Aceclofenac merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan pada pasien rheumatoid arthritis, osteoatritis, dan ankylosing spondylitis [1, 4, 5, 6].
Daftar isi
Apa itu Aceclofenac?
Aceclofenac termasuk golongan antiinflamasi nonsteroid/AINS (nonsteroid anti-inflammatory drug/NSAID) dan merupakan analog dari diclofenac. Aceclofenac bekerja dengan menghambat senyawa kimia tertentu yang merangsang rasa sakit dan pembengkakan [5,6].
Berikut informasi mengenai aceclofenac [1, 6, 7]:
Indikasi | Mengurangi rasa sakit dan inflamasi pada rheumatoid arthritis, osteoatritis, dan ankylosing spondylitis |
Kategori | Obat Khusus |
Konsumsi | Dewasa |
Kelas | Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) |
Bentuk | Tablet |
Kontraindikasi | Hipersensitif terhadap aceclofenac atau obat NSAID lain. Riwayat atau sedang mengidap haemorrhage/ulcer peptik. Riwayat pendarahan atau kelainan pendarahan. Riwayat pendarahan atau perforasi berkaitan dengan pengobatan NSAID sebelumnya. CHF (NYHA kelas II-IV). Penyakit iskemik jantung. Penyakit arteri periferal. Penyakit cerebrovaskuler. Gagal jantung akut. Gangguan ginjal sedanga hingga akut dan gangguan hati akut. Kehamilan (trisemester ketiga). |
Peringatan | Pasien dengan beberapa kondisi berikut wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menerima pengobatan aceclofenac: → Pasien dengan kolitis ulseratif, penyakit Crohn, pendarahan diathesis atau kelainan hematologis. → Pasien dengan riwayat/sedang mengidap asma, riwayat HTN, CHF ringan hingga sedang, dan pasien dengan resiko penyakit kardiovaskuler dan riwayat pendarahan cerebrovaskuler. → Gangguan hepatis dan gangguan ginjal ringan → Pasien hamil dan menyusui |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Manfaat Aceclofenac
Aceclofenac berfungsi sebagai analgesik dan anti-inflamasi yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan akibat inflamasi dan sendi kaku pada pasien osteoarthritis, arthritis rheumatoid, dan ankylosing spondylitis [4,5].
Osteoarthritis ialah penyakit sendi degeneratif yang meliputi kartilago dan jaringan sekitarnya [8].
Arthritis rheumatoid merupakan suatu penyakit autoimun yang menyebabkan kaku dan rasa sakit serta kerusakan pada persendian [9].
Ankylosing spondylitis merupakan jenis arthritis yang terjadi di tulang belakang, gejalanya meliputi kaku dan sakit pada bagian bawah leher hingga leher [8].
Dosis Aceclofenac
Aceclofenac digunakan pada pasien dewasa dengan rincian dan dosis sebagai berikut [1]:
Oral (Diminum): Ostheoarthritis, rheumatoid arthritis, dan ankylosing spondylitis → 100 mg 2 kali sehari (pagi dan sore hari) Dianjurkan diminum bersama dengan makanan atau setelah makan Pada Pasien Gangguan Hati → Dosis dikurangi hingga 100 mg per hari Gangguan hati akut: kontraindikasi |
Efek Samping Aceclofenac
Berikut beberapa efek samping aceclofenac yang dilaporkan[3]:
- Sakit perut
- Konstipasi
- Diare
- Mual dan muntah
- Ruam kulit
Segera hentikan pengobatan dan dapatkan pertolongan medis jika mengalami efek samping sebagai berikut [10]:
- Reaksi alergi parah (shock anafilaksis), meliputi demam, kesulitan bernapas, napas mengeluarkan suara, muntah, pembengkakan pada muka dan tenggorokan
- Ruam kulit seperti sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik
- Meningitis, gelaja meliputi demam tinggi, sakit kepala, muntah, ruam dengan bintik-bintik merah, leher kaku, sensitive dan tidak toleran pada cahaya
- Terdapat darah pada feses
- Gagal ginjal
Info Efek Samping Aceclofenac untuk Tenaga Medis [6]:
- Gastrointestinal:
- Umum (1% hingga 10%): dispepsia, sakit perut, mual, diare
- Tidak umum (≥0,1% hingga <1%): perut kembung, gastritis, konstipasi, muntah, ulserasi mulut
- Jarang (≥0,01% hingga <0,1): melaena, pendarahan gastrointestinal, ulserasi gastrointestinal
- Sangat jarang (<0,01%): stomatitis, perforasi intestinal, bertambah buruknya gejala ulseratif kolitis dan penyakit Crohn, hematemesis, pancreatitis
- Hipersensitifitas:
- Frekuensi tidak dilaporkan: reaksi alergi non-spesifik dan anafilaksis, reaktivitas saluran respirasi (meliputi asma, asma bertambah buruk, bronkospasme atau dyspnoea), gangguan kulit (meliputi: ruam, pruritus, purpura urtikaria, angioedema, dermatosis bulosa dan eksfoliatif
- Kardiovaskuler dan Cerebrovaskuler
- Jarang (≥0,01% hingga <0,1): hipertensi, gagal jantung
- Sangat jarang (<0,01%): palpitasi, sensasi panas, warna kemerahan, vaskulitis
- Frekuensi tidak dilaporkan: edema, peningkatan resiko kondisi trombotik arterial umum (seperti infark myokardi atau stroke), peningkatan resiko sindrom koroner akut, komplikasi infeksi akut pada jaringan kutaneus dan jaringan ikat pada pasien cacar
- Hematologis dan Limfatik:
- Jarang (≥0,01% hingga <0,1): anemia
- Sangat jarang (<0,01%): depresi sumsum tulang, granulositopenia, trombositopenia, neutropenia, anaemia hemolitik
- Frekuensi tidak dilaporkan: agranulositosis, anemia aplastik
- Ginjal:
- Sistem Saraf:
- Frekuensi tidak dilaporkan: meningitis aseptis, sakit kepala, bingung, halusinasi, malaise, dan kantuk
- Umum (1% hingga 10%): pusing
- Sangat jarang (<0,01%): paraestesia, tremor (gemetaran), kantuk, sakit kepala, disgeusia (rasa aneh di mulut)
- Dermatologis:
- Tidak umum (≥0,1% hingga <1%): pruritus, ruam, dermatitis, urticarial
- Jarang (≥0,01% hingga <0,1): angioedema
- Sangat jarang (<0,01%): purpura, reaksi kulit mukokutan akut (meliputi sindrom Stevens Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik)
- Sistem Imun:
- Jarang (≥0,01% hingga <0,1): reaksi anafilaktis (termasuk shock), hipersensitifitas
- Metabolik:
- Sangat jarang (<0,01%): hiperkalemia
- Psikiatrik:
- Sangat jarang (<0,01%): depresi, mimpi tidak biasa (abnormal), insomnia (gangguan tidur)
- Sistem Indra
- Jarang (≥0,01% hingga <0,1): gangguan penglihatan
- Sangat jarang (<0,01%): vertigo, tinitus
- Sistem Respirasi:
- Jarang (≥0,01% hingga <0,1): dispnea
- Sangat jarang (<0,01%): bronkospasme, stridor
- Hepatis:
- Umum (1% hingga 10%): peningkatan enzim hepatis
- Sangat jarang (<0,01%): perlukaan pada hati (termasuk hepatitis), penyakit kuning, peningkatan alkaline fosfatase darah
- Lain-lain:
- Sangat jarang (<0,01%): edema, fatigue, kram kaki, peningkatan berat badan
Detail Aceclofenac
Untuk memahami lebih detail mengenai Aceclofenac, berikut informasi tentang penyimpanan, cara kerja, interaksi dengan obat lain, dan overdosis [1, 5, 6]:
Penyimpanan | → Simpan pada suhu ±25°C |
Cara Kerja | Deskripsi: Aceclofenac, termasuk derivat asam fenilasetik, merupakan inhibitor potensial dari enzim cyclooxygenase, terlibat dalam produksi prostaglandin, memiliki fungsi sebagai anti-inflamasi dan analgesik Farmakokinetik: → Absorpsi: diserap dengan cepat dan menyeluruh pada saluran gastrointestinal. → Waktu konsentrasi plasma puncak: 1 – 3 jam → Distribusi: menembus ke cairan synovial → Volume distribusi: ±25 L → Pengikatan protein plasma: >99% → Metabolisme: dimetabolisme menjadi 4’-hidroksiaseklofenat → Ekskresi: melalui urin (±2/3, terutama sebagai hidroksi metabolit) → Paruh waktu eliminasi plasma: ±4 jam |
Interaksi dengan obat lain | → Analgesik lain termasuk inhibitor selektif siklooksigenase-2: hindari penggunaan bersamaan dari dua atau lebih NSAID (termasuk aspirin) karena dapat meningkatkan resiko munculnya efek samping termasuk pendarahan gastrointestinal → Anti-hipertensi: NSAID dapat menurunkan pengaruh anti-hipertensi. Resiko gangguan ginjal akut yang biasanya bersifat reversible, dapat meningkat pada beberapa pasien dengan fungsi ginjal yang membahayakan ketika ACE-inhibitor atau antagonis reseptor angiostensin II dikombinasikan dengan NSAID. Penggunaan bersamaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati. → Diuretik: Aceclofenac, seperti halnya NSAID lain, dapat menghambat aktivitas diuretik. Diuretik dapat meningkatkan resiko nefrotoksisitas dari NSAID. Meski tidak menunjukkan pengaruh ketika digunakan bersama dengan bendrofluazide, interaksi dengan diuretik lain tidak dapat dikesampingkan. Jika diberikan bersamaan dengan diuretik hemat kalium, dianjurkan untuk memonitor serum kalium. → Glikosida kardiak seperti digoxin: NSAID dapat memperparah gagal jantung, menurunkan GFR (glomerular filtration rate) dan menghambat pembersihan glikosida oleh ginjal, mengakibatkan peningkatan konsentrasi glikosida. Kombinasi sebaiknya dihindari kecuali jika pengamatan berkala konsentrasi glikosida dapat dilakukan. → Lithium: Beberapa NSAID menghambat pembersihan litium, mengakibatkan peningkatan konsentrasi serum lithium. → Methotrexate: Interaksi antara NSAID dan methrotrexate perlu diwaspadai, termasuk pada penggunaan methotrexate dalam dosis rendah, dan terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Penggunaan keduanya masih dalam rentang waktu 24 jam dapat meningkatkan konsentrasi pasma, sehingga toksisitasnya meningkat. → Mifepristone: NSAID sebaiknya tidak digunakan selama 8 – 12 hari setelah pemberian mifepristone karena NSAID dapat menurunkan pengaruh mifepristone. → Kortikosteroid: meningkatkan resiko ulserasi atau pendarahan pada saluran gastrointestinal → Anti-koagulan: NSAID dapat meningkatkan pengaruh anti-koagulan seperti warfarin. → Antibiotik quinolone: Studi pada hewan mengindikasikan bahwa NSAID meningkatkan resiko kolfulsi yang berhubungan dengan antibiotic quinolone. Pasien yang mendapatkan pengobatan NSAID dan quinolone beresiko lebih tinggi mengembangkan konfulsi → Agen anti-platelet dan SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor): meningkatkan resiko pendarahan gastrointestinal → Ciclosporin, Tacrolimus: pemberian obat NSAID bersamaan dengan ciclosporin atau tacrolimus diduga meningkatkan resiko nefrotoksisitas akibat penurunan sintesis prostasiklin pada ginjal. Selama pengobatan dengan kombinasi obat tersebut sangat penting untuk memantau fungsi ginjal secara teliti. → Zidovudine: peningkatan toksisitas hematologis ketika NSAID diberikan bersama dengan zidovudine. Terdapat indikasi peningkatan resiko hematrosis dan hematoma pada pasien HIV (+) hemofiliacs yang sedang menjalani perawatan dengan zidovudine dan ibuprofen. → Agen anti-diabetik:dapat menyebabkan pengaruh hipoglikalemik atau hiperglikalemik dengan agen anti-diabetik. |
Overdosis | ⇔ Gejala: sakit kepala, mual, muntah, sakit padaepigastric, iritasi dan pendarahan gastrointestinal, diare, disorientation, eksitasi, koma, kantuk berlebih, pusing, tinnitus, hipotensi, depresi resirasi, pingsan, konfulsi, gagal ginjal, kerusakan hati. ⇔ Penanganan: perawatan simptomatik dan suportif. Lakukan gastric lavage atau charcoal teraktivasi dalam 1 jam ingestion. IV diazepam dapat digunakan untuk konfulsi berkepanjangan. |
Pertanyaan Seputar Aceclofenac
Seberapa cepat aceclofenac bekerja mengurangi rasa sakit?
Pengaruh aceclofenac dapat dirasakan dalam 1,5 hingga 3 jam setelah minum obat. Efeknya dapat berlangsung selama 12-16 jam [8].
Apakah aceclofenac aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Aceclofenac tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui. Penggunaan pada kehamilan trisemester ketiga dapat mengakibatkan kontraindikasi. Menurut studi, aceclofenac tergolong kategori C dalam kategori kehamilan dan menyusui [7].
Apakah aman untuk meminum aceclofenac sebelum makan?
Obat aceclofenac sebaiknya diminum bersama makanan atau segera setelah makan. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya gangguan pada saluran pencernaan [8].
Apa saja yang harus dihindari saat menerima pengobatan aceclofenac?
Sebaiknya menghindari penggunaan obat lain bersamaan dengan aceclofenac tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Hindari aktivitas mengemudi dan pengoperasian mesin karena aceclofenac berpotensi menyebabkan vertigo, sakit kepala, kantuk, dan gangguan penglihatan [3,6].
Contoh Obat (Merek Dagang) Aceclofenac
Berikut ini beberapa merek dagang obat dengan kandungan aceclofenac [4, 2]:
Brand Merek Dagang |
Hifenac |
Clanza |
Acebid |
Aceclofar |
Aceclofenac |