam infusi intravena. Atur laju infusi untuk mendapatkan hasil klinis yang diinginkan. Biasanya 0,2-1 mikrogram/kg/jam. |
Dosis Dexmedetomidine Lansia
Pasien berumur lebih dari 65 tahun dianjurkan menggunakan dosis sebagai berikut:
Intravena ⇔ Intensive Care: → Mungkin membutuhkan pengurangan dosis. → Tidak ada panduan khusus. |
Intravena ⇔ Procedural Care: → Dosis Awal: Mungkin membutuhkan pengurangan dosis (mis. 0,5 mikrogram/kg selama 10 menit infusi intravena). → Dosis Selanjutnya: Mungkin membutuhkan pengurangan dosis serta tidak ada panduan khusus mengenai hal tersebut. |
Efek Samping Dexmedetomidine
Dexmedetomidine memiliki efek samping:[4]
- Mual
- Muntah
- Perubahan tekanan darah
- Bradikardia (denyut jantung lambat)
- Takikardia (denyut jantung cepat)
- Fibrilasi atrial (denyut jantung tida.k teratur seringkali cepat sehingga aliran darah tidak lancar)
- Serangan jantung
- Iskemia miokard (kondisi aliran darah terhenti pada sebagian jantung)
- Demam
- Hipoksia (tidak cukupnya pasokan oksigen ke dalam jaringan tubuh)
- Hipertermia (kondisi peningkatan suhu tubuh yang fatal)
- Anemia
- Gelisah
- Nyeri
- Efusi pleura (penumpukan cairan pada selaput paru-paru)
- Perubahan kadar gula darah
Info efek samping bagi Tenaga Medis:[1]
- Kardiovaskular
- Sangat umum (10% lebih): hipotensi (58%), bradikardia (42%), hipertensi sistolik (28%), hipotensi yang membutuhkan intervensi (28%), takikardia (25%), hipertensi yang membutuhkan intervensi (19%), hipertensi (16%), hipertensi diastolik (12%), takikardia yang membutuhkan intervensi (10%).
- Umum (1%-10%): fibrilasi atrial, sinus takikardia (detak jantung lebih dari 100 kali/menit), serangan jantung, iskemia miokard, bradikardia yang membutuhkan itervensi.
- Kurang umum (0,1%-1%): takikardia ventrikel, atriventirel blok tingkat 1, curah jantung menurun.
- Frekuensi tidak dilaporkan: serangan jantung sinus.
- Laporan pasca pemasaran: aritmia (detak jantung tidak teratur), serangan jantung, gangguan pada jantung, ekstrasistol (denyut jantung prematur sebelum kembali ke denyut normal), takikardia superventrikular (takikardia pada bagian superventrikel), aritmia ventrikular (aritmia pada bagian ventrikel), pembalikan gelombang T elektrokardiogram, sindrom QT panjang, fluktuasi detak jantung, heart block (kondisi detak jantung abnormal).
- Sistem Pernapasan
- Sangat umum (10% lebih): pernapasan lambat.
- Umum (1%-10%): atelektasis (kebocoran paru-paru), hipoksia, pembengkakan paru-paru, efusi pleura, gagal napas, sindrom distres pernapasan akut (kondisi cairan berkumpul di alveoli yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen), bradipnea (kondisi lambatnya pernapasan kurang dari 12 kali/menit), pneumonia, nyeri pada faring dan laring.
- Kurang umum (0,1%-1%): wheezing (kondisi pernapasan berbunyi nyaring saat ekspirasi/pengeluaran udara), dispnea (susah bernapas), apnea (henti napas).
- Frekuensi tidak dilaporkan: laju pernapasan berkurang.
- Laporan pasca pemasaran: bronkopspasme (kejang pada bronkus), hiperkapnia (kondisi saat kadar CO2lebih dari 45 mmHg dalam aliran darah arteri), hipoventilasi (pernapasan lambat), pulmonary distension (penumpukan material pada pembuluh darah yang menyebabkan alveoli terisi darah), asidosis pernapasan (penumpukan asam pada darah selama proses pernapasan).
- Sistem Pencernaan
- Sangat umum (10% lebih): mual (11%).
- Umum (1%-10%): muntah, mulut kering, konstipasi, abdominal distension (penumpukan material pada perut bagian bawah), diare.
- Dermatologi
- Umum (1%-10%): ulkus dekubitus (luka pada kulit dan jaringan di bawahnya).
- Kurang umum (0,1%-1%): ruam.
- Laporan pasca pemasaran: hiperhidrosis (keringat berlebih).
- Hematologi
- Umum (1%-10%): anemia.
- Kurang umum (0,1%-1%): trombositopenia (rendahnya jumlah trombosit).
- Metabolisme
- Umum (1%-10%): hipovolemia (kondisi penurunan volume darah), hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), hipoglikemia (kadar gula darah rendah), hipokalsemia (kadar kalsium darah rendah), hipokalemia (kadar kalium darah rendah), asidosis, hipomagnesemia (kadar magnesium rendah), hipernatremia (kadar natrium darah tinggi), hipofosfatemia (kadar fosfat darah rendah).
- Kurang umum (0,1%-1%): asidosis metabolik, hipoalbuminemia (kondisi albumin darah rendah), ketidakseimbangan elektrolit tubuh.
- Laporan pasca pemasaran: hiperkalemia, asidosis.
- Sistem Saraf
- Umum (1%-10%): sakit kepala.
- Laporan pasca pemasaran: konvulsi (kejang otot), pusing, neuralgia (gangguan rasa sakit akibat masalah sinyal saraf pada sistem saraf), neuritis (peradangan saraf), gangguan bicara.
- Lainnya
- Umum (1%-10%): pireksia (demam), hipertermia, kedinginan, pendarahan pasca operasi, sindrom putus obat, kaku, hiperpireksia (demam dengan suhu tubuh lebih dari 41,5°C), nyeri, haus, pembengkakan, pembengkakan periferal (bengkak yang terjadi pada tangan dan kaki bagian bawah), sepsis (komplikasi akibat infeksi), syok sepsis.
- Kurang umum (0,1%-1%): obat menjadi tidak berkhasiat.
- Frekuensi tidak dilaporkan: tubuh menjadi toleran terhadap obat, takifilaksis (kondisi berkurangnya respons tubuh terhadap dosis obat yang diberikan).
- Laporan pasca pemasaran: light anesthesia (kondisi kehilangan sensasi normal tetapi tetap memiliki refleks).
- Psikiatri
- Umum (1%-10%): gelisah.
- Kurang umum (0,1%-1%): halusinasi.
- Laporan pasca pemasaran: keadaan bingung, delirium (gangguan kemampuan mental, kurangnya kesadaran terhadap kondisi sekitar, dan linglung), ilusi.
- Ginjal
- Umum (1%-10%): gagal ginjal akut, penurunan jumlah urine.
- Laporan pasca pemasaran: peningkatan kadar urea darah, poliuria (produksi urine berlebih).
- Hati
- Laporan pasca pemasaran: fungsi hati abnormal, hiperbilirubinemia (kadar hiperbilirubin tinggi), peningkatan nilai ALT (alanin aminotrasferase), peningkatan nilai AST (aspartat aminotransferase), peningkatan alkalin fosfatase darah, peningkatan kadar gamma-glutamil transferase.
- Mata
- Frekuensi tidak dilaporkan: penurunan produksi air mata.
- Laporan pasca pemasaran: fotopsia (kondisi mata seperti melihat kilatan cahaya), penglihata abnormal, gangguan penglihatan.
Gejala overdosis dexmedetomidine dapat dilihat di bawah:[4]
- Bradikardia
- Hipotensi
- Overdedasi (sedasi berlebih)
- Sangat mengantuk
- Serangan jantung
Detail Dexmedetomidine
Agar dapat memahami dexmedetomidine lebih jauh, berikut ini disajikan data mengenai obat ini:[4]
Penyimpanan | → Simpan pada 25°C. |
Cara Kerja | → Dexmedetomidine bersifat anestesi dan sedasi. Bekerja dengan cara menghalangi pelepasan hormon norefinefrin pada batang otak. → Onset: 5-10 menit. → Durasi: 60-120 menit. ⇔ Farmakokinetik: → Penyerapan: Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi maksimum pada plasma adalah 15-30 menit. → Penyebaran: Sekitar 94% terikat pada protein. → Metabolisme: Hampir seluruhnya dimetabolisme secara langsung pada jalur N-glukuronidasi, N-metilasi atau hidroksilasi alifatik oleh isoenzim CYP2A6. |
Interaksi Dengan Obat Lain | → Meningkatkan efek farmakologis dari obat anastesi, sedatif, hipnosis, agonis opiat, vasolidator lainnya atau obat yang memiliki efek berlawanan dengan kronotropik (mis. glikosida jantung). |
Overdosis | ⇔ Gejala: Bradikardia, hipotensi, overdedasi (sedasi berlebih), sangat mengantuk, serangan jantung. ⇔ Cara Mengatasi: Tangani serangan jantung sinus menggunakan atropin dan glikopirrolat. Tindakan resusitasi dibutuhkan dalam overdosis parah yang menyebabkan serangan jantung. |
Pertanyaan Seputar Dexmedetomidine
Apakah dexmedetomidine dapat digunakan pada anak-anak?
Tidak bisa. Belum ada studi yang dibuat untuk kelompok umur di bawah 18 tahun.[1]
Apakah seseorang bisa mengalami amnesia setelah menggunakan dexmedetomidine?
Bisa. Sekitar 50% pasien mengalami gangguan ingatan.[5]
Apakah dexmedetomidine memiliki efek samping demam?
Ya, walaupun hal ini jarang terjadi.[1]
Apakah pasien dapat memberikan ASI setelah menggunakan dexmedetomidine?
Tidak bisa. Pasien tidak bisa memberikan ASI sampai 10 jam setelah diberikan dexmedetomidine.[1]
Apakah pasien bisa mengalami gejala putus obat setelah dexmedetomidine berhenti diberikan?
Ya, bisa.[1]
Contoh Obat Dexmedetomidine (Merek Dagang) di Pasaran
Berikut ini merupakan merek dagang dari dexmedetomidine:[1,4]
Brand Merek Dagang |
Precedex |